selamat membaca
.
.
Nafas Akira terengah menyampaikan seruan hati nya untuk pertamakalinya nya. semuanya terjadi begitu saja, karena Ia sudah tak tau apa yang harus di kata kannya untuk mengusir Sarah, ia bukanya bermaksud buruk hanya saja ia tidak nyman dengan kehadiran Sarah dan berakhir dengan membahas masalah kasta.
"Who cares?" tanya Sarah mengangkat tangannya senjajar bahu, Akira sempat terdiam mendengar pertanyaan Sarah, namun belum selesai berfikir ia di kejutkan dengan Sarah yang terhuyung jatuh ke arah kursi kosong yang ada di belakangnya. ia terkejut, hingga membuat refleksnya melembat.
"awhhh..." Akira hendak bangkit saat mendengar suara ringisan Sarah namun tak sempat. Lagi lagi ia terlambat, ia terlalu banyak berfikir sebelum bertindak.
"pake tangan yang mana?" Akira terdiam tak mampu berkutik saat merasakan suasana terasa berbeda. Entah mengapa ia merasa asing dengan suara rendah dan lugas penuh intimidasi sarah kali ini, ia merasa berhadapan dengan orang lain. Sarah yang saat ini ada di dekatnya terlihat begitu berbeda, dingin dan menakutkan, benar benar tidak tersentuh.
"ah...tangan kanan!" suara Sarah masih terdengar rendah dan sedikit nada menghina di balik kekehan yang di berikan Sarah.
Sejujur nya dari tadi hanya suara Sarah yang terdengar jelas dan tersimak oleh otak nya, Suara Merlin tak terlalu di hiraukan nya entah karena memang Sarah yang membuat masalah atau karena hal lain?. yang jelas satu satunya suara yang bisa di tangkap dengan jelas dan masuk ke otaknya dengan pasti hanya suara Sarah yang terdengar seperti sangat asing di telinganya. suara yang selalu terdengar ceria dan mengukir senyum, kali ini justru berbeda, sebenarnya apa yang terjadi pada Sarah?.
secara tiba tiba setelah Sarah mendekati merlin hendak meraih tangan kanan merlin, Sarah tiba tiba berkata, "Bukan tangan kiri!" lanjut Sarah tiba tiba, dan Akira bisa melihat ada seringai di sana, pipi sarah sedikit tertarik itu artinya Sarah tengah tersenyum. 'Kenapa dia tersenyum'- Batin kira dalam hati. sekali berkedip dia menyaksikan Sarah mematahkan tangan Merlin dengan mudah dan sangat cepat.
"aku pergi!" Akira terdiam di tempat nya dengan tubuh kaku melihat Sarah menunduk sejenak dan berlalu keluar tanpa suara.
'Aku?... Dia tidak pernah menyebut diri nya aku saat di sekolah kecuali pada guru... Kenapa?'-
Akira bergelut dengan pikiran nya sendiri dan malah sempat menghirau kan Merlin yang kesakitan karena menolong nya agar Sarah keluar. Baru saja hendak berdiri menolong Merlin, secara tiba tiba Giovani datang dan bertanya pada anak perempuan yang ikut bergelombolan di dekat Merlin.
Lalu ia mendengar Giovani memaki Merlin dengan kata kata pedas seperti biasa. Akira mengurung kan niat nya untuk menolong merlin, mungkin nanti saat di uks ia akan menjenguk. Saat ini terlalu banyak orang di sekitar Merlin, ia tak mau menjadi bahan gibahan anak anak antara dia dan Merlin.
"oi... Ternyata rumor Sarah punya dua kepribadian itu ternyata bener!" sahut seseorang terdengar memberitahu giovani
'Kepribadian ganda? Apa mungkin sarah memiliki kepribadian ganda? Semacam alter ego?'- tak salah Akira berfikir demikian tapi tidak semudah itu seseorang memiliki alter ego jika bukan karena tekanan hebat di dalam diri seseorang, dan ia bisa lihat Sarah tidak punya tekanan besar yang mampu membuat kepribadian baru. Atau ia yang belum mengenal Sarah?.
Akira melihat Merlin yang di kawal beberapa anak perempuan menuju meja piket untuk mengadu sekaligus ke rumah sakit, melihat hal itu ia merasa bahwa ia tidak perlu ikut campur permasalahan ini, karena dari awal Merlin yang bersalah melakukan kekerasan terhadap Sarah. 'heh?' jadi apa sekarang dirinya membela Sarah?.
"gue denger lo lagi deket sama Sarah?!" tanya Giovani duduk di meja Akira, Jangan bayang kan giovani duduk untuk membuly, ia hanya bertanya dengan nada biasa saja. Akira cukup di segani di kelas karena tak banyak cakap alias pendiam, bahkan anak anak engan untuk menganggu Akira.
"enggak dia aja yang datang tiba tiba!" jawab Akira mengidik kan bahu nya acuh.
"hati hati.. Dia kadang cuma tertantang... Tapi gue gak nakutin lo cuma mengingatkan!" Giovani tertawa garing menepuk nepuk pundak Akira.
"makasih!" ucap Akira tulus kepada Giovani.
"tadi gue liat lo di anterin makanan sama sarah," lanjut Giovani mengangkat alis nya ingin tau.
"tadi ketinggalan ngak tau gimana bisa sampe ke dia!" jawab Akira sedikit berbohong, tidak mungkin mengatakan kepada Giovani tentang roftop.
"ohhh... Gue pikir sarah ngasih lo bekal... Seumur umur gue ngak pernah liat dia nganter makan untuk gebetan nya maka nya gue sempet berfikir sarah berubah entah positif atau negatif bisa aja kan?!" Giovani mengangkat bahunya tak mengerti dengan pikirannya sendiri.
"berubah apa? Memang nya ultramen!" canda Akira yang dibalas ledakan tawa giovani.
"iyak iyak... Oh iya kelas kita kosong kayak nya!" seru Giovani bersemangat memberitahu Akira, karena pada dasarnya Akira menyukai jam kosong.
"tau dari mana?" tanya Akira menyipitkan matanya menatap Giovani curiga, kalau kalau, ia di bohongi.
"tadi anak kelas sarah ngak ada guru, guru matematika wajib kita sama anak ips 6 kan sama!" jawab Gio menebak.
"semoga saja, jadi ngak perlu capek nunggu jam pulang!" celetuk Akira.
"jam kosong ngak boleh pulang bambang!" Gio menabok punggung Akirra pelan.
"maksud aku bisa tidur!"
"dasar!"
Kedua nya kembali tertawa saat Giovani melempar kan candaan kepada Akira. Ya Akira siswa laki laki yang pemalu dan tertutup tapi tidak pada semua orang, pada anak laki laki dia cukup akrab terutama yang sekelas dengan nya sedangkan anak perempuan sering diacuhkan. terlebih lagi akira tak suka berbicara dengan anak perempuan alasan nya simple dia beranggapan bahwa anak perempuan itu sensitif dan ia takut menyinggung karena ia pun tipe orang yang mudah merasa tak enak hati dan satu lagi terlalu banyak berfikir.
Bel tanda pulang berbunyi, Akira telah melarikan diri melesat meninggalkan kelas menuju gerbang sekolah. Ia terkejut melihat sarah berdiri menyander pada pagar besi menatap kaku kearah jalanan, akira degdegan ia belum siap bertemu sarah setelah kehebohan tadi, tapi ia tak punya pilihan lain untuk lewat. Atau ia harus bicara pada sarah?.
Ditengah kebingungan nya sebuah mobil van mewah berwarna hitam lewat dari dalam sekolah berhenti di gerbang berbicara kepada sarah. Dari tempat nya berdiri saat ini akira bisa melihat gelagat tak senang sarah saat seorang keluar.
"ayo pulang, kita bicara kan di rumah!"
.
.
TBC