selamat membaca
.
.
Dari tempat akira berdiri saat ini, ia bisa melihat gelagat tak senang sarah saat seorang keluar. seorang lelaki berjas, berpakaian rapi dan berambut klimis. lelaki itu memiliki wajah tampan meski sudah ada uban terlihat di antara rambut hitam yang lebat dan berkilau. rambut lelaki itu benar-benar terawat dengan baik.
"ayo pulang, kita bicara kan di rumah!" lelaki itu terlihat akan menyeret sarah yang masih berdiri sambil menyander pada pagar. Sarah masih memasang wajah tidak senangnya, lalu sarah berkata kepada lelaki itu."no dad.." brontak Sarah sedikit membentak, kemudian kalimat berikut nya berupa seruan lirih "Plis not yet! " lirih Sarah yang awal nya membentak berakhir dengan lirihan sedih.
"you've lost your kedali, this is dangerous for you. we are back now !" Akira terlihat agak kebingungan apa maksud dari lelaki yang di panggil dad oleh Sarah itu. Bukan karena dirinya tak bisa bahasa Inggris, namun ia tak bisa faham kemana tujuan bicara mereka. meski ia tahu arti dari kalimat yang di ucapkan lelaki itu, ia tetap tidak mengerti apa sebenarnya yang sedang mereka bahas.
"Pliss ... one chance dad, I promise!" Sarah terlihat memelas memohon kepada ayah nya. Percakapan kedua ayah dan anak itu masih berlanjut beberapa saat dan di akhiri dengan anggukan lemah dari Sarah. Dengan gerakan malas Sarah berjalan kearah pintu mobil yang di buka untuk nya, sekilas Akira bisa melihat gadis itu menoleh pada nya, tak ada senyum di sana, terlihat datar dan disana ada raut kecewa di wajah Sarah sebelum akhirnya hilang saat sarah sudah memasuki mobil.
Mobil yang di naiki Sarah tadi melaju pergi meninggalkan sekolah menyisakan rasa tak nyaman di hati Akira. Akira hanya bisa menatap jalanan yang tadi di lewati Sarah, ia menyesal tidak meminta maaf kepada Sarah, pasti gadis itu kesulitan karena nya. 'Harus nya aku minta maaf, jika aku tak mengusir nya dan membiarkan di bicara sendiri seperti biasa nya maka dia tak akan bertengkar dengan Merlin. Dan tak akan berakhir orang tua Sarah di panggil'- Akira terlihat gundah dan mulai menyalahkan diri nya sendiri, ini lah sisi negatif diri nya cenderung merasa salah. menjadi orang gak enakan, ternyata sangat tidak menyenangkan.
Gerbang sudah mulai ramai di padati siswa atau siswi yang berlalu lalang, ia harus cepat keluar dari sekolah, lalu memasuki bus sebelum ia ketinggalan bus. Akira bergegas sambil sedikit berlari, beberpa anak anak lainya juga banyak yang sudah masuk namun bus masih belum cukup penuh saat Akira masuk, hingga akhirnya ia duduk di bangku pojok belakang, menunggu bus penuh sambil mendengarkan musik lewat hensfree nya. sebenarnya fungsi ia mendengarkan musik hanya untuk memberikan kesan kepada orang orang yang ingi mengajak nya bicara merasa bahwa dirinya tidak ingin di ganggu, dan itu memang benar. ia tidak suka keributan, lebih baik mendengarkan musik dari pada mengobrol tidak jelas.
Akira merasakan pergerakan dari arah sebelah nya, seseorang telah duduk di sebelah nya, meski begitu ia tak peduli, memilih diam menatap arah luar jendela tanpa melirik siapa yang duduk di sebelah nya, itu adalah pilihan yang terbaik dari pada melirik orang di sebelah nya, bisa jadi ia diajak mengobrol. biasanya kursi di sebelah nya tidak terisi, banyak yang memilih berdiri dari pada duduk di sebelah nya dan menjadi canggung. kecuali itu berasal dari jelasnya. momen ini sangat langka sejak ia menginjak kelas 2 dan 3 sma.
Tak lama sejak ia merasa kursi di sebelah nya terisi, bus yang di tumpanginya bergerak, entah kenapa ia merasa posisi nya saat ini kurang nyaman, hingga akhir Akira memutuskan untuk mengegak kan tubuh nya lurus, lalu secara tidak sengaja ia melirik sebelah nya, dan alangkah terkejut mendapati siapa yang ada di sebelah nya. dia benar benar tidak menyangka siapa yang saat ini duduk di sebelah nya sambil menatap kearahnya. "Sarah?" ia terkejut bukan main saat yang di sebelah nya saat ini adalah Sarah, karena ia melihat dengan mata kepala nya sendiri Sarah masuk mobil dan kini kenapa malah di dalam bus. 'pantas saja tidak nyaman, ternyata di tatap sarah' batin Akira mengosok tengkuknya yang merasa canggung setelah berteriak kaget tadi, dan teriakan kaget itu berhasil mengundang banyak pasang mata untuk menoleh kearahnya.
"di makan dulu bekal nya!" ujar Sarah pelan dan terdengar hati hati, nampaknya Sarah tak ingin mengundang mata lebih dari yang saat ini terjadi pada mereka.
"nanti aja!" tolak Akira halus.
"lo nanti kerja dan butuh tenaga sebaiknya lo makan sekarang, kalau lo nolak, maka gua akan buntutin lo sampe lo makan.!" Sarah memaksa kehendak nya pada Akira. benar-benar gadis cantik yang keras kepala dan pemaksa. "ok, ok" jawab Akira akhirnya tak ingin di ganggu Sarah lebih lama. kejadian Sarah selalu mengundang perhatian, diamana pun itu, baik sekolah atau di luar sekolah, karena secara fisik Sarah terlihat memikat dan menarik, hanya saja meski begitu Sarah tetap terlihat tidak tersentuh oleh siapapun kecuali jika dia yang mengizinkan.
Ia membuka tempat bekal nya dan menemukan menu milik sarah tadi, nasi yang di kepal alias onigiri khas jepang, selain itu juga ada sushi dan lopster saus, lopster itu terbelah pada bagian punggung nya, hingga saus itu terlihat begitu menyatu dengan daging lopster. Ia tak mau bertanya lebih lama pasti akan memperpanjang masalah dan ia tidak suka itu.ia segera melahap makan yang ada di hadapannya yang sudah dingin karena memang bekal itu di bawa saat pagi hari tentu saja di jam seperti ini sudah dingin, namun tidak menghilang kan citarasa. yang masak ternyata benar-benar ahli.
"aku suka susi, aku suka sesuatu yang berbau Jepang! Like your name!" celetuk Sarah tanpa menoleh sedikit pun pada Akira. darah menatap lurus kearah dengan sambil berkedip teratur.
Malu? iya, Akira sangat malu dan speechless mendengar pengakuan sarah secara gamblang. Sejauh dia hidup hanya sarah yang pernah berkata demikian dengan mudah nya, dan tidak ada beban sedikitpun setelah mengucapkan nya, apalagi Sarah adalah mahluk berjenis perempuan.
"apa ibu mu orang Jepang atau penggemar?" akhir nya Sarah menoleh meski setiap kali mata mereka bertemu Akira akan mengalihkan mata nya ke tempat lain, dalam arti kata Akira menghindari kontak mata dengan Sarah, karena ia yakin akan berbahaya jika melakukan hal itu.
"ibu saya pernah bilang nama saya di ambil dari nama kedua orang tua saya, Akmal dan Irah. Tidak ada unsur Jepang nya," jelas Akira itu adalah jawaban yang bisa nya ia lontar kan saat seseorang bertanya seperti sarah tadi. Sarah bukan orang pertama yang bertanya mengenai nama nya jadi ia tak sulit menjawab nya. tapi Sarah orang pertama yang mengatakan menyukai namanya secara gamblang dan terkesan serampangan.
"ohh.. em.. kamu tinggal sendiri di apar_ eh.. Rusun?" tanya Sarah menyandar pada kursi.
"maaf," Akira menutup makanan nya yang hampir habis, ia tak bisa menjawab pertanyaan Sarah kali ini.
"gue tau dan gue cuma mau dengar lo ngomong tapi kalo lo keberatan gue gak akan maksa!" Sarah turun di halte no 6. Dan bisa di lihat bahwa di sana ada mobil yang seperti nya menunggu sarah, mobil pajero hitam.
"dia selalu bisa memilih apa yang dia sukai!" gumam Akira menyandar pada sisi bus, menghadap luar jendela.
"hidup nya terlalu mudah!" batin Akira melirik mobil pajero yang menghilang karena sudah meninggal kan tempat dengan cepat.
.
.
TBC
.
.
.