selamat membaca
.
.
"pa ayo pulang!" suara itu terdengar mengintrupsi sang pria tua yang di tuntun oleh Akira tadi. Pemilik suara itu adalah Sarah, gadis yang biasa nya terdengar heboh dan terlihat riang kini jauh berbeda, nada suara sarah kali ini terdengar lebih tenang dan terasa asing di telinganya.
Bahkan saat mereka bersisian Sarah berjalan dengan tenang, mengacuhkan nya tanpa ada liirkan sedikitpun, melangkah dengan tegas melewati nya tanpa menyapa barang sedikit pun. mungkin dia malu mengakui memiliki teman seorang kariawan.teman? sejak kapan mereka berteman?. Akira hanya tertawa ironi pada dirinya sendiri, bisa bisanya ia berfikir bahwa dirinya dan sarah adalah teman, memang nya ia siapa sampai sampai anak dari pemilik saham terbesar mau menyapanya?, harusnya ia sadar diri, saat di luar sekolah seperti ini dirinya dan Sarah tidak akan saling menyapa.
Tapi kenapa waktu itu Sarah mencium pipinya?. Merasa kacau dengan isi fikiran nya sendiri, Akira menyugar rambut nya kesal, ia kesal pada pikiran nya sendiri yang suka sekali berfikir kemana mana. Meski Sarah bertingkah seolah ingin berteman, bukan artinya Sarah akan menyapanya saat di luar sekolah, karena kenyataannya kasta mereka jauh berbeda. Ya, ia sadar akan hal itu, sepatu dan tas yang selalu di gunakan Sarah setiap hari saat di sekolah jelas adalah produk bermerek yang tidak sembarangan toko menjualnya, bahkan untuk gantungan kunci sekali pun, Sarah mengunakan gantungan resleting tas yang sangat mahal dan limited edition. Bahkan ia rasa, satu gantungan tas yang tergantung di tas Sarah mampu menghidupi nya selama setahun penuh.
Ia tidak bercanda, ia sering mendengar bisa yang heboh saat mengetahui Sarah mengunakan gantungan kunci baru dan mahal, bahkan ia sering mendengar cibiran dari visa akan Sarah. Lalu apalah artinya dirinya yang hanya seorang kuli di kini market yang mendapatkan gaji sedikit diatas upah UMR, itupun karena dirinya sudah lebih 2 tahun bekerja, pertama kali bekerja gajinya bahkan di bawah UMR, setelah beberapa kali mendapatkan promosi dan naik gaji, akhirnya kini gajinya bisa terbilanh cukup besar untuk ukuran dirinya yang hanya membayar uang rusun, makan dan bus itu pun jika ia menaiki bus, jika tidak uang jatah menaiki bus itu ia tabung di dalam celengan, meski pada dasarnya ia punya rekening pribadi untuk menabung, ia tetap melakukan tabung tradisional.
Jangan jangan ia merasa kecewa saat Sarah mengacuhkan nya? Tidak, ia hanya merasa kurang nyaman melihat sisi lain Sarah, terlihat begitu kaku dan dingin. Sampai sampai ia merasa Sarah tak tersentuh sedikitpun. Diri nya dan Sarah bagaikan langit dan bumi, hal itu menyadarkan nya akan kenyataan itu, bahwa dirinya tidak sebanding dengan Sarah.
"sudah selesai rapat nya bi?" suara pria tua itu terdengar bertanya dengan nada pelan namun penuh wibawa di setiap kata nya.
"sudah pa, kita bicara kan di rumah saja, "Sarah mengambil langkah di belakang lelaki berumur itu, berjalan mengikuti lelaki yang di panggil papa oleh Sarah itu. Lelaki itu mengangguk, lalu berkata, "bagus," lelaki yang di panggil papa oleh Sarah itu berjalan lebih dahulu di susul sarah. di belakang Sarah ada 2 orang body guard menyertai langkah Sarah dari belakang, seolah memastikan Sarah dan lelaki itu baik baik saja.
"Heh! Dasar aku!" sinis Akira pada diri nya sediri, terasa menertawakan dirinya sendiri yang sangatbsennag berksepetasi terlalu tinggi dan tidak sadar dengan posisinya.
Pukul 10 malam Akira pulang, bergantian dengan sift tengah malam yang bertugas hingga pukul 4 pagi. Di mini market Akira ada 4 sift, Sift siang dari pukul 9 sampai pukul 4 sore. Sift malam dari pukul 4 sore sampai pukul 10 malam, sift tengah malam dari pukul 10 hingga jam 3 dan sift pagi dari jam 3 subuh hingga jam 9 pagi . Rumit memang namun sebagian pekerja nya adalah pekerja paruh waktu kecuali untuk yang sift siang, begitu pun dengan akira yang hanya mendapatkan sift sore, dan sift malam, karena dirinya berstatus sebagai pelajar. sisanya, sebagai dari mereka adalah mahasiswa yang jamnya random, di sesuai kan dengan jadwal kuliah mereka. Sisa lainya memang pekerja full time yang siap sedia.
Tempat kerja nya saat ini sangat fleksibel, dimana lagi ada tempat yang menoleransi begitu besar terhadap pelajar maupun mahasiswa, pemilik mini market tersebut sangat baik dan selalu memperhatikan para pegawainya. Untuk mereka yang masih berstatus belajar, mereka dapat keringanan, jika selama 3 minggu mereka masuk 6-7 sehari, maka mereka akan di gaji full, jika tidak maka mereka akan di hitung perjam mereka kerja. Fleksibel dan tidak begitu merugikan.
Sudah waktunya pulang, akira menganti pakaiannya dengan baju untuk pulang, lalu mengenakan jaket yang selalu ia bawa setiap hari. Barulah setelah nya ia memasuki bus untuk kembali kerumah nya.
Setelah beberapa menit dindalam bus Akira turun dari bus, setelah turun ia masih harus berjalan kaki sekitar 100 meter dari halte menuju rusun sederhana milik nya. Dan ia melakukan kegiatan itu setiap hari ia hanya libur 2 minggu sekali, dan itu bisanya memang ia manfaatkan untuk tidur, atau beristirahat secara full.
"sudah pulang?!" sapa bapak bapak yang duduk di pos jaga sambil bermain kartu, saat Akira menginjakkan kakinya di area rusunya. " sudah!" jawab Akira sopan. Akira berhenti sejenak untuk menjawab pertanyaan dari warga.
"pacar kamu kenapa ngak di ajak kemari lagi?" tanya bapak yang menggunakan sarung hijau menggoda Akira, awalnya Akira sempat bingung, namun seketika ia teringat, akan Sarah. Dengan spontan ia Menjawab "saya tidak punya pacar, itu teman saya!" jawab kira yang hanya di respon dengan ber oh ria, namun wajah para bapak bapak tersebut seolah tidak percaya pada apa yang ia katakan. Tapi yasudah lah, Akira akhirnya pamit masuk ke dalam rumah susun milik nya.
"pacar? Jangan becanda!" Akira menuang air kedalam gelas lalu kembali kedalam karena nya menenteng gelas di tangan nya."dia bahkan tak menyapa ku tadi!" sinis nya saat mengingat kejadian benerpa jam tadi.
Akira saat ini sadar di hati nya mulai terbiasa dengan kehadiran Sarah yang sangat mengganggu, meski logika nya membantah kenyataan yang membenarkan segala keraguan yang terus di bantai oleh logika namun tak mampu di tolak hati nya yang terasa tak nyaman melihat sikap acuh Sarah.
Mungkin karena ia sudah terbiasa dengan sikap bar bar Sarah. Namun itu bukan berarti bahwa Sarah benar benar ingin berteman denganya. Ingat dunianya dan Sarah itu bagaikan 2 dunia yang berbeda.
"Hah!"
.
.
TBC