Pengumuman tes gelombang 1.
Pagi harinya, aku pergi ke kampus ditemani ayahku untuk mengecek pengumuman itu, ayah berada di luar gerbang menungguku, sedangkan aku mencari pengumuman lolos seleksinya yang terpampang di depan kaca ruang TU untuk mencari namaku di sana, dan "Eh ...!!" lagi-lagi aku menangis.
Mataku terbelalak tajam saat melihat pengumuman yang ada di sana ....
Kenapa aku ini cengeng sekali? Hanya dengan melihat pengumuman saja ....
Aku segera pergi ke tempat ayah.
"Ayah," ucapku pelan mendekati ayah ... "Aku ...."
"Bagaimana hasilnya? Kok menangis?" muka ayah jelas khawatir saat melihatku menangis saat sedang menhampirinya, dia juga bingung dengan sikap anaknya yang terlalu cengeng ini.
"Aku di terima, yah." Ucapku dengan sangat lembut kemudian memeluk ayah sejenak.
"Alhamdulillah." Ucap syukur ayah kemudian mengelus kepalaku.
Aku mengucap syukur juga di hatiku. Tak kusangka~ aku bisa masuk di sini. Berarti aku masih memiliki kesempatan kedua untuk mewujudkan impianku kembali.
Aku menangis terharu dengan pengumuman hasil tes yang terpampang di kaca jendela.
Tak kusangka, aku lolos seleksi dan mendapat peringkat 1.
****
Tiga hari kemudian, aku dan ayah segera menghadap kepala administrasi kampus. Membayar uang gedung dan biaya masuk kuliah. Ternyata kuliah ini membutuhkan biaya yang cukup besar, aku bersyukur memiliki ayah yang sanggup bekerja untuk menghidupi keluarganya dan ia sanggup membiayai putrinya hingga ke perguruan tinggi ini.
Dengar-dengar sih, kampus STKIP PGRI Lumajang ini adalah kampus dengan biaya administrasi paling murah, dan mutunya tidak diragukan lagi ... sudah terakreditasi B.
Eh, ternyata ... ayah memiliki hubungan dekat dengan kepala administrasi kampus itu.
Namanya kepala administrasi itu, pak Haryoto sebut saja jabatan beliau di sini seperti kepala sekolah. Orangnya tua, giginya tinggal dua (tidak kok! Cuma ketika tertawa 2 giginya di rahang atas kelihatan), ramah dan humble.
Beliau bilang suatu saat akan mampir ke rumah ayah, hehe.
Di belakang kami, ada seorang dosen administrasi berwajah ibu-ibu cantik yang bernama Ibu Ninik. Beliau melayani kami dengan sabar dan menjelaskan tarif SPP tiap semesternya.
Dibandingkan dengan kampus lainnya yang ada di Lumajang, di STKIP PGRI Lumajang ini biaya perkuliahannya termasuk murah meriah (mungkin karena sarana prasananya yang dipakai sederhana tidak memakai barang yang mahal).
Ah~ berarti informasi kampus ini murah, itu benar infonya.
Di dalam sana, ada brosur yang agak besar lagi, dan di foto brosur tersebut ... ruang kuliah di sana di lengkapi AC, selain itu menggunakan whiteboard, dan fasilitas perkuliahan lainnya menggunakan LCD.
STKIP PGRI Lumajang memiliki banyak WiFi gratis - tentu saja dipassword, tapi jika sudah kuliah di sini, kami sebagai mahasiswa dapat menggunakannya secara gratis tanpa batas-
*Itu WiFi untuk mahasiswa, ya.
Berikutnya masuk kuliahnya, hanya ada di sore hari setiap Senin sampai Jum'at.
****
Masuk kuliahku masih lama, ternyata sebelum masuk kuliah ada masa ospek yang dinamakan PKKMB.
*PKKMB: Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru*
....
23 Agustus 2015, jam 16:00
Hari itu pertama kalinya aku mengenal masa perkuliahan ini. Aku tinggal di Gombleh, rumahku berjarak sekitar 500 meter dari kampus. Cukup dekat, aku ke kampus jalan kaki.
Cuaca masih cerah ….
Namun, "Eh!? Masih sepi ...." mungkin karena terlalu bersemangatnya aku tiba di depan pintu gerbang terlebih dahulu. Tidak ada satu pun batang hidung seseorang yang ada di dalam sana, aku jadi ragu untuk masuk sendirian. Akhirnya aku berdiri di pojok dekat gerbang sambil membuka ponselku.
Aku melangkah masuk namun sebelum itu, ada seorang gadis cantik, putih dan berparas tionghoa yang baru saja keluar dari mobil berwarna putih. Dia mendekatiku dengan rasa canggungnya dia bertanya padaku ....
"Apa Anda ini mahasiswa baru?" tanyanya dengan sangat sopan.
"Ya." Jawabku singkat dengan sedikit canggung.
"...." Kami saling memandang.
Kemudian mobil putih itu meninggalkannya.
Dia melambaikan tangan dengan senyum ceria menghadap mobil itu, disusul aku yang juga menoleh ke arah mobil itu.
Kemudian aku bertanya padanya ... "Anu mbak-"
Lah! Dia langsung sibuk memencet teleponnya.
Namun, dia meraih tanganku, menggenggam tanganku dan kemudian melepaskannya, memberi isyarat agar aku tetap diam di sisinya.
Dia tengah sibuk bertelepon dengan seorang cowok.
Aku hanya terdiam saja melihatnya.
"...."
Kutatap berkali-kali dari matanya, bibirnya, kulitnya dan tubuhnya, dia sangat cantik. "Orang secantik dia harusnya jadi model saja." Pikirku, dia putih cantik dan sepucat salju.
Setelah sudah lama berbincang-bincang di telepon, dia mengakhiri panggilannya.
Dia meraih tanganku lagi, berjabat tangan padaku, kemudian bilang "Maaf, atas kelancangan saya," lalu melepaskan genggaman tanganku sambil membungkuk padaku.
"E-eh, ti-tidak apa-apa kok." Aku merasa tidak enak saat dia tiba-tiba menundukkan kepalanya, duh~ sampai segitunya.
Dia segera membangunkan diri ke posisi semula (terlihat seperti adat orang Jepang yang ada di film-film BIG MOVIES).
"Anu-" kami berdua mengucapkannya secara bersamaan.
"A-ah, silakan anda duluan." Dia mempersilakanku.
"Ba-baiklah." Ucapku yang akan mengawalinya dengan rasa canggung. Aku bingung mau ngomong apa? Hmm ..., "Apa kamu calon mahasiswa baru?" tanyaku dengan Bahasa yang santai saja.
"Iya." Jawabnya cukup meyakinkan dengan matanya yang begitu berbinar-binar.
"Salam kenal, aku Princess Zaskia. Aku juga calon mahasiswa baru." Aku sambil menyodorkan tangan kananku untuk berjabat tangan.
"Eh iya salam kenal, nama saya Lidya Nikitani." Dia membalas jabatan tanganku.
"Anu ... bisakah kamu bicara dengan bahasa tidak formal? Ya, maksudku santai saja, hehe."
"Oh, begitu. Baiklah aku bisa." Dia langsung mengubah perkataannya dan tersenyum tipis padaku.
Kami masuk bersama melewati pintu gerbang itu, kami berbincang-bincang di bawah pohon di tengah-tengah kampus. Kami menjadi akrab.
Rupanya kami berdua seumuran.
Lidya merupakan anak blasteran Jepang-China. Namun, ia sekarang tinggal di Indonesia karena kepentingan bisnis keluarganya.
Ia sudah 4 tahun berada di Indonesia, dan dia tinggal di pasirian. Ternyata tadi itu dia tengah bertelepon dengan tunangannya.
"Wah, dia sudah punya tunangan." Tunangannya orang Jepang asli.
....
"Katanya masuknya jam 16 kok sudah jam 16.25 masih belum masuk juga ya?" tanyaku heran. Apa jam orang Indonesia selalu molor? Rata-rata di kota kecil ini acara yang diadakan selalu tidak tepat waktu ... tidak seperti jadwal tayang film di televisi.
"Entahlah, beb."
Lidya memanggilku beb.
Kami sudah berganti posisi duduk di Musholla.
Kemudian seseorang dari kantor TU membawa beberapa dokumen dan arsip penting, di susul dengan mas-mas dan mbak-mbak yang membuka ruangan yang dulunya ditempati ruang ujian.
"Mungkin itu-" Aku menatapnya dengan sungguh-sungguh, dua orang wanita yang membawa sebuah berkas dan berjalan dengan sikap tegasnya.
"Ayo, beb." Lidya sepertinya menyadarinya kalau acara akan segera dimulai.
Kami berdua masuk, itu adalah ruangan di mana pertama kalinya aku tes.
Di dalam ruangan itu terpampang spanduk PKKMB
Wah ternyata banyak juga yang masuk kampus. Aku kira kampus kecil seperti ini dan pendidikan matematika tidak diminati banyak orang. Ternyata yang berkumpul dalam satu ruangan ini bukan cuma orang yang diterima di pendidikan matematika saja, melainkan di pendidikan ekonomi juga.
*Pantesan banyak, untuk pas ruangannya.
....
Dan, lagi-lagi pak tua itu berbicara menjelaskan kehidupan kampus ini sebagai acara pembuka, di susul dengan bu Aisyah dan bu Tri yang menambahkan beberapa point penting di dalamnya.
Seusai sambutan itu mas-mas dan mbak-mbak yang tadinya di depan dengan pakaian serba hitam itu membuka acara kembali.
"Halo ...." Kata mas di tengah itu.
"Hai ...." Sahut serentak seluruh calon mahasiswa baru.
Kukira bakal ada sambutan menarik seperti apa? Ternyata hanya persiapan materi untuk PKKMB besok.
Oh ya, mereka yang mengisi acara dengan pakaian serba hitam ini sebut saja dengan BEM
*BEM: Badan Eksekutif Mahasiswa*
Kedudukan BEM di sini seperti OSIS.
Acaranya sebentar tapi persiapannya ini cukup mendadak.
Kalo kami semua tidak siap untuk hari esok, maka ... akan ada sanksi pelanggaran dan kami di coret dari daftar nama calon mahasiswa.
Kami semua dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dipandu dengan masing-masing kakak-kakak dari BEM.
Mas-mas yang tadi bicara di depan itu namanya mas Shahwel. Dia adalah ketua BEM bisa dipanggil sebagai presiden mahasiswa.
Kemudian kakak-kakak yang membimbing kami ini disebut perdana menteri.
Aku dan Lidya berharap kita sekelompok, tentu saja pembagian kelompok itu sudah dibagi sebelum kami kemari.
Ya, yang tadi dua orang wanita yang merupakan bu Aisyah dan bu Tri yang membawa berkasnya, dan hasilnya ....
*Kelompok 1 ... namaku tidak ada di sana ....
*Kelompok 2 ... namaku tidak ada di sana lagi ....
*Kelompok 3 ... namaku tidak ada di sana lagi ....
*Kelompok 4 ... Lidya Nikitani! Ah~ ada nama seseorang yang ada di sampingku.
Lalu terakhir sendiri ... "Princess Zaskia ...." Uwaaaaaah~ namaku disebutkan juga!!
Yes, kita benar-benar satu kelompok.
Kami berada di kelompok 4.
Kami dibimbing oleh kak Eka dan kak Imron.
....
Esok harinya di tengah teriknya panas matahari yang menyengat di tubuh kami.
Tepat tanggal 24 Agustus 2015.
Balon bewarna Biru dan merah di lepaskan ke udara sebagai bentuk pembukaan penyambutan secara resmi para calon mahasiswa baru di kampus ini.
Walaupun tidak berlangsung dengan begitu meriah, rasa kebersamaan, tawa, persahabatan, rasionalisme ini mulai tumbuh dalam diriku. Ternyata kehidupan kampus itu semenarik ini.
Kami semua saat PKKMB di suruh menghafal lagu-lagu mahasiswa, di antaranya buruh tani, totalitas perjuangan, darah juang, berderap dan melaju, lalu yang terakhir tidak lain karena ini sekolah tinggi ilmu keguruan maka lagu yang wajib kami hafalkan adalah Mars PGRI.
Selain materi pengenalan kampus yang diberikan di sini, di hari kedua PKKMB kami bermain outbond dengan hadiah seru-seru (yap! Event kecil-kecilan yang diselenggarakan lembaga kampus).
Di hari ke tiga PKKMB
Di waktu upacara penutupannya, kampus kami mengundang Ali Melon. Salah satu band yang hits yang menyanyikan lagu Lumajang Sae. Kami semua di hari terakhir berjoget di depan pentas dengan semburan air dari selang kran yang disemprot para kakak pembimbing, ini bukan acara rusuh melainkan acara senang-senang dengan membawa senyum riang yang terukir di wajah kita semua.
Bahkan beberapa dosen yang ada di kampus juga ikut berjoget~
*Ah~ rasanya seperti kami (keluarga besar STKIP PGRI Lumajang) sedang mengadakan konser ekslusif ehehehe~
Hingga terdengar waktu maghrib tiba, acara ini di tutup dengan bacaan Alhamdullilah.
________
Hari-hari PKKMB yang indah mewarnai hidupku.
Berbagai kuis, outbound, permainan-permainan kecil lainnya, lalu pesta penutupan yang tidak terduga. Tawa ceria canda tawa seluruh mahasiswa dan calon mahasiswa di akhir acara ini.
Dengan berakhirnya PKKMB ini, kami mendapat sertifikat resmi menjadi mahasiswa di kampus STKIP PGRI Lumajang.
....
Aku sekarang sudah jadi mahasiswa!! Mahasiswa yang nantinya akan menyandang gelar S.Pd.
Aku sangat senang sekali, seperti apa ya kehidupanku di perkuliahan nantinya?
Aku sudah tidak sabar menyambut hari esok.
****