Chapter 51 - PUSH RANK...

"Sweet Devil ?" gumamnya. Kemudian Rachel mengklik folback dan berhasil berteman . Karena penasaran, dia langsung cek profilnya.

"Gila ! Udah mythic glory ." umpatnya. "Siapa sih, penasaran gue ? Mana gak ada foto aslinya lagi."

Lagi lagi notifikasi masuk, dan pemilik akun Sweet Devil mengirim sebuah chat.

💬 Boleh mabar ?

Rachel pun langsung membalas chatnya dengan mengiyakan ajakan orang tersebut.

Lalu pergi ke mode Rank, dan mengundang orang itu masuk ke dalam room untuk macht. Setelah itu tim Rachel melakukan ban hero seperti biasa.

Kali ini Rachel menggunakan Pharsa untuk berada di midlaner. Hero mage yang bisa terbang ini menjadi hero favoritnya saat ini. Bukan tak bisa memakai hero lain selain dari mage. Tetapi Rachel lebih ke tidak memakai hero yang belum dirinya kuasai. Ia hanya akan fokus meningkatkan hero yang saat ini dia sukai.

Permainan pun dimulai, Rachel langsung menuju midlane. Tak lupa ia mengaktifkan microfon supaya bisa berbicara dengan teman 1 tim nya. Rachel berdiri disemak semak agar tidak terlihat oleh hero lawan. Lalu menghabiskan minion agar levelnya meningkat lebih cepat.

Setelah sampai dilevel 4, Rachel mulai beraksi untuk membunuh hero lawan. Ia melihat Layla (hero dari lawan) seorang diri diturret atas bersama dengan minion akan memusnahkan turret milikya.

Kemudian ia terbang menggunakan skill keempatnya agar cepat sampai ditempat tujuan. Sesampainya diturret atas, Pharsa langsung memberikan skill pasif untuk memperlambat gerakan hero lawan. Lalu dengan cepat diberikan lagi skill pertamanya yaitu Curse of crow yang membuat stun terhadap lawan selama 1 detik. Lanjut ke skill 2 agar darah lawan berkurang dan terakhir langsung mengeluarkan skill ketiganya yang membuat hero lawan tak bisa berkutik lagi sampai mati karena efek dari skill ultimatenya. Rachel pun mendapatkan kill pertamanya.

"Pharsa bantu bawah." terdengar seseorang tengah meminta tolong. Pharsa pun segera terbang meluncur ke turret bagian bawah. Lalu membantu Angela menghabiskan minion, dan menyerang turret lawan.

Kemudian ia menengok map kecil dan terlihat Karina seorang diri tengah diserang oleh tiga hero lawan sekaligus. Rachel pun berinisiatif untuk pergi membantunya. Namun setengah perjalanan, hero lawan sudah mati terbunuh oleh Karina.

"Mantap Karina !" ucap Rachel dan kembali ke midlane.

Notif chat pun masuk disela sela pertandingan.

💬Sweet Devil : Suara lo kenapa ?

"Lah, bukannya dia juga on mic ? Kenapa harus capek-capek ngetik ?" pikir Rachel heran. Dan langsung menjawab tanpa membalas chat . "Lagi kurang sehat aja."

💬Sweet Devil : Why ?

"Ih ! Ini orang kagak waras kalik ya ? Udah jelas semua tim pada on mic termasuk dia . Tapi masih saja kirim chat." umpatnya kesal.

💬Sweet Devil : Gue denger kalik omongan lo .

Rachel pun tersentak melihat chat dari dia. Ia malu sendiri, karena sudah lupa dan mengumpat dalam keadaan on mic.

"Pharsa sehat ?" ucap Roger, salah satu teman 1 tim nya sembari tertawa.

"Eh sorry !" jawabnya kikuk. Lalu melanjutkan permainannya.

***

Waktu menunjukkan pukul 1 malam. Rachel masih saja duduk depan komputer. Laura yang sudah terlelap sejak enam jam yang lalu, terbangun karena suara Rachel.

"Chel ! Elo belum tidur ?" tanyanya seraya mengucek matanya.

"Masih seru nih." jawab Rachel tanpa menatap lawan bicaranya.

"Udah jam 1, Chel . Suara lo aja sudah serak begitu, masih aja gadang." Laura pun mengingatkan.

"Bentar lagi deh, tanggung nih ." sarkasnya.

"Ya udah, kalau ada apa apa jangan salahin gue." Laura pun kembali memejamkan matanya. Sampai pukul 2 tepat, Rachel baru keluar dari game. Ia merasa senang, beberapa kali push rank dirinya selalu menang. Beberapa kali juga ia bermain bareng bersama dengan Sweet Devil.

Rachel pun segera merebahkan badannya, dan menyusul Laura ke alam mimpi.

Keesokan paginya, Laura sudah berganti baju dan akan segera pergi. Tetapi Rachel masih menempel dengan bantal dan gulingnya. Waktu diponsel sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

"Chel ! Bangun Chel !" panggil Laura namun tak ada jawaban. "RACHEL !"

"Apa sih Fauna ?" jawab Rachel dengan suara yang semakin serak tanpa membuka matanya.

"Ayok bangun ! Sudah jam 7 nih. Kita kan ada acara Baksos." jelas Laura.

"Gue gak enak badan nih, gue ijin saja." ujarnya lagi.

"Oh ! Yaudah. Kalau gitu gue pergi dulu." Laura pun bergegas keluar dan segera kelantai bawah.

Sebelum benar benar pergi, ia menyiapkan 2 potong roti isi coklat juga segelas air putih dinampan untuk Rachel.

"Chel ! Gue siapin makanan dimeja, jangan lupa dimakan ya ." Lalu bergegas pergi karena sudah ditunggu oleh Rafa.

"Lho, kok sendiri ? Rachel mana ?" tanya Rafi saat tiba digarasi.

"Katanya gak enak badan, jadi dia gak ikut." jawab Laura. "Gue udah siapin makanan kok buat dia."

"Oh , oke ! Thanks ya ." ucap Rafi seraya masuk kedalam mobil.

"Eits ! Mau kemana lo ?" tanya Rio pada Laura yang hendak membuka pintu belakang mobil.

"Masuk lah." jawab Laura.

"Lo itu cewek. Duduk depan sana." titah Rio.

"Itukan tempatnya Rachel ."

"Kan si baby bear kagak ada, udah sana duduk depan." usir Rio.

"Mau masuk gak nih ? Kalau kagak, gue tinggal nih." ketus Rafa.

"Iya, iya gue masuk." Laura pun terpaksa duduk disamping Rafa.

***

Pukul 4 sore, Rafa dan yang lainnya tiba dirumah. Mereka bergegas masuk rumah menuju kamarnya masing masing. Begitu juga dengan Laura, ia langsung menuju kamar Rachel .

Laura pun langsung mendudukan pantatnya disofa kamar Rachel. Ia melihat Rachel masih saja tertidur.

"Elo belum bangun Chel ?" tanyanya namun tak ada sahutan. Lalu melirik meja yang ada nampannya. "Kok masih disitu nampannya ?" pikirnya yang mulai curiga.

"Chel ! Rotinya gak elo makan ? Kenapa ? Gak enak ya ?" tanyanya lagi yang masih belum juga dijawab oleh Rachel.

"SiRachel kok diam aja ya ? Senyenyak itu kah dia tidur ?" pikirnya. Karena penasaran, Laura pun beranjak mendekati Rachel yang sedang tertidur. Ia menggoyangkan tangan Rachel. "Rachel ! Chel !" panggilnya namun sama sekali Rachel tak bergerak.

Sontak Laura kaget setengah panik. Ia mencoba menempelkan telapak tangannya di kepala Rachel. Seketika matanya membelalak, seperti ingin keluar.

"Oh my God ! Badannya panas banget ." ujarnya. "Chel bangun Chel! RACHEELLL !" teriaknya. Lalu bergegas keluar kamar dan meminta pertolongan.

"RAFAAAA ! RAFI , RIOOO ! Tolongin gue !" teriaknya lagi sambil berlari menuju kamar sebelah.

Mendengar teriakan Laura, semua orang rumah termasuk para asisten juga segera menghampiri kelantai paling atas.

"Ada apa ?" tanya Rafi ketus.

"Ra-Rachel , Fi ! Rachel !" jawabnya panik.

Rafa tersentak saat Laura sebut nama Rachel. Tanpa berpikir panjang, dirinya langsung berlari menuju kamar Rachel. Dan diikuti oleh yang lainnya. "Astaga ! Rachel demam tinggi ." gumamnya. "Chel bangun Chel !" Rafa pun mencoba membangunkan Rachel.

"Fi ! Panggil Dokter Bagas sekarang juga." titah Rafa auto cemas dan khawatir.

Selang beberapa waktu, dokter pribadipun datang. Tetapi bukan dokter Bagas, melainkan Daniel anak dari dokter Bagas.

"Daniel ? Cepat pergi kelantai tiga ." titah Rafi saat melihat Daniel masuk rumah dan segera bergegas menuju kamar Rachel.

Daniel pun sontak kaget, melihat kondisi Rachel yang wajahnya sangat pucat. Lalu Daniel langsung memeriksa darah Rachel dan memasangkan infus padanya. Daniel juga memberitahu mereka bahwa Rachel akan segera membaik setelah istirahat sebentar. Merakapun merasa lega.

"Fa, gue pamit ya ?" ujar Daniel seraya berjalan keluar kamar.

"Thanks ya, Niel !" ucap Rafa berterima kasih. "Oh iya, elo kapan ada waktu ? Udah lama nih kita gak ngumpul." tanyanya.

"Gue masih jadi dokter magang, Fa. Masih banyak yang harus dipelajari dilapangan. Mungkin sekitaran 2 minggu lagi, gue ada waktu." jelas Daniel.

"Okelah ! Gue tunggu."

★★★★★