"kenapa bos.. cemburu ya?" tanya frans tersenyum pada bosnya, tapi kemudian dia diam dan tertunduk hanya bisa tertawa dalam hati, karena mendapat lirikan maut dari bosnya.
"kau menertawakan aku frans?"
"oh bukan begitu bos, aku hanya sedikit kwatir dengan grasia, bagaimana kalau ibu tiri bos melakukan sesuatu yang buruk lagi.." kata frans, dia balas melirik gabriel, dia sengaja memberikan alasan itu, karena dia tahu bosnya terlihat galau.
"itu tak mungkin.." kata gabriel cuek, padahal dalam hatinya mulai kwatir, tapi dia ingat perkataan frans kalau ibu tirinya itu sedang dihukum oleh ayahnya,
"yakin bos? Bagaimana kalau grasia dibawa pacarnya makan udang, dan kemudian dia.." kata frans lagi untuk memancing bosnya, terlihat gabriel seperti berpikir dan dia langsung membuka hpnya untuk mengetahui dimana keberadaan grasia dari aplikasi yang dipasangnya dihp.
"bukan urusanku.." kata gabriel lagi dengan cuek, padahal di telah melihat tempat dimana aldo membawa grasia, dan dia tahu tempat itu tidak memiliki menu yang mengandung udang. melihat bosnya tak terpengaruh frans akhirnya diam, tapi sebelumnya dia masih sempat bergunggam
"yaaa mau gimana lagi.. semoga kencan mereka sukses" ucap frans pasrah, dan ternyata perkataan frans itu semakin membuat suram wajah bosnya.
Grasia suka dengan pemandangan restoran yang dipilih aldo untuk mereka makan bersama, walaupun dia masih terpengaruh dengan ciuman gabriel pagi tadi, tapi saat bersama aldo dia tak ingin mengecewakan aldo, dengan penuh konsentrasi dia berusaha sadar. kalau grasia teringat dengan ciuman itu dia menggelengkan kepalanya dan juga untuk mengalihkan pikirannya Grasia sengaja banyak bicara, dia bercerita tentang pemandangan di daerah tempat tinggalnya dulu, juga tentang tempat-tempat yang pernah dia dan sahabatnya adel kunjungi di daerah. bercerita tentang adel membuatnya bersemangat, dan juga membuatnya bahagia. tiba- tiba dihp grasia masuk beberapa pesan, dan mau tak mau dia harus memeriksa hpnya.
[halo dek, apa kabarmu? Lagi ngapain?] pesan itu ternyata dari adel, seseorang yang sedang dibicarakannya, dan melihat pesan itu grasia jadi sangat bahagia dia langsung membalas pesan itu.
[kak adel, aku bahagia banget, kak adel lagi lowong ya? Tumben kirim pesan duluan] kirim grasia bersemangat. Dan sesaat dia melupakan aldo dan asik sendiri dengan hpnya.
[iya, hari ini aku lagi istirahat, terlalu capek bekerja] jawab adel
[iya kayaknya kak adel memang terlalu banyak bekerja, sampai-sampai kirim pesan buat aku aja sekarang hampir nggak pernah lagi]
[kok bisa? Bukannya aku selalu membalas pesanmu] tulis adel lagi.
[iya sih di balas, tapi selalu harus aku yang duluan kirim pesankan] sebenarnya grasia sedikit kesal sama adel, soalnya adel sekarang jarang sekali mengirim pesan, padahal dulu apa saja yang terjadi pada mereka baik adel maupun grasia pasti akan cerita, dan mereka akan membahas cerita itu.
[iya..baik.. aku minta maaf grasia sayang..jangan marah lagi ya..] balas adel, dan grasia tersenyum sombong pada hpnya, aldo yang sejak tadi melihatnya jadi mengerutkan alisnya.
"pesan dari siapa sih grasia?" tanya aldo yang merasa terabaikan.
"dari kak adel.." grasia yang terlalu asik hanya membalasnya singkat, kemudian dia asik kembali.
[kak ada yang ingin aku ceritakan sama kak adel] tulis grasia dia teringat dengan ciuman gabriel tadi
[cerita apa? Soal pacar barumu?] balas adel
[bukan kak, ada yang lain, nanti aku cerita kalau sudah dirumah, hari ini aku lagi jalan sama aldo kak]
[dia pacar kamu ya?]
[belum kak, sewaktu smu dulu aku memang sangat menyukainya, tapi sekarang entah kenapa aku mulai menyukai orang lain kak, apa aku jahat kak?] tanya grasia, dia melihat ke aldo dan ternyata aldo sedang menatapnya,
"eh sory dho.. aku jadi keasikan ngobrol dengan kak adel, kamu nggak apa-apa kan?" kata grasia tersenyum kecut merasa bersalah.
"sebenarnya aku mau bicara sesuatu yang sangat penting grasia.." kata aldo dengan serius, mereka berdua jadi saling menatap.
"ada apa? Apa ada yang salah dho?" tanya grasia bingung, aldo masih menatap grasia, kemudian dia memegang tangan grasia dan mengelusnya lembut, wajah aldo benar-benar serius.
"grasia.. aku mau mengatakan padamu, kalau aku sangat mencintaimu.. maukah kau menjadi pacarku?" tanya aldo suaranya begitu lembut dan tulus, dan mereka saling tatap untuk sesaat, grasia jadi bingung, harusnya pernyataan cinta aldo itu akan membuatnya bahagia tapi kenapa yang muncul dikepalanya adalah saat dia dan gabriel berciuman, merasa kaget dengan bayangan itu grasia menarik tangannya yang dipegang aldo dan menjadi ketakutan, kwatir aldo akan mengetahui apa yang sudah dia lakukan. Apakah tadi itu dia telah berhianat pada aldo?
"maafkan aku dho.." kata grasia agak takut, wajah aldo terlihat sedikit kecewa
"apa maksudnya sia? Apakah aku ditolak?" tanya aldo kwatir.
"eh bukan begitu dho.." jawab grasia, dia jadi bingung.
"oh ya sudah.., kalau begitu aku akan memberimu waktu untuk berpikir sia.." kata aldo, suaranya kembali melembut dia tersenyum mengerti.
"terima kasih dho kalau kau bisa mengerti.."
"iya.. aku tahu mungkin kamu belum siap, tapi aku hanya ingin kau yakin kalau aku sangat mencintaimu grasia.." kata aldo tersenyum dengan manis dan tulus, memandang itu membuat grasia jadi terharu, dan berkata dengan yakin pada dirinya, baik dho aku akan mempertimbangkan semuanya.
Dijalan saat pulang, grasia kembali membuka hpnya ternyata telah banyak pesan dari adel, dari pesannya itu dia terdengar kwatir karena grasia tak membalas pesannya.
[maaf kak adel, aldo tadi habis menyatakan cintanya padaku kak] tulis grasia, dia melirik aldo sebentar yang sedang mengemudi, di hp grasia melihat adel menulis tapi kemudian menghapusnya, entah apa yang hendak ditulisnya.
[tapi aku bingung kak.. apakah aku harus menerimanya atau bagaimana kak] tulis grasia lagi, karena adel belum juga membalasnya.
[apa kau juga mencintainya?] tulis adel
[entahlah kak, dulu aku sangat menyukainya tapi entah kenapa sekarang aku lebih menyukai orang lain kak, dan tadi kami ciuman kak] tulis grasia, tapi bersamaan dia telah tiba dirumah. setelah pamit dari aldo dia berjalan kedalam rumah.
Di dalam rumah dia melihat lampu dikamar bosnya sudah mati, sepertinya bos telah tidur, pikir grasia, dengan perlahan dia memeriksa ibunya, dan selesai mandi dia melanjutkan pembicaraannya dengan adel.