Pukul 07.00 grasia baru bangun, semalam dia ngobrol panjang lebar dengan adel lewat pesan, saking asik dan serunya pembicaraan mereka, akhirnya tengah malam baru selesai. pagi ini karena kesiangan grasia harus bergegas kedapur untuk membantu ibunya gabriel membuat sarapan,
"selamat pagi tante, maaf aku bangun kesiangan.." suara grasia penuh penyesalan, ibu garbiel tersenyum,
"karena kamu kesiangan, jadi sekarang tugasmu membangunkan bosmu, supaya segera mandi dan datang sarapan." ibunya gabriel mendorong grasia agar meninggalkan dapur. Walaupun sebenarnya grasia keberatan tapi dia tak berani menolak permintaan ibunya gabriel.
"baik tante.." kata grasia dan bergegas ke kamar bosnya. Didepan kamar gabriel, grasia mengetuk pintunya beberapa kali tapi bosnya tak bangun juga. Gabriel sebenarnya punya kebiasaan kalau tinggal dirumah ibunya, dia sangat menyukai moment di saat ibunya membangunkan dia, dia suka saat ibunya dengan lembut memanggil namanya, mengelus rambutnya, atau dengan lembut menepuk tangannya, menepuk pipinya, memencet hidungnya sampai akhirnya dia bangun. jadi karena kebiasaan itu Gabriel tak pernah mengunci pintu kamarnya. Dan setelah seminggu tinggal bersama, grasia jadi mengetahui kebiasaan bosnya itu maka tanpa ragu dia masuk kedalam kamar bosnya, tapi demi sopan santun grasia tidak menutup pintu kamar bosnya, dia kemudian mulai membuka semua tirai dan jendela dikamar bosnya biar cahaya dan udara pagi bisa masuk kedalam kamar, dan selama dia membuka jendela dan tirai, dia terus bersuara memanggil bosnya supaya bangun.
"pak gabriel ayo bangun.. pak gabriel bangun..hari sudah pagi pak..pak gabriel.." kata grasia berusaha membangunkan bosnya, sebenarnya dia sedikit heran, bukankah saat dia pulang semalam bosnya sudah tidur, tapi kenapa tetap juga bangun kesiangan, mungkin lukanya belum sembuh benar makanya perlu istirahat yang banyak pikir grasia. Grasia terus saja memanggil, dia berjalan mendekat ke tempat tidur bosnya berharap supaya suaranya bisa membangunkan bosnya. Tapi tiba-tiba dia melihat sesuatu yang aneh di atas meja dekat tempat tidur bosnya. disana dia melihat hp yang sepertinya dia kenal, warna dan gambar casingnya bahkan mereknya begitu familiar baginya, hp itu begitu mirip dengan hp milik kak adel teman sekamarnya sewaktu didaerah, bagaimana mungkin bisa sama? pikir grasia. tapi ketika dia ingin menyentuh hp itu, tangan gabriel telah lebih dahulu mengambil hp itu, dan kemudian tangannya ditaruh diatas kepalanya agar jauh dari jangkauan grasia.
"kenapa kau dikamarku.." tanya garbiel dengan suara lebih rendah dari biasanya, dia manatap grasia dengan tatapan yang masih mengantuk, tapi dia telah sadar sepenuhnya karena hampir saja salah satu rahasia besarnya diketahui oleh grasia.
"itu bos.. aku disuruh ibunya bos untuk membangunkan bos.." kata grasia, setelah hampir dua bulan dia bekerja dengan gabriel dan frans, grasia mulai mengikuti cara frans memanggil bos mereka.
"mohon maaf bos.. boleh aku melihat hp itu? hp itu begitu mirip dengan hp milik sahabatku.." kata grasia dan menunjuk hp yang ada ditangan gabriel, tapi gabriel tak bergeming dia hanya diam menatap grasia dan tak berniat memberikan hp itu.
"aku tahu bos hp seperti itu pasti banyak dijual dipasaran, hanya saja rasanya aneh bos, kenapa warna casing bahkan stiker yang ada di hp itu begitu mirip dengan milik sahabatku bos..jadi.. boleh aku melihatnya sebentar.." kata grasia memohon. Gaya gabriel tak berubah dia masih menatap grasia seperti yang tadi, dia juga tidak marah ataupun menolak permintaan grasia. Saat melihat reaksi bosnya seperti itu, grasia saking penasarannya dia jadi berani dan naik keatas tempat tidur bosnya berusaha untuk mengambil hp itu. tanpa dia sadari posisi antara dia dan gabriel jadi terlihat ambigu, DEG jantung gabriel berdetak kencang.
"grasia sayang.., lain kali kalau kau ingin kita seperti ini.. kau harus menutup pintu dulu, orang-orang bisa melihat kita.." kata gabriel berusaha tenang, mendengar itu grasia jadi sadar dengan posisinya yang berada diatas tubuh bosnya, walaupun tak kena tapi posisi itu bagi orang yang melihat mereka pasti akan berpikir yang aneh-aneh, maka dengan wajah yang memarah grasia langsung bangun dan begegas keluar dari kamar gabriel, untuk sesaat dia melupakan niatnya untuk melihat hpnya gabriel. Setelah melihat grasia pergi gabriel bernafas lega, dalam pikiran Gabriel sebenarnya dia sangat ingin memeluk grasia saat itu, tapi dia terlalu takut grasia bisa melihat dan mengenali hp yang dipegangnya, dan dia tahu betul itu sangatlah berbahaya. Hp itu sebenarnya selalu dijaga dan disimpannya dengan aman, tapi semalam karena dia keasikan membalas pesan di hp itu sampai akhirnya dia ketiduran, makanya hp itu tidak disimpan tapi hanya diletakkan dimeja begitu saja.
Sepanjang hari itu sebenarnya grasia sedikit malu untuk bertemu dengan gabriel tapi dia terlalu penasaran dan terus saja memikirkan tentang hp itu. dia telah beberapa kali coba untuk menghubungi telpon adel tapi adel tak menjawab, walaupun dia berusaha meyakinkan dirinya kalau adel sedang sibuk sehingga tidak bisa mengangkat hpnya, tapi perasaan aneh itu tetap saja mengganggu pikirannya.
[kak adel tolong dong diangkat hpnya.. aku benar-benar ingin bicara dengan kak adel secara langsung, ada hal penting yang ingin aku bicarakan] tulis grasia, dia memutuskan mengirimkan pesan karena beberapa kali dia menelpon tapi tak diangkat juga. maka Saat bertemu gabriel dia membuang rasa malunya dan bertanya,
"pak gabriel, please.. boleh ku lihat hp itu?" tanya grasia penasaran.
"itu hpku grasia.. kenapa kau begitu terobsesi dengan hpku? Aku belum jadi suamimu tapi kau sudah penasaran dengan hpku.." canda gabriel, yang sebenarnya dia terlalu takut untuk mengaku, dia takut grasia akan marah dan membencinya, dan hanya kebohongan yang harus dia katakan.
"nggak lucu bos.." kata grasia kesal, dari kata-katanya grasia terdengar kesal, padahal jantungnya berdetak kencang dan wajahnya kembali memerah mengingat kejadian pagi tadi.
"memang aku tidak sedang melucu grasia.. oh.. kalau kau memang penasaran bagaimana kalau kau menciumku dulu, dan gantinya ku berikan hpku.." kata gabriel, dia teringat pembicaraan mereka semalam, dalam pesan yang ditulis grasia, dia berkata kalau dia tak bisa melupakan rasa ciuman mereka, gabriel bahagia karena ternyata bukan hanya dia yang tak bisa melupakan ciuman itu.
"issc.. berarti benar yang dikatakan orang-orang tentang bos, kalau bos itu perayu ulung.." kata grasia dan keluar dari ruangan gabriel begitu saja. dengan tersenyum pasrah garbiel menatap punggung grasia. akhir-akhir ini gabriel mulai menyadari sesuatu yang aneh terjadi padanya, sejak dia mengenal grasia rasanya cewek yang lain tak ada yang menarik lagi, pikiran dan ketertarikannya hanya tertuju pada grasia. tapi selama rahasia itu masih belum bisa dia katakan, rasanya terlalu beresiko untuk memiliki grasia.
Disaat kembali kemejanya grasia kembali teringat dengan adel, dan dapat ide untuk masalahnya. sudah lama dia dan adel tidak bertemu secara langsung, hanya berbicara lewat pesan dihp. jadi grasia berniat untuk minta cuti dan berlibur ke daerah, dia ingin ketemu dengan adel walau hanya beberapa hari saja, setidaknya dia bisa melihat adel dan menghilangkan kekwatirannya. tapi idenya itu, akan dia bicarakan dulu dengan ibunya dan ibunya gabriel, baru kemudian akan dia bicarakan dengan frans dan bosnya Gabriel.