"yang masuk akal grasia.., bagaimana bisa kau minta cuti, kalau kau bekerja saja belum ada enam bulan sampai sekarang?" kata frans keberatan, dia sebenarnya sedikit iri karena dia saja yang bekerja sudah lebih dari 15 thn hampir tak pernah cuti.
"kamu ingin cuti memangnya mau ngapain grasia?" tanya gabriel kalem, mendengar pertanyaan bosnya grasia jadi bersemangat lagi dan mengabaikan perkataan frans.
"itu bos, kan sejak ayahku meninggal dunia dan ibuku juga masuk rumah sakit, sampai sekarang aku belum pernah kembali kedaerah tempat tinggalku yang dulu, disana ada urusan yang harus aku selesaikan bos.." kata grasia menjelaskan. DEG wajah gabriel sedikit memucat tapi dengan cepat dia telah bisa menguasai emosinya lagi.
" urusan apa yang belum selesai grasia?" tanya gabriel, dia sebenarnya keberatan grasia kembali kedaerah itu, tapi tak ingin membuat grasia kecewa.
"aku punya hutang pada teman kosanku bos, dan beberapa hari yang lalu dia menelponku katanya dia lagi ada masalah bos"kata grasia berbohong, gabriel mengerutkan kedua alisnya, dia tahu grasia berbohong.
"hutang? Berapa banyak hutangmu?" tanya gabriel ragu, walaupun dia tahu grasia berbohong, tapi dia tak ingin mengatakannya.
"lumayan banyak bos, sebenarnya aku ingin menemui dia langsung, karena aku ingin meminta keringanan sedikit" kata grasia masih berbohong.
"kalau hanya untuk itu, bukannya kamu bisa mentransfer uang hutangmu grasia.." potong frans, perkataan frans itu seperti yang dipikiran gabriel, dan dia menatap grasia penasaran, penasaran apa yang akan dijadikan alasan oleh grasia lagi.
"masalahnya hutangku bukan hanya uang pak frans, aku juga punya hutang emosi, jadi karena dia punya masalah makanya aku wajib menghiburnya" kata grasia masih beralasan
"kamu bisa menelponnya kan.." kata frans lagi, dia sebenarnya tidak keberatan kalau grasia ingin minta cuti, tapi karena dia sedikit iri, juga dia kwatir dengan bosnya.
"hasilnya beda pak frans. kalau aku menghiburnya hanya lewat telpon dengan menghiburnya secara langsung, dampaknya jauh berbeda pak.. pokoknya aku janji.. aku hanya perlu 3 hari saja untuk bertemu dengan sahabatkku itu, jadi aku berniat berangkat jumat dan akan kembali kesini hari minggu. jadi resminya cutiku hanya 1 hari, kan untuk pegawai biasa sabtu minggu itu kita libur. jadi.. boleh kan pak gabriel?" grasia menatap gabriel dengan wajah penuh permohonan. Gabriel hanya diam menatap grasia, dia sedang berpikir keras.
"ok akan aku ijinkan, tapi dengan satu syarat grasia.." kata gabriel akhirnya setelah dia diam beberapa saat.
"apa syaratnya itu bukan sesuatu yang susahkan bos?" tanya grasia sedikit takut, tampak gabriel menarik nafasnya dalam.
"kalau kau akan ke daerah, aku juga akan ikut bersamamu.." kata gabriel, dan wajah frans langsung kaget dan tegang.
"bos.. jangan becanda..orang yang ingin membunuh bos didaerah sampai sekarang belum kita temukan, sekarang bos masih ingin kesana?" protes frans, dia sebenarnya sudah menduga akan seperti ini, bahwa bosnya tak mungkin membiarkan grasia pergi sendiri, tapi dia tak menduga kalau bosnya akan senekat itu untuk menemani grasia ke daerah, tempat dahulu dia pernah hampir mati dikejar pembunuh.
"bukankah itu tugasmu untuk menemukan siapa yang ingin membunuhku didaearah frans, atau anggap saja ini sebagai pancingan buat mereka" suara gabriel terdengar tenang, tapi wajahnya terlihat tegang, dan untuk menutupi itu dia merapikan berkas-berkasnya. Grasia yang mendengar itu jadi kaget dan sedikit takut.
"bos.. kalau ada yang ingin membunuhmu didaerah lebih baik bos tak usah ikut.. aku bisa sendiri kok " kata grasia kwatir.
"tapi kalau aku tidak ikut, berarti kamu juga nggak boleh pergi grasia.." kata gabriel dan dia yang telah kembali tenang menatap grasia. Grasia jadi bingung, apa yang harus dia lakukan, dia ingin protes tapi dia tahu bosnya bukan orang yang mudah menyerah, dan dia juga tak ingin menyerah, dengan takut dia menatap bosnya dan frans secara bergantian.
Setelah menempun perjalanan selama delapan jam dengan melewati jalan tol akhirnya mereka semua tiba dengan selamat. Frans yang dengan terpaksa memutuskan untuk ikut dengan grasia dan gabriel, beberapa hari sebelumnya telah sibuk menyiapkan segala sesuatunya, mengingat masalah yang pernah terjadi pada gabriel, maka kali ini segala sesuatunya telah dipersiapkannya dengan matang, persiapannya bahkan hampir meyerupai persiapan presiden yang akan datang kedaerah, sebelum mereka pergi dia telah mengutus orang terlebih dahulu untuk memeriksa tempat-tempat yang akan mereka datangi, dan untuk menemani mereka dalam perjalanan frans membawa bersama mereka lima orang pengawal. Grasia sebenarnya sangat keberatan dan ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi di dearah waktu itu, tapi melihat ketegangan dan keseriusan gabriel dan frans akhirnya grasia hanya bisa diam.
Sepanjang jalan wajah gabriel begitu tegang dan gelisah, dia beberapa kali ingin mengatakan sesuatu pada grasia, tapi selalu saja hanya berhenti diujung lidahnya, dia beberapa kali melirik grasia.
"bos, aku sudah menyiapkan kamar buat kita, dan kamar grasia kutempatkan ditengah, tapi kalau kamu keberatan aku bisa meminta grasia untuk tidur dikamarmu" kata frans becanda, dan candaannya itu menghasilkan tatapan tajam dari gabriel.
"sory bos aku hanya ingin membuatmu santai, soalnya sejak tadi kau terlihat begitu tegang dan gelisah, aku tahu bos sempat trauma dengan kejadian tempo hari. tapi aku jamin bos kali ini segala suatunya telah terkendali" kata frans tulus, tapi itu tak membuat gabriel lega, ada masalah lain yang membuatnya tegang dan gelisah.
"bagaimana dengan orang yang kau suruh untuk mencari temannya juwita?" tanya gabriel,
"beberapa kali mereka salah orang, tapi menurut laporan beberapa hari yang lalu, sepertinya mereka telah menemukan orang yang benar, dan mereka sekarang sedang mengikutinya dan berusaha mencari kesempatan untuk memancingnya untuk bicara" kata frans melaporkan.
"ehm.. katakan pada mereka kalau dengan cara baik-baik dia tak mau cerita, lakukan dengan cara yang keras" perintah gabriel, tatapannya terlihat marah.
"baik bos.. tapi untuk sekarang bagaimana? Jadi bukan masalahkan grasia tidur dikamar sendirian? atau bagaimana kalau aku yang temani dia?" tanya frans kembali menggoda bosnya.