Setelah juwita berhasil diusirnya dari restoran itu, gabriel duduk termenung, berpikir keras tentang apa yang dikatakan juwita tadi. Dari beberapa peristiwa yang terjadi terakhir ini gabriel selalu mengkwatirkan grasia, selalu mengutamakan grasia, bahkan terkadang diluar logikanya, tapi tak sedikitpun gabriel merasa terbeban karena senyuman diwajah grasia membuat dunianya jadi begitu indah, sedangkan kesedihan diwajah grasia akan sangat menyakitkan buat gabriel. Dan juwita benar, walaupun grasia adalah prioritas hidupnya tapi dia harus bisa mengendalikan emosinya, agar apa yang terjadi pada pembunuh adel itu, tidak terjadi padanya, kebahagiaannya itu tidak menjadi malapetaka. di saat gabriel sedang duduk termenung itu, seseorang datang dan menyapanya. Ternyata itu adalah sahabat semasa kuliahnya, mereka dulu akrab karena punya hobi yang sama tentang mesin, hanya saja gabriel harus bekerja meneruskan perusahaan ayahnya, sedangkan sahabatnya itu bekerja sesuai hobinya.
"bagaimana.. kau tertarik ikut denganku? ayolah.. hanya hari ini saja.. bantu aku perbaiki speedboat itu, jangan kwatir kau pasti bisa, hampir semua mesin itu pada prinsipnya sama, yang membuat siklus dan komponennya berbeda tergantung bahan bakarnya. speedboat yang akan kita perbaiki ini bahan bakarnya sama seperti mobil, pasti mesinnya tak beda jauh.." kata cakra sahabatnya itu penuh semangat, dan gabrielpun menyetujui ikut sahabatnya itu. disaat grasia dan frans menemukan gabriel, waktu itu mereka sedang menunggu anakbuah cakra yang sedang membeli bahan bakar, mereka telah berhasil memperbaiki speedboat itu tapi lupa membawa bahan bakar. Dan gabriel tertidur saat menunggu.
"ada apa ini?.. siapa kalian?..Kenapa kalian mencarinya?" cakra yang sedang ngobrol dengan nelayan, saat melihat beberapa orang mendatangi gabriel dia jadi mendekat sambil membawakan lampu, dia tak ingin sesuatu yang buruk menimpah gabriel.
"ini bukan masalah rha, hanya frans yang terlalu kwatir.." kata gabriel dan dia bangkit berdiri, grasia juga ikut berdiri.
"woow.. ada gadis cantik rupanya.. dan kalau dia siapa?" cakra terpesona saat melihat grasia, grasia yang sudah biasa mendengar orang memujinya jadi tersenyum ramah.
"saya grasia.. anak buahnya pak gabriel.." kata grasia memperkenalkan dirinya, dia juga mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Dia merasa orang itu pasti dekat dengan gabriel.
"namamu cantik seperti orangnya.." gombal cakra, dan dia menjabat tangan grasia, mendengar gombal cakra itu grasia jadi tertawa kecil, dan ternyata ada yang cemburu.
"sudah cukup jabat tangannya.." kata gabriel dan menepis tangan cakra yang sedang bersalaman dengan grasia.
"aduh...kalau dia hanya seorang anak buah kenapa bisa membuat bos gabriel marah?.." kata cakra pura-pura tangannya sakit, tapi dia tersenyum nakal pada garbiel. Gabriel telah berdiri diantara cakra dan grasia, membelakangi grasia seakan melindunginya dari cakra.
"Dia Ini Adalah Calon Nyonya Gabriel Bonaventura dimasa depan.." kata gabriel dengan tegas dan percaya diri, dan dia langsung mendapatkan senyuman puas dari cakra.
"iih pak gabriel, apaan ngomong kayak gitu.." protes grasia, walaupun dia berbunga-bunga dan jantungnya jadi berdetak lebih cepat dari biasanya, tapi dia berusaha menutupinya.
"apa yang salah grasia sayang.. aku mengatakan kenyataan.. sekarang ini aku hanya menunggu marahmu reda dan juga menyingkirkan semua penghalang cinta kita.. setelah semua itu kemudian kita akan menikah.. kita berdua sudah sama-sama tahu kalau kita saling mencintai.. kan grasia.." kata gabriel lembut dan tulus pada grasia, dia menatap grasia dari samping dengan tulus dan penuh cinta, mendapat tatapan seperti itu wajah grasia berubah merah dan tertunduk malu, teringat dengan semua pesan yang dia tulis untuk adel yang tertanya itu adalah gabriel.
"hahaha... grasia.. jangan mau dilamar seperti ini.. dia harusnya menyewa sebuah restoran, atau sebuah kapal untuk melamar. Yaa...paling tidak harus ada bunga dan cincin berlian untuk melamarmu.." kata cakra disela tawanya, dia menertawakan gabriel, sahabatnya yang selama ini tak pernah cemburu tapi ini terlihat begitu posesif.
"akhirnya takluk juga kamu pada seorang perempuan.." bisik cakra pada gabriel dan mendapatkan tatapan tajam dari gabriel, tapi itu membuat tawa cakra semakin kencang, frans yang ada disanapun ikut tersenyum.
[nyatakan cintamu pada grasia, atau menyingkir selamanya dari hidupnya, aku punya batas kesabaran untuk membiarkan grasia bersamamu] bunyi pesan gabriel pada aldo, singkat, tegas tapi sedikit mengancam.
Dan hampir semalaman aldo susah tidur karena pesan itu, awalnya dia marah besar, dia ingin menelpon dan memaki gabriel, kemudian dia ingin menegaskan kalau grasia akan jadi miliknya, tapi kemudian dia mulai menyalahkan dirinya karena masih kurang baik pada grasia dan bertekad untuk menjadi lebih baik, terakhir dia sadar kalau grasia tak mencintainya, dia bisa tahu dari membandingkan perkembangan hubungannya dengan grasia dan perkembangan hubungan grasia dengan bosnya, hubungannya dengan grasia semakin lama semakin menjauh, sedangkan hubungan gabriel dengan grasia semakin lama mereka bukan hanya hubungan kerja, tapi diantara mereka mulai ada keinginan untuk menjaga, melindungi, serta keinginan untuk membuat pasangan bahagia. hal itu terlihat jelas dari cara mereka menatap, cara mereka mendengarkan dan cara mereka bereaksi antara satu dengan yang lainnya, begitu tulus dan penuh cinta. kemudian aldo sadar dia tak bisa memaksa grasia untuk mencintainya, karena gabriel bukanlah lawan yang mudah apabila itu menyangkut kebahagiaan grasia.
Dan disaat dia sedang makan dengan grasia, aldo walaupun tak yakin dengan keputusannya dia dengan berat hati terpaksa harus melepaskan grasia untuk kebahagiaannya. Dia menatap grasia yang sedang melamun didepannya, gadis itu beberapa kali terlihat sedang tersenyum sendiri dan melihat itu aldo semakin yakin kalau dia harus merelakan kebahagiaan grasia.
"grasia.. grasia.." panggil aldo menyadarkan grasia dari lamunannya, hampir setengah jam ini grasia dan aldo walaupun sedang bersama tapi mereka dengan pikiran masing-masing.
"ya. Dho.. sory aku tak memperhatikanmu" kata grasia dan sedikit merasa bersalah, karena dia sedang bersama aldo, tapi dia sedang memikirkan gabriel, bagaimana bisa laki-laki yang awalnya tak mungkin akan disukainya, tapi lama kelamaan orang itu menjadi sangat berarti baginya, dan membuatnya merasa lucu karena semua perkembangan perasaannya pada gabriel, dengan tanpa dia tutupi diceritakan pada orang yang dikira sahabatnya dan ternyata itu adalah gabriel sendiri.
"itu grasia, soal pernyataan cintaku tempo hari.. bisa kau melupakan itu.. Aku hanya ingin kita kembali berteman saja.. itupun kalau kamu setuju" kata aldo, walau sakit tapi dia harus terlihat tegar. Mendengar itu grasia ingin berkata sesuatu, tapi kemudian dia tak jadi mengatakan itu, dia diam sesaat. Memandang aldo dengan banyak pertanyaan dikepalanya sedangkan aldo dengan tulus coba tersenyum pada grasia.
"kenapa dho?" dari banyak pertanyaan yang ingin grasia ucapkan tapi hanya itu yang keluar dari mulutnya.
"ya.. aku hanya tak ingin mendengar kata penolakan darimu, itu saja.." kata aldo dan dia tertawa sumbang. Grasiapun jadi ikut tertawa. Dia bahagia karena aldo tak membuatnya sulit, karna dia tahu bukan aldo yang dicintainya, tapi orang lain, orang yang telah menjadi sahabat bayangannya.
Tamat.
EPILOG.
"sudah. sekarang waktunya mama milik papa.. sekarang kalian tidur sana.." kata gabriel pada anak-anaknya.
"tapi pa.. aku masih ingin belajar dengan mama.." kata putra bungsu gabriel sedikit kesal pada ayahnya.
"kamu bisa belajar dengan dua kakakmu.. mamamu itu milik papa sekarang.." kata gabriel dan menarik grasia istrinya kedalam pelukannya, grasia tersenyum lebar pada tingkah ayah dan anak itu.
"papaaaaa... sebeeel.." teriak putranya marah, dan itu membuat gabriel tertawa lepas, puas karena berhasil menggoda putra bungsunya yang baru berumur enam tahun itu.
Sejak gabriel dan grasia menikah, gabriel telah bertekat untuk tidak memperlihatkan kepada orang- orang betapa cintanya pada isttinya jadi apabila dikantor dan didepan orang banyak dia akan terlihat penuh wibawa, tegas dan arogan. tapi akan berbeda jika dia pulang kerumahnya atau hanya berduaan saja dengan istrinya, sikapnya akan berubah lembut, manis, suka bercanda dan terkadang sedikit manja pada istrinya. itu semua untuk melindungi istri dan keluarga tercintanya dari masalah. Perkataan juwita soal banyaknya musuh yang ingin menghancurkannya dan bahaya bagi keluarganya membuat gabriel melakukan banyak hal untuk menjaga keamanan dan kebahagiaan keluarga tercintanya.
terima kasih sudah membaca novelku, semoga bisa menghibur.