Chereads / A Story You Can Tell / Chapter 4 - Senyuman, Bayangan, dan Iriel Part 2

Chapter 4 - Senyuman, Bayangan, dan Iriel Part 2

Albert menjelaskan bahwa ia perlu menghubungi masternya untuk memastikan beberapa hal. Ia juga berharap mendapatkan lebih banyak informasi. Hanya saja, untuk menghubungi masternya, Albert perlu menggunakan telepati. Untuk melakukannya hal itu, ia membutuhkan lokasi yang jauh dari pemukiman. Alasan pertama, karena keramaian aliran energi menjadi terganggu, dan untuk melakukan telepati akan sulit. Kedua, Albert tidak memiliki perlengkapan sihirnya[1] saat ini. Anak itu tidak mampu memaksimalkan kemampuannya.

Setelah mendapatkan buku tersebut, keduanya memutuskan untuk segera kembali ke penginapan. Namun, di tengah perjalanan pulang, Fuguel merasakan suatu kehadiran. Rupanya, segerombolan orang tampak mengikuti mereka. Fuguel melirik ke arah Albert sebagai isyarat.

Albert menangkap sinyal tersebut, "Ada."

Sosok di balik bayangan tersebut rupanya masih membuntuti selama ini. Selang beberapa saat, hawa keberadaan sosok tersebut teridentifikasi oleh mereka berdua. Setelah menyadarinya, mereka memilih untuk pura-pura tidak tahu. Mereka berusaha untuk mengidentifikasi seberapa banyak orang yang mengikutinya.

"Empat … tidak, lima orang." Albert mengerutkan dahi kemudian tersenyum masam, "Sepertinya mereka terburu-buru, hawa keberadaannya mulai terasa begitu jelas, atau mereka memang sekumpulan orang yang tidak begitu kuat."

Albert mengisyaratkan sesuatu kepada Fuguel, mereka berdua memutuskan untuk berpisah dan mencaritahu tujuan dari orang-orang tersebut. Tetapi sebelum berpisah, anak itu membisikkan sesuatu. Mereka berdua berlari ke arah yang berlawanan. Fuguel menuju gang di daerah pertokoan, sedangkan Albert berlari ke area perbatasan dekat gerbang utama. Orang-orang yang membuntuti mereka memutuskan untuk membagi tim, tiga orang mengejar Fuguel dan dua orang lainnya mengejar Albert.

Albert berniat untuk segera menghubungi masternya, tapi ia perlu ke wilayah yang lebih menguntungkan terlebih dahulu. Daerah pemukiman terlalu beresiko untuk menggunakan sihir. Ia juga tidak memiliki batu sihir sebagai wadah untuk meningkatkan energi. Satu-satunya cara untuk mengumpulkan energi lebih banyak adalah menyerapnya dari alam.

Saat perjalanan menuju perbatasan, Albert berusaha untuk mengecoh kedua orang tersebut. Di antara kerumunan orang-orang, ia mengubah warna rambutnya menjadi cokelat. Meski begitu orang-orang tersebut masih mengejarnya.

"Ckk," Albert berdecak kesal, "Aku harus menggunakan cara ini."

"Xοϖερμεχομπλετελψ," mantra yang digunakan Albert bertujuan memanipulasi cahaya dan air kemudian menimbulkan efek pembiasan. Hal itu membuat tubuhnya tidak terlihat.

Saat Albert berlari menuju perbatasan, ia melihat kedua sosok yang mengejarnya. Kedua orang tersebut menggunakan jubah hitam. Namun, mereka berhenti mengejar karena sepertinya kehilangan jejak anak itu. Albert memanfaatkan kesempatan tersebut.

"Huft." Anak itu mengusap jidatnya yang berkeringat sehabis lari.

Beberapa saat kemudian, akhirnya ia sampai di daerah perbatasan. Albert berada di sekitaran hutan pinus. Suhu udara semakin rendah dan awan semakin gelap. Langit sudah gelap ketika anak itu mencapai perbatasan, sepertinya banyak waktu yang ia habiskan untuk mengelbaui dua orang tersebut.

"Sial, aku kelelahan karena menggunakan energi terlalu banyak." Albert berbaring sejenak di antara tumpukan salju. Tetapi ia segera bangkit karena melihat cuaca yang semakin buruk.

Lalu, Albert mengambil posisi layaknya orang bermeditasi. Ia duduk bersila dengan kedua kepalan tangan yang dipertemukan. Anak itu menarik napas dalam-dalam, kemudian mengumpulkan energi dari alam. Energi yang terkumpul terlihat seperti kepulan asap yang menyelubungi tubuhnya. Selama kurang lebih lima menit, ia melakukan ritual tersebut.

"Baiklah. Mari kita lakukan." Albert melakukan persiapan sebelum mengaktifkan sihirnya. Ia masih dalam posisi bersila dan meletakkan buku Lembah Terlarang di atas pangkuannya. Tangan kirinya menyentuh sampul buku tersebut, sedangkan tangan kanannya menyentuh kepala.

"Iriel, Iriel, kau mendengarku?" tanya anak yang saat ini berhasil terhubung dengan masternya.

"A-Albert?" Iriel yang tengah duduk bersantai di rumah terkejut karena tiba-tiba mendengar suara bergema di kepalanya.

"Iya, ini aku."

"Hei, berapa kali harus kukatakan, kau harus memanggilku master ketika bicara!" tukas Iriel dengan intonasi yang tinggi.

"Ugh."

"Aku bisa meraskan kekesalanmu ke--"

"Aku tidak punya waktu. Kau harus memberitahuku, apakah kau yang menulis buku Lembah Terlarang?" tukas anak itu. Mendengar pertanyaannya, Master Albert menyetel sikapnya kemudian mulai menanggapi dengan serius.

Iriel berbicara pelan, "Benar, aku yang menulisnya. Buku itu berdasarkan pengalamanku saat pergi ke lembah terlarang 13 tahun lalu."

"Beritahu aku cara kau memasuki lembah itu!" pinta Albert dengan suara terdesak. Sepertinya ia tidak mampu bertahan lebih lama lagi.

"Kau berada di mana sekarang?" tanya Iriel.

"Kota Festival," jawab Albert singkat.

"Kalau begitu kita bertemu di Rurall sebulan lagi, aku akan menghubungimu."

"Ba-i-k-lah." Suara Albert terputus-putus.

"Albert, bagai--" Iriel belum sempat menanyakan keadaan anak itu, tapi mereka tidak lagi terhubung.

"Dari suaramu, sepertinya kau sehat-sehat," ucap Iriel dalam hati seraya tersenyum lembut. Namun, dalam senyuman itu bercampur kerinduan akan sosok muridnya.

Sedangkan Albert, ia berbaring di atas tumpukan salju sambil merentangkan kedua tangan dan kakinya. "Sial, sudah terputus." Beberapa saat anak itu memejamkan mata. Ia larut dalam keheningan. Kemudian, masih dengan mata tertutup, Albert menyentuh dadanya lalu mengepalkan tangan seolah meremas jantungnya. Suara Iriel menimbulkan banyak kenangan.

Langit semakin gelap, Albert bangkit dan menghentikan perasaan nostalgianya. Saat hendak mengambil buku yang terletak di sampingnya, Albert merasakan sesuatu jatuh di pipi. Salju akhirnya turun. Bersamaan dengan itu, dua orang yang mengejarnya, kini berada di hadapannya.

"Hahaha." Setelah tertawa, Albert kemudian menunjukkan senyum masam, "Kalian benar-benar gigih."

~

[1] Perlengkapan sihir = alat pendukung seperti tongkat, batu energi, dan alat transportasi (berupa sapu atau karpet). Perlengkapan sihir berfungsi untuk melipatgandakan kemampuan penyihir.