Chereads / A Story You Can Tell / Chapter 3 - Senyuman, Bayangan, dan Iriel Part 1

Chapter 3 - Senyuman, Bayangan, dan Iriel Part 1

"Whoaaaaa …," Albert menguap sambil meregangkan seluruh tubuhnya yang masih berbaring. Saat membuka mata ia melihat kasur di sebelahnya sudah kosong.

Albert mengusap wajah kusutnya dan berusaha untuk memulihkan kesadaran. Saat ini setengah dari jiwanya ingin kembali tidur dan menikmati kasur yang empuk. Namun, ia mengurungkan niatnya itu dan bergegas mencuci muka kemudian bersiap-siap.

Sekitar pukul 09.00 pagi Fuguel telah selesai menyantap sarapannya. Saat ini dia masih duduk di kafetaria sambil menikmati secangkir teh panas. Di antara semua kerusakan yang Fuguel alami, hal yang patut ia syukuri adalah indra pengecapnya masih berfungsi. Meski begitu, terdapat perbedaan pada panca indranya sebelum dan setelah kondisi tubuhnya seperti itu.

"Fuga, kenapa tidak membangunkanku?" Albert akhirnya selesai bersiap-siap. Ia menghampiri Fuguel sambil memegang nampan yang berisi sarapan pagi. Sesuai perjanjian, pagi ini mereka harusnya mulai mencari informasi.

"Sudah, tapi kau tidak bangun."

"Ugh." Albert duduk di hadapan pria itu kemudian menyantap sarapannya dengan sigap. Ia cukup tahu diri untuk tidak lagi bersantai.

"Apa kalian ingin tambahan air?" Pemilik penginapan menghampiri meja Fuguel dan Albert yang berada di sudut ruangan. Tetapi keduanya menolak.

Sebelum wanita itu berbalik pergi, Albert teringat sesuatu lalu bertanya, "Nyonya, apa kau tahu tempat untuk menemukan berbagai macam informasi? Misalnya informasi suatu tempat."

"Hm …." Wanita itu berpikir sejenak kemudian seketika ekspresinya berubah ketika ia mengingat seseorang, "Ruckssack! Ia merupakan pemilik toko kelontong di ujung jalan. Kau bisa bertanya kepadanya."

Albert menyelesaikan sarapannya. Mereka berdua segera beranjak dari kafetaria dan menuju pintu keluar. Sebelum pergi si pemilik penginapan memperingatkan, "Sepertinya malam ini salju akan turun, berhati-hatilah."

Sesuai dengan instruksi pemilik penginapan, mereka menuju toko Tuan Ruckssack yang berada di ujung jalan sebelah timur penginapan. Selama perjalanan mereka memperhatikan sekeliling dan melihat orang-orang bercengkrama dan melakukan transaksi. Daerah tempat mereka tinggal merupakan daerah pertokoan. Banyak sekali deretan penjual dengan berbagai jenis barang, mulai dari bunga, makanan, pakaian, peralatan, bahkan senjata. Selama perjalanan kau bisa melihat orang-orang yang berbicara satu sama lain dengan ekspresi antusias dan saling tegur sapa menggunakan teriakan.

"Buk." Seorang anak perempuan berusia sekitar lima tahun menabrak Fuguel.

"Maaf …," Anak itu berniat untuk meminta maaf tapi seketika ia terdiam kaku. Tubuhnya gemetaran dan setitik air mata tiba-tiba keluar.

"IBUUUU …." Anak itu menangis dengan kencang.

Ekspresi wajah Fuguel yang datar dengan tatapannya yang dingin membuat anak-anak ketakutan. Selain itu, ukuran badan yang begitu besar membuat orang-orang yang berada di hadapannya merasa terintimidasi. Respon yang anak itu tunjukkan merupakan hal yang wajar karena pria raksasa itu sekilas terlihat seperti orang jahat.

Albert menyikut lengan pria di sampingnya kemudian berbisik pelan, "Hey, kau harus menenangkannya."

Untuk menenangkan anak itu Fuguel mencoba mengusap kepalannya dan mananyakan keadaan gadis kecil itu, "Apa kau tidak apa-apa?"

"UWAAAAAAAA …," teriakan anak itu justru semakin kencang.

Albert mencoba menenangkannya, "Shhh, Shhh," dengan terpaksa ia mengeluarkan semacam kembang api dari tangannya menggunakan sihir. Melihat hal tersebut, gadis kecil tadi mulai tertawa dan melupakan rasa takutnya. Beberapa saat setelahnya, ibu anak itu datang menjemput.

"Bye-bye!" Anak itu melambaikan tangan kepada Albert dengan senyuman, Albert kemudian membalasnya.

"Ayo senyum!" bisik Albert kepada Fuguel. Pria itu lalu menarik kedua sudut bibirnya ke atas hingga deretan giginya tampak jelas, tetapi ia masih menatap sama, dingin dan tajam. Sama sekali tak ada kerutan di wajah yang menandakan senyuman tulus. Melihat hal tersebut, ibu dan gadis kecil tadi bergidik dan segera meninggalkan lokasi tersebut.

"Pftt …." Albert menahan tawa, "Sepertinya kita harus melakukan sesuatu dengan senyum itu, bisa-bisa semua orang berpikir bahwa kau penjahat dan mengusir kita dari sini."

Sembari mengajari Fuguel senyum dengan benar, mereka berjalan menuju toko yang dimaksud. Akan tetapi, selama perjalanan terdapat sosok yang membuntuti mereka dari belakang. Sosok tersebut melihat kejadian yang baru saja terjadi termasuk ketika Albert menggunakan kekuatannya. Albert sangat jarang menggunakan sihir kecuali benar-benar diperlukan. Ia menghindari hal tersebut agar orang-orang tidak curiga. Tidak semua orang mampu menjadi penyihir. Hanya orang-orang tertentu yakni keturunan darah murni[1] atau yang diberkati[2]. Berbeda dengan kategori pertama, kategori kedua sangat jarang ditemui. Ririas merupakan salah satu negeri yang memiliki populasi penyihir terbanyak.

"Kurasa ini tokonya," ucap Albert setelah sampai depan toko yang disebutkan.

Toko tersebut berukuran 3 x 4 m. Berbeda dari penginapan tempat mereka tinggal, toko itu sangat berbaur dengan kota Festival. Dindingnya terbuat dari kayu yang dicat dengan warna oranye. Pintunya pun dicat berwarna merah dengan gagang berwarna perunggu. Meski berada di pojok gang sempit, toko tersebut mudah ditemukan.

"Kring … kring …." Lonceng berbunyi ketika Fuguel dan Albert memasuki toko. "Permisi, apa anda Tuan Ruckssack?" tanya Albert kepada seorang kakek-kakek yang sepertinya pemilik toko. Ketika Albert menghampiri kakek itu, tinggi badannya terlihat hampir setara.

Pemilik toko merupakan pria tua berusia 70an. Hampir seluruh rambutnya tampak berwarna putih. Ia mengenakan mantel putih berbahan wol dengan kemeja kuning yang ujungnya dimasukkan ke dalam celana pendek selutut berwarna krem. Kakek itu mengenakan kaus kaki cokelat dengan sepatu kulit di atas mata kaki berwarna merah hati. Penampilan yang begitu cerah di musim dingin.

"YA AMPUN ADA PELANGGAN RUPANYA, SELAMAT PAGI!" Albert sempat terkejut mendengar sapaan memekakkan itu, tapi dia berusaha menenangkan diri dan tampak biasa-biasa saja.

"APA ADA YANG BISA KUBANTU?" tanya si Kakek Pemilik Toko.

"Sepertinya aku tidak akan pernah terbiasa dengan penduduk di sini," pikir Albert.

"Selamat pagi." Seketika Fuguel berdiri di hadapan kakek tersebut kemudian menerapkan apa yang baru saja ia pelajari. Ia menyapa dengan senyuman. Ia bermaksud menunjukkan sikap ramah. Namun, kakek tersebut justru mundur selangkah.

"Ka-kalian tampak cukup berbeda yah," ucap Kakek itu sembari mengecilkan volume suara dan masih dengan senyuman. Ia mengerutkan alis menunjukkan kekhawatiran.

"Hehehe," Albert hanya membalas dengan senyum kecut kemudian menatap tajam Fuguel sebagai isyarat, "Aku yang akan mengambil alih, kau diam saja!" Pria itu mendengus.

"Apa kau menjual sesuatu selain peralatan?" tanya Albert. Ia menunjukkan senyum penuh makna kepada Kakek Pemilik Toko seolah menjelaskan bahwa "Aku tahu kau memiliki sesuatu yang lain."

Kakek tersebut cukup jeli, senyum ramah yang ditunjukkan seketika menghilang. Raut wajahnya tiba-tiba serius. Ia memperhatikan Albert dan Fuguel secara saksama sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Ia mencoba menilai kelayakan kedua orang di hadapannya.

"Ikuti aku!" Perintah Kakek itu. Kemudian, ia mengarahkan mereka berdua ke sebuah ruangan kecil. Di ruangan tersebut terdapat pintu yang berada di bawah karpet tua. Si Kakek Pemilik Toko membukanya dan mengajak mereka berdua ke bawah. Perlahan mereka menuruni tangga yang berderit dengan keras. Tampaknya ruangan itu sudah cukup lama dibangun. Di ruang bawah tanah tersebut terdapat berbagai macam benda. Berbeda dengan sekumpulan peralatan yang di permukaan, benda-benda di sini bisa dibilang cukup langka. Beberapa di antaranya merupakan item sihir.

"Aku menginginkan informasi mengenai lembah terlarang. Apa kau memilikinya?"

Mendengar ucapan Albert, Kakek tersebut cukup terkejut. Ia tidak menyangka akan mendengarkan kata "Lembah terlarang" setelah sekian lama. "Aku punya satu buku, tapi berapa banyak yang kau tawarkan?

Albert meminta uang kepada Fuguel. Sayangnya, uang yang mereka miliki tidak cukup untuk membeli buku itu. Akhirnya, anak itu mengeluarkan sebuah gelang emas. Gelang tersebut merupakan gelang kerajaan, satu-satunya benda berharga yang tidak dicuri darinya karena ia menyembunyikannya dengan cukup baik---dengan kekuatan sihir lebih tepatnya. Albert menawarkan gelang tersebut sebagai imbalan.

Fuguel menahan tangan Albert sebelum gelang itu diserahkan, "Kau yakin?"

"Lagipula aku sudah membuang identitasku."

Setelah sepakat mengenai harga, pemilik toko akhirnya menyerahkan buku tersebut. Buku itu disimpan rapi di dalam lemari. Buku berwarna abu-abu tua memiliki debu yang cukup tebal karena lama disimpan. Dari sampulnya, terlihat sebuah simbol yang melambangkan mantra.

Albert mengambil buku itu setelah pemilik toko menyerahkannya. Ia memperhatikan dengan saksama kemudian merapalkan mantranya.

"Oπενψουρσελφανδγιϖεμετηετρυτη"

Sekilas buku tersebut bercahaya lalu muncul tulisan di halaman pertamanya. "Lembah Terlarang" "Penulis" "Iriel Ivrit" melihat tulisan itu Albert terdiam sejenak. Ia mengedipkan matanya berulang kali dan memastikan tulisan yang ia baca.

"I-IRIEL?" Si Pemilik Toko terkejut mendengarkan teriakan anak itu. Mungkin Fuguel juga, hanya saja wajahnya tetap datar. Kedua orang tersebut kebingungan melihat Albert.

"Se-sepertinya kau berbaur dengan cepat di kota ini anak muda." Kakek itu kemudian menepuk pundak Albert beberapa kali.

Seusai melakukan transaksi, keduanya meninggalkan toko tersebut. Albert menjelaskan bahwa penulis buku Lembah Terlarang merupakan Masternya di akademi. Iriel Ivrit adalah wanita dengan usia hampir sama dengan Fuguel, sekitar 30an. Iriel secara pribadi sering mengajarkan berbagai macam sihir kepada Albert di luar jam pelajaran. Mereka cukup dekat hingga Albert berani memanggil namanya langsung.

[1] Darah murni = penyihir yang berasal dari keturunan penyihir asli baik kedua orang tuanya yang merupakan penyihir maupun salah satunya.

[2] Diberkati = penyihir yang mendapatkan potensi sihir dari penyihir lain yang tidak berasal dari keturunannya. Penyihir yang memberikan energi sihirnya akan meninggal setelah melalui ritual pemindahan energi.