Aku kembali memasuki taman untuk menemui papa. Aku mencarinya di tempat terakhir ia duduk, namun tidak ada. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggunya di dekat air mancur yang dulu ikannya sering ku beri makan.
"Ah, mungkin papa jogging lagi," pikirku. Aku pun pergi menuju ke air mancur untuk bermain dengan ikan-ikan kecil yang ada di sana.
Aku duduk di pinggir air mancur sembari memasukan tangan kedalam air yang dinginnya serasa menusuk tulang, namun entah mengapa terasa menenangkan di waktu yang bersamaan. Ikan-ikan di dalam kolam itu mulai mendekatiku. Aku terkekeh saat melihat meraka mengeluarkan sedikit kepalanya kepermukaan air, berharap aku memberinya makanan.
Setelah bosan Bermain dengan ikan-ikan kecil, aku memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi taman. Namun saat aku sedang berjalan, aku melihat seorang gadis kecil seumuranku. Sedang duduk sambil memeluk lutut dan menundukan kepalanya dibawah pohon besar. Tanpa berpikir panjang, aku pun menghampirinya dan ikut membungkukan badan serta menekuk lutut dihadapannya. Saat itu aku mendengar isakan tangis yang keluar dari mulutnya, aku juga bisa melihat bekas goresan luka yang ada di kedua lututnya. Aku memperhatikan sekitar, dan mendapati sepeda berwarna pink yang tergeletak tak jauh dari tempat kami sekarang. Ban-nya berlumuran tanah dan banyak goresan disekitar badan sepeda itu. Setelah mencerna apa yang terjadi, pandanganku pun kembali tertuju kepada gadis kecil ada di hadapanku.
"Hey...kamu kenapa menangis?" Aku berbisik sambil menyentuh lembut tangannya dan menundukan kepala untuk melihat wajahnya. Perlahan, ia pun mulai mengangkat wajahnya dan menyeka air mata yang turun ke pipi tambunnya itu.
"Eh?! Sejak kapan kamu jongkok di depanku?" Gadis kecil itu terkejut dan seketika bangkit dari duduknya. Namun sayangnya kaki gadis itu terlalu lemah untuk menopang tubuh mungilnya itu. Ia pun kembali terduduk dan meringgis sambil memeganggi lututnya
"H-hey hati-hati" Aku berusaha membantunya dengan menjadi topangan tubuh gadis itu, aku menggenggam pergelangan tangannya agar ia tak jatuh.
"Lebih baik kamu duduk dulu saja, lukamu cukup parah" Aku berkata lembut kepadanya
"Ah ini, aku mempunyai permen lollipop rasa strawberry. Hmm..mungkin permen ini tidak bisa menghilangkan luka di lututmu itu, tapi setidaknya rasa manisnya bisa membuatmu lupa akan rasa sakit yang kamu rasakan" Aku tersenyum ke arah gadis itu sambil memberikan permen lollipop yang ku taruh di kantongku sejak tadi.
"Wahh beneran nih buat aku? Terimakasih banyak ya, oh iya namaku Sora" Ia membalas senyumanku dengan senyumannya yang dua kali lebih manis dari miliku, ia juga mengulurkan tangannya kepadaku
"Aku...Ren, iya Ren" Aku membalas uluran tangannya.
>>>
Pagi menjelang siang, siang menjelang sore. Matahari mulai menenggelamkan dirinya di ufuk timur, cahaya oranye mulai terpancar dari bola besar itu. Taman yang tadinya ramai sekarang menjadi sunyi, semua orang sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan aku dan Sora, entah apa yang membuat kami tak beranjak sejak tadi. Tetapi aku senang saat berada di dekatnya, aku menikmati setiap detik yang ku lewatkan bersamanya. Dan sepertinya Sora juga merasakan hal yang sama. Kami berbincang-bincang mengenai hal-hal yang konyol dan tak masuk akal, Sora tertawa saat mendengar leluconku yang garing itu sembari mengemut permen lollipop yang kuberikannya tadi. Ah, Aku baru menyadarinya, sejak tadi kita berada di bukit yang sering kududuki bersama keluargaku untuk melihat senja, dan sekarang aku melakukannya bersama Sora.
"Sora!!! kamu dimana nak?!" Suara yang berasal dari belakang kami memutuskan lamunanku
"Mamaa!!" Sora yang mendengar suara itu langsung membalikan badan, dan melihat ke arah sumber suara itu.
Aku yang mulai mengetahui siapa sosok dari sumber suara itu pun ikut lega saat melihatnya mendekat kemari. Ia mengenakan pakaian yang tak terlalu mencolok. Kaus putih dan clean jeans berwarna biru gelap, serta sandal kuning dengan sedikit manik-manik diatasnya.
"Ya ampun Sora, kamu kenapa? Lukanya sampai begini, kamu jatuh dimana?" Mama Sora bertanya, seraya membantu Sora berdiri.
"Hehe maaf ma, tadi Sora jatuh di dekat pohon sebelah sana" Kata Sora sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, dan memegangi kakinya yang masih terasa ngilu. Saat itu aku hanya memandang mereka sambil tersenyum.
"Tuh kan, sudah mama bilang apa. Kalau naik sepeda jangan ngebut-ngebut. Jatuh kan kamu jadinya" Mama Sora memandang Sora sambil mencubit pipinya. Sora yang mendapat cubitan itu Hanya terkekeh.
"Ah, ini siapa Sora?" Mama Sora melihat ke arahku sambil tersenyum
"Itu Ren ma, yang bantuin Sora tadi" Kata Sora sambil tersenyum kearahku. Aku langsung menundukan kepalaku, karena merasakan sensasi panas di kedua pipiku.
"Halo tante, aku Ren" Aku kembali menegakkan kepala lalu tersenyum ke arah mama Sora
"Wahhh..terimaksih banyak ya Ren, sudah mau membantu dan menemani Sora. Sora tidak merepotkanmu kan haha." Mama Sora membalas senyumanku dengan tawa kecilnya. Raut wajah mereka sama, cara tertawa Sora dan mamanya juga sungguh serupa.
"Haha, tidak kok tante. Aku senang membantu dan menemani Sora" Aku menggelengkan kepala dan tersenyum ke arah mama Sora.
"Manis sekali kamu Ren, sekali lagi terimakasih ya, tante dan Sora pulang dulu. Sampai ketemu lagi" Kata mama Sora sambil melambaikan tangan kearahku dan mulai berlajan ke pintu keluar taman. Aku yang merasa tak puas dengan perpisahan kami pun mulai memberanikan diri untuk mengucapkan kata perpisahan dengan mulutku sendiri.
"Dadah Sora!!! Sampaii ketemu lagi!!!" Aku meletakan kedua belah tangan di disamping mulutku sembari berteriak karena gugup. Teriakanku yang kencang membuat seisi taman menoleh kearahku, serta membuat langkah Sora dan mamaya berhenti.
"Hahahaha...Dadahh juga Ren!!!" Sora melakukan hal yang sama kepadaku. Membuat seisi taman tekekeh melihat kelakuan kami. Aku terkesiap dan tersenyum lebar saat Sora mengatakan itu kepadaku.
Aku besenandung dan tersenyum sepanjang perjalanan. Dari kejauhan aku mendapati seorang lelaki dewasa yang sedang duduk di sebuah bangku panjang dengan wajah yang masam.
"Halo papa hehe~ maaf ya sudah membuat papa menunggu" Aku berdiri di hadapan papa sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal
"Haduh, darimana Saja kamu Ren. Papa tinggal ke toilet sebentar sudah hilang aja" Papa menyentuh tengkuk lehernya seraya bangkit dari kursi yang di dudukinya itu
"Hehe maaf pa" Aku nyengir ke arah papa
"Iya tidak apa-apa, yuk kita pulang. Mama sudah menunggu kita dirumah" Papa mengacak-ngacak rambutku sembari mulai berjalan. Aku pun mengikutinya dari belakang
"Ayooo!!" Aku bersorak senang. Jujur sejak tadi perutku lapar, jadi aku tak sabar untuk pulang.
>>>
Hari itu adalah 'olahraga' terlama yang pernah ku lakukan seumur hidupku. Pagi hari keluar rumah dengan alasan berolahraga, dan kembali saat matahari beranjak tenggelam. Tapi aku senang, sempat bertemu denganmu. Walau saat itu terasa canggung. Tetapi aku menikmatinya, setiap detik yang kita lewati bersama