Chapter 5 - 5

Dan disinilah Randy dan Rudy sekarang, berhadapan dalam satu meja yang sama. Saling terdiam, tidak ada satupun yang mulai berbicara.

"sampe kapan kalian mau diem-dieman gitu?" tanya Luna yang tiba-tiba menghampiri mereka.

Suasana kafe cukup sepi hari ini, jadi mereka bisa dengan leluasa mengobrol sampai puas.

Rudy dan Randy saling melirik, lalu Rudy menghela nafasnya dan memulai pembicaraan.

"lo ribut lagi dek sama ayah?" tanya Rudy serius.

"gak" jawab Randy seadanya.

Luna menatap Randy dengan tajam, ia sangat tau jika Randy berbohong. Karna kemarin Luna melihat sendiri pertengkarannya, lalu Randy membawanya kabur begitu saja.

Randy yang melihat jika Luna menatapnya tajam hanya mengalihkan pandangan, setidaknya ia tidak ingin bertatapan mata dengan Luna yang akan membuatnya merasa terpojok.

"gak usah bohong deh de, gw tau lo abis ribut sama ayah. Kenapa lagi si de?" tekan Rudy lelah.

"tanya aja sama ayah sendiri, kenapa ganggu hidup gw terus." jawab Randy akhirnya.

"dek, ayah begitu karna ingin hidup lo lebih baik." nasihat Rudy dengan lembut.

Luna memilih untuk meninggalkan mereka, membiarkan kedua saudara itu menyelesaikan permasalahan mereka dengan baik-baik.

"ingin hidup gw lebih baik? Yang bener aja, emang ada orang tua yang berkata ingin hidup anaknya lebih baik tapi nyatanya malah memaksakan kehendaknya pada anaknya sendiri? Omong kosong apalagi ini?" tanya Randy heran.

Rudy terdiam, ia membenarkan apa yang Randy katakan. Ayah mereka memang terlalu memaksakan kehendaknya pada mereka, karna hal itulah Rudy memilih untuk pergi dari rumah dan membangun kehidupannya sendiri.

Egois memang, tapi itu jalan satu-satunya untuk terbebas dari penjara ayahnya. Sekarang ia juga merasa bersalah, jika harus mengorbankan masa depan adiknya hanya untuk menuruti kehendak ayahnya sendiri.

Rudy tau Randy ini memang pandai dalam menjalani menejeman bisnis, tapi itu sesuai dengan kesukaannya terhadap bisnis. Namun akhir-akhir ini, sepertinya ayahnya sudah menargetkan Randy untuk meneruskan perusahaannya.

Sedangkan Randy sendiri masih ingin bersenang-senang dengan kehidupan masa mudanya, pertentangan itulah yang membuat Randy dan ayah mereka berdua kerap bertengkar jika berada dalam satu atap yang sama.

"gw tau lo belum bisa nanggung perusahaan sekarang, tapi seenggaknya lo jangan begini terus donk dek." saran Rudy pada Randy.

"gw tau kak, gw cuma mau nikmatin masa muda gw aja kok. Gw masih 20 tahun, masih kuliah juga. Mana bisa gw langsung terjun ke bisnis gitu aja, gw juga pasti butuh persiapan yang matang." jelas Randy ragu-ragu.

"tapi coba donk ngobrol sama ayah, gw yakin ayah pasti ngerti kalo lo bicarain pelan-pelan." saran Rudy pada Randy.

"lo kayak gk tau ayah aja bang, kalo emang ayah sepengertian itu. Gak mungkin lo tinggal disini sekarang, bukannya di rumah." sindir Randy telak.

Rudy terdiam, ia memang tidak pernah bisa menang jika berdebat dengan adiknya itu. Akhirnya Randy menghela nafas lelah, dan pasrah atas keinginan Randy sendiri.

"ya udahlah, serah lo aja." pasrah Rudy akhirnya.

Luna tiba-tiba datang sambil membawa nampan, dan duduk di antara Rudy dan Randy.

"udah selesaikan diskusinya?" tanya Luna pada kedua orang di hadapannya.

"hm" gumam Randy.

"ya gitu deh" sambung Rudy.

Luna terkekeh, lalu memberikan masing-masing dari mereka segelas ice tea buatannya.

"gw tau kalian pasti haus, nih gw bawain ice tea. Minum yah, buatan gw nih." ucap Luna santai.

"punya gw gak di racuninkan?" tanya Randy curiga.

"kalo gak mau jangan di minum, gak usah pake nuduh yang gak-gak." kesal Luna pada Randy.

"ya kali aja gitu" balas Randy cuek.

"lo gak boleh gitu dek, Luna itu tulus lo. Gak di suruh aja dia sampe nyiapin minum sendiri, itu artinya dia perhatian sama kita." jelas Rudy dengan tenang dan tegas.

"gak peka emang dia mah, udahlah." celetuk Luna.

"sindir aja terus sampe sukses, ya udah iya gw minta maaf. Puas!" balas Randy dengan wajah di tekuknya.

"gak ikhlas amat bilangnya." sindir Luna lagi.

"au amat dah Luna, serah lo be dah" kesal Randy akhirnya.

Luna terkekeh, sedangkan Rudy malah tersenyum. Menggoda Randy memang yang terbaik, kapan lagi cowok sombong di permaluin pelayan kafe kan?

Setelah diskusi yang menegangkan tadi berakhir, akhirnya Randy memutuskan untuk kembali ke apartemannya. Sedangkan Rudy dan Luna kembali bekerja di kafe, karna kafe tiba-tiba ramai setelah jam makan siang.

Keadaan beberapa waktu kedepannya pun terlihat tenang dan tidak ada masalah apapun, baik itu antar Luna dan Randy, atau Randy dan keluarganya. Semua tampak baik-baik saja, namun siapa sangka jika sesuatu yang besar sedang menanti mereka?

.

.

.

.

.

Luna kembali ke rumah setelah bekerja seharian di kafe, ia merasa lelah hari ini. Karna kafe tiba-tiba ramai, dan ia kuwalahan untuk melayani satu persatu tamu yang berdatangan.

Asik dengan aksi bersandarnya, Luna tidak sadar jika ibu pemilik kontrakan berada di depannya dan menatapnya sinis.

"jadi Luna, kapan kau bayar kontrakanmu ini?" tanya ibu pemilik kontrakan pada Luna.

Luna yang mendengar suara ibu pemilik kontrakan yang tiba-tiba itu merasa terkejut, lalu ia langsung berdiri dan menanyakan kapan ibu pemilik kontrakan itu datang.

"loh ibu, kapan datang? Kok saya gak tau yah?" tanya Luna berbasa-basi.

"udah deh, gak usah mengalihkan pembicaraan. Jadi kapan mau bayar?" tanya ibu pemilik kontrakan lagi dengan ketus.

Luna meringis mendengar nada ketus terlihat jelas di nada suara ibu pemilik kontrakan ini, dan Luna hanya bisa mengundur waktu sampai ia gajian.

"duh maaf deh bu, pas gajian deh saya bayar ya?" nego Luna dengan was-was, takut jika pemilik kontrakan itu memarahinya.

"yakin bakal bayar?" tekan pemilik kontrakan itu lagi.

"iya bu, saya janji deh." balas Luna meyakinkan.

"ok, gw tunggu janji lo itu. Gw pergi, bye!" tukas pemilik kontrakan, lalu pergi meninggalkan Luna.

"astaga, apalagi ini. Gw lupa kalo belum bayar kontrakan 3 bulan ini, dasar Luna kok jadi pikun gini sih." keluh Luna pada dirinya sendiri.

Luna pun masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan bingung, pasalnya biaya kontrakan 3 bulan tidaklah sedikit. Uang gaji Luna bulan ini pasti hanya setengah dari tagihan itu, lalu dimana Luna bisa mendapatkan sisanya?

Biasanya Luna selalu tepat waktu saat membayar biaya kontrakan, tapi bulan lalu Luna terkena demam berdarah dan harus di rawat di rumah sakit. Gajinya selama dua bulan ia gunakan untuk membayar rumah sakit, karna Luna tidak ingin merepotkan Rudy yang saat itu bersedia membantunya. Akhirnya ia tidak membayar uang kontrakan selama 2 bulan itu, di tambah bulan ini.

Sepertinya Luna memang harus mencari kontrakan yang baru, sudah pasti ia akan di tendang keluar oleh ibu kontrakan nanti saat tau ia kekurangan uang untuk membayar kontrakannya.