Selesai makan ketoprak, Luna mengajak Randy ke taman kota. Luna menikmati udara malam yang sejuk disana, mengabaikan Randy yang menatapnya dalam hening.
"kenapa lo bawa gw kesini?" tanya Randy heran.
"gak ada apa-apa sih, gw cuma suka aja sama tempat ini." jawab Luna apa adanya.
"lo kok tenang banget sih? Gak takut apa? Disini kan gelap, sepi lagi." tanya Randy heran.
"gak kok, malah gw merasa tenang kalau disini. Damai, seakan hidup gw ini gak pernah punya masalah." jawab Luna jujur.
Randy menatap dalam, Randy menyadari jika selama ini tidak pernah memperhatikan Luna lebih dekat seperti malam ini. Randy berpikir apa ia tidak terlalu jauh memberi perasaannya pada Luna? Tapi apalah daya, Hatinya yang menggiringnya kesana. Apa ia bisa menolak, bila hati sudah melangkah?
"kenapa? Kok natap gw terus, ada apa emang di muka gw?" tanya Luna heran.
"gak ada apa-apa, gw cuma lagi mikir aja." jawab Randy asal.
"mikir apaan?" tanya Luna penasaran.
"kepo" balas Randy dengan senyum tipisnya.
"ish, au ah" jawab Luna kesal.
Luna menatap Randy dalam, ia merasa ada yang di sembunyikan oleh Randy. Melihat keanehan Randy sejak pulang tadi, Luna semakin curiga.
"lo kenapa sih? Gak biasanya lo aneh gini, mending jujur aja deh sama gw. Ada apa sebenarnya?" tanya Luna penasaran.
Randy terdiam, ia hanya bisa menatap Luna penuh perasaan. Tapi ia tidak bisa mengungkapkan apa yang saat ini ada di pikirannya, Randy hanya bisa menatap dan terus menatap.
"ya udahlah kalo lo emang gak mau jawab, gw juga gak bisa maksa." tukas Luna akhirnya menyerah.
Mereka kembali terdiam, dan membiarkan suasana hening menguasai saat ini. Lalu tiba-tiba Randy teringat sesuatu, dan langsung mengatakannya pada Luna.
"oh iya Lun, lo gak punya hp kan?" tanya Randy mengalihkan pembicaraan.
"iya, kenapa emang?" balas Luna.
Randy mengambil ponsel di sakunya dan langsung memberikannya pada Luna, namun Luna malah memandang Randy bingung.
"buat lo." tekan Randy jelas.
"hah? Tapi itukan punya lo." balas Luna heran.
"gw udah gak butuh lagi, dari pada gw buang. Mending buat lo aja, jadi kalo ada apa-apa lo bisa hubungi gw." jelas Randy santai.
"gila yah orang kaya, enak banget bisa buang barang sesukanya." gumam Luna menyindir.
"udah deh gak usah mulai, nih ambil." tukas Randy.
"lo serius?" tanya Luna memastikan.
"dua rius malah" balas Randy dengan senyum gelinya.
Luna memanyunkan bibirnya kesal, namun ia juga tersenyum karna Randy memberikannya ponsel yang ia inginkan. Luna akhirnya mengambil pomsel itu, walaupun ponsel dari Randy itu bekas namun harga ponsel itu bukanlah hal yang bisa di miliki oleh orang sembarangan.
"makasih Ran, lo udah sering banget bantu gw." ucap Luna tulus.
"alah biasa aja kali, kayak sama siapa aja dah" tukas Randy seadanya.
"sekali lagi makasih ya, pasti gw jaga ponsel ini." ucap Luna senang.
"santai aja" balas Randy tenang.
Hari semakin larut, Randy mengajak Luna untuk kembali ke aparteman. Luna menurutinya, dan mereka akhirnya pulang.
.
.
.
.
.
Hari sudah terang, karna mentari telah naik sedikit di timur sana. Membuat gadis yang masih bermanja ria dengan selimutnya harus terbangun, ia mengerjabkan matanya sesaat. Lalu bangkit dan melangkah menuju kamar mandi, seusai membersihkan diri ia mengganti pakaian dengan yang bersih.
Luna keluar dari kamarnya, dan melangkah menuju dapur untuk membuat sarapan seperti biasanya. Hari ini Luna memasak nasi goreng spesial dengan telur mata sapi, ini adalah makanan kesukaan Randy. Dan Luna sengaja membuatkannya, untuk membalas kejadian semalam.
Ya, Luna sudah bisa menguasai ponselnya setelah Randy mengajarkannya semalam. Kini, Luna bisa menghubungi siapapun yang ia mau.
Selesai dengan nasi gorengnya, Luna merapikan dan menaruhnya di meja makan. Lalu membangunkan Randy untuk ikut sarapan.
"Randy! Bangun, udah siang tau." teriak Luna dari luar kamar Randy.
Hening, tidak ada jawaban apapun dari dalam. Luna tau jika Randy pasti belum bangun, akhirnya Luna mencari cara untuk membangunkan Randy.
"gak bangun juga? Ya udah nasgornya gw abisin ya, jangan nyesel lohh" teriak Luna dengan menggoda.
Luna menunggu respon dari dalam sana setelah mengatakan itu, dan benar saja Randy langsung membuka suaranya dan mengancam Luna.
"gw bangun, Luna! Awas aja kalo sampe di abisin nasgornya, gw buang lo ke tong sampah." balas Randy dengan teriak dari dalam kamar.
"bodo amat! 5 menit gak keluar juga, gw abisin." tukas Luna memanas-manasi.
Setelah Luna mengatakan hal itu, terdengar suara dentuman seperti orang terjatuh. Apa yang Randy lakukan sebenarnya di dalam sana, sampai ada suara orang jatuh seperti itu yah?
20 menit kemudian Randy keluar dari kamarnya dengan setelan santainya, namun hal itu malah membuat Randy terlihat keren dan tampan.
Tanpa sadar Luna memperhatikan Randy sampai melamun, hal itu menjadikan bahan untuk Randy menggodanya di pagi hari ini.
"kenapa liatin gw terus, terpesona ya?" goda Randy pada Luna.
"apaan sih, siapa juga yang liatin lo. Gak tuh, sorry aja ya." elak Luna sambil menyembunyikan rona di pipinya yang terlihat jelas.
"lah itu pipi lo merah, ciee malu-malu ciee" goda Randy lagi.
"au ah, ya udah gw abisin aja nih nasgornya." balas Luna kesal.
"eh eh iya iya maaf, jangan di abisin donk. Udah tau makanan favorit gw, mana bisa gw biarin lo ngabisin nasgornya." larang Randy.
"bisalah kan gw yang masak" balas Luna.
"gak! pokoknya gak akan gw biarin." tolak Randy kesal.
Randy langsung duduk dan menyendok nasi goreng ke piringnya lalu ia menyantapnya dengan cepat dan lahap. Hal itu membuat Luna lagi-lagi melongo, tingkah Randy ini di luar perkiraannya.
"pelan-pelan Randy, ntar lo keselek." nasihat Luna.
"ukhuk, ukhuk,"
Baru saja Luna memperingatkannya, dan Randy langsung terbatuk-batuk karna ada nasi yang tersangkut di tenggorokkannya. Dan itu membuat Luna khawatir, tanpa pikir panjang Luna segera mengambil air di gelas dan memberikannya pada Randy.
Randy mengambil gelas itu dan meminumnya, akhirnya rasa tidak nyaman pada tenggorokannya hilang juga.
"gw bilang juga apa, bandel sih lo" omel Luna pada Randy.
"ya maaf, abis lo bilangnya mau ngabisin terus. Kan gw jadi takut kehabisan, jadi gw buru-buru makan deh biar lo gak bisa ancem gw lagi." jawab Randy.
"ya ampun Randy, pagi-pagi udah bikin gw naik darah deh lo. ya udah lanjut makan lagi, pelan-pelan tapi." keluh Luna pada Randy.
Mereka kembali menyantap sarapannya, namun kali ini dengan tenang dan santai. Seperti sebuah keluarga yang harmonis, keluarga yang ada kebahagiaan di dalamnya.
.
.
.
.