Chapter 8 - 8

Luna membereskan pakaiannya, dan merapikannya kedalam lemari pakaian yang tersedia. Setelah selesai, barulah Luna bisa bersantai. Tanpa sengaja Luna melihat jam yang berada di dinding, dan waktu disana menunjukkan pukul 2 siang.

"astaga, gw telat!" teriak Luna yang bahkan membuat Randy di ruang tamu kembali menumpahkan teh yang diminumnya.

Randy berlari menuju kamar Luna, dan bertanya kenapa Luna sampai berteriak seperti itu.

"eh lo gak apa-apa kan? Lo ngapa teriak kenceng banget si?" tanya Randy sambil mengetuk pintu kamar Luna.

Luna membuka pintu kamarnya, dan memberitahu Randy alasan ia berteriak dengan Syokk.

"duh Ran, gw telat gimana nih? Duh udah jam 2, gw lupa kalo ada sifth siang. Abang lo pasti marah nih, duh mana gw belum izin lagi." jelas Luna merasa tidak tenang karna terlambat masuk kerja.

"yaelah, telpon aja si. Abang gw mah selow orangnya, santai aja." balas Randy santai.

"gw mau nelpon pake apa bambang, gw kan gak punya hp." jawab Luna membuat Randy tak percaya.

"hahah, canda ae lo. Mana ada jaman sekarang orang gak punya hp, gak usah ngadi-ngadi." tukas Randy tak percaya.

"lah emang bener kok, kontrakan aja gw nunggak. Boro-boro beli hp, mending buat makan ketauan." balas Luna jujur.

Randy terdiam, ia tak habis pikir dengan kehidupan gadis di depannya ini. Sangat amat sederhana, hidupnya terlalu keras jika di bandingkan dengan Randy yang lebih nyaman.

"lo serius gak punya hp?" tanya Randy lagi memastikan.

"iya Randy ih, buruan cari solusinya. Waktu terus berjalan kan, lo malah nanya-nanya terus kayak wartawan." jawab Luna panik.

"ya udah santai aja, yukk gw anterin biar cepet sampe kafe. Ntar gw yang ngomong sama bang Rudy, kalo lo lama karna abis bantuin gw." balas Randy memberi solusi.

"oh ok, bentar gw ambil tas dulu." pamit Luna sesaat.

Lalu Luna kembali setelah mengambil tas kecil berwarna hitamnya, dan merekapun berangkat menuju kafe milik Rudy.

Sesampainya dikafe, Rudy menatap heran kedua orang yang ia kenal itu datang bersamaan. Dalam hati Rudy, mulai merasa tidak nyaman dengan itu, namun ia menahannya.

"loh, tumben dateng barengan?" tegur Rudy pada Randy dan Luna yang menghampirinya.

"duh maaf banget ya Rud, gw telat." ungkap Luna gak enak hati.

"biasanya lo gak pernah telat Lun, lo abis darimana emang?" tanya Rudy sedikit tidak suka.

Luna bisa merasakan nada suara Rudy yang sedikit ketus, namun ia tau ini juga karna kesalahannya yang terlambat masuk kerja. Sedangkan Randy sendiri menyadari perubahan pada sang kakak, tapi ia memilih diam dan memperhatikan apa yang akan abangnya itu lakukan.

"Luna telat karna gw bang, tadi dia abis bantuin gw." tukas Randy memberi jawaban.

Rudy semakin mengernyitkan dahi, sejak kapan Randy mau membela Luna? Biasanya kan mereka selalu bertengkar, Rudy merasa ada sesuatu di antara Randy dan Luna yang tidak ia ketahui.

"oh, ya udah. Lo ganti baju dulu Lun, gw mau ngomong sama Randy." pinta Rudy pada Luna.

Luma hanya mengangguk dan mengikuti perkataan Rudy, ia tidak ingin memperkeruh suasana karna kesalahan yang ia buat sendiri. Sedangkan Randy sudah siap dengan apapun yang abangnya itu lakukan, yang jelas ini memang kesalahannya sih.

"dek, kok lo bisa barengan sama Luna sih?" tanya Rudy serius.

"kan udah gw bilang, dia abis bantuin gw." jawab Randy seadanya.

"bantuin apaan?" tanya Rudy lagi memastikan.

"hm ya itu, dia bantuin gw beresin aparteman." jawab Randy ragu.

"lo serius?" tanya Rudy lagi.

"iya, udah deh bang. Gak usah mikir macem-macem, intinya semua baik-baik aja." tukas Randy menasehati.

"lo inget ya Ran, daripada lo sakiti mending lo jauhin aja. Berlaku untuk Luna, satu pesan gw jangan pernah lo mainin Luna. Atau gw yang akan bikin lo menyesal, paham?" tekan Rudy pada Randy.

Randy terpaku melihat abangnya berubah sedemikian rupa demi seorang cewek, dan itu membuat Randy merasa tidak terima. Pasalnya cewek yang abangnya maksud adalah, cewek yang mulai merasuk ke dalam hati Randy yang beku.

"lo suka sama Luna?" tanya Randy serius.

"bukan urusan lo" jawab Rudy dengan tajam.

"terus kalo lo gak suka sama Luna, buat apa lo seperhatian ini?" tanya Randy lagi curiga.

Rudy terdiam mendengar pertanyaan dari adiknya itu, lalu dengan yakin dan percaya diri Rudy menjawabnya.

"cinta, gw mencintai Luna." jawab Rudy serius.

Kini giliran Randy yang terdiam, entah kenapa mendengar jawaban pasti sang kakak. Randy merasa tertusuk oleh belati tak kasat mata, ia sendiei tidak mengerti kenapa ia jadi seperti itu?

"sejak kapan?" tanya Randy memastikan.

"jauh sebelum lo kenal sama Luna" jawab Rudy yakin.

Di saat yang menegangkan itu, Luna datang sambil membawakan beberapa gelas minuman. Seperti biasanya, Luna memberikan pada mereka satu persatu sesuai kesukaan mereka.

"nah minum dulu, baru ngobrol lagi." ucap Luna yang tidak tau jika ketegangan sedang menguasai keduanya.

Rudy dan Randy pun meminum minuman yang di bawakan Luna masing-masing, dan membiarkan air dingin itu menyentuh kepala mereka sehingga mencairkan suasana yang ada di hati.

"gw balik dulu" pamit Randy.

"loh, kalian gak lanjut ngobrol lagi?" tanya Luna heran.

"gak, kapan-kapan aja gw mampir lagi" jawab Randy seadanya.

Luna merasa ada yang salah dengan Randy dan Rudy, ia meresakan ketegangan suasana di antara mereka. Tapi Luna tidak bisa ikut campur, ini urusan mereka.

"gw balik kerja dulu" pamit Luna pada Rudy.

Rudy masih terdiam di posisi yang sama, entah apa yang di pikirkannya. Yang jelas, permusuhan antara dirinya dan Randy akan terlihat jelas.

.

.

.

.

.

Randy kembali ke apartemannya setelah mengantar Luna ke kafe Rudy, dan disanalah sedikit pertengkaran terjadi. Entah Randy yang terlalu menganggapnya serius, atau memang Rudy yang menekannya. Yang jelas, Randy menyadari jika Rudy memiliki rasa berlebih terhadap Luna.

Dan anehnya, Randy seakan tidak terima akan hal itu. Ia tidak menerima jika kakaknya mencintai Luna, gadis bar-bar yang kini akan hidup bersamanya di aparteman ini. Hatinya menolak, menolak menerima pernyataan itu.

Sungguh, Randy di buat tak paham dengan perasaannya sendiri. Dan itu semakin membuat mood Randy hancur, hatinya berkata jangan melepaskan. Tapi siapa yang harus di pertahankan?

"sebenarnya ada apa dengan gw sih? kenapa gw gak terima kalo bang Rudy mencintai Luna? memang kenapa, itu hak diakan? tapi kenapa hati gw sakit saat mendengar hal itu? sebenarnya gw itu kenapa?"

Randy berkali-kali mengacak Rambutnya, tanda jika ia benar-benar frustasi sekarang. Tapi siapa yang bisa di salahkan jika sebuah rasa telah menyerang?