Chereads / Pengantin pulau / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

Ben-Xiao-jie: sebutan untuk diri sendiri

Piau-ge: Abang sepupu pihak ibu

Xiao-jie: nona

Ta-jie: kakak pertama

Piau-di: adik sepupu laki laki pihak ibu

Ta-Ye: tuan

Ta-Furen: nyonya

Yuemu: ibu mertua

Shiong: Abang

Piau-sau: istri Abang sepupu pihak ibu

Jie: kakak

Fuqin: ayah

-Ye: tuan

Setelah mendengar sepatah kata "setuju", aku langsung meloncat kegirangan seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru

"Tetapi Ben-xiao-jie ada persyaratan" ucapnya dengan ekspresi serius. Aku langsung diam dan duduk baik-baik mendengarkan persyaratannya

"ada beberapa pertanyaan, kalau Piau-ge mu bisa menjawabnya, Ben-Xiao-Jie akan menikahinya" Ucap Li Ping dengan ekspresi bercampur aduk antara gugup dan percaya diri

Aku sendiri langsung menunjuk Li-Ping dengan kipasku "Xiao-Jie, anda yang berkata sendiri, sebuah janji harus ditepati"

Li-Ping pun langsung menatapku dengan kesal "dengarkan sajalah dulu pertanyaannya"

Buru-Buru Yubei mengeluarkan kertas dan Kuas untuk ku menulis

"Kalau begitu dengarkan baik-baik. yang pertama, bagaimana cara mengetahui bagian akar dari sebatang kayu? Kedua, bagaimana caranya memasukkan benang ke dalam lubang kecil yang berkelok-kelok di sebuah giok?"

Aku langsung terdiam mendengar pertanyaan itu, aku mengetahui jawaban apa itu tetapi untuk sesaat aku ragu apakah Jun-Kang bisa menjawabnya

Li-Ping yang melihat ekspresi terdiam ku itu pun tertawa "kenapa? Piau-ge mu itu tidak bisa jawab?"

Aku hanya tersenyum sinis "Xiao-Jie, jangan meremehkan calon suami sendiri"

"Huh, calon suami? Kalau sampai Piau-ge mu itu tidak bisa jawab, tidak ada yang namanya calon suami" jawab Li-Ping sembari tertawa kecil

Kemudian aku pun menyerahkan surat berisi pertanyaan tersebut pada Xuande yang langsung berlari keluar membawa surat tersebut

"Karena pengiriman suratnya pasti nya sampai sekitar 3-5 hari lagi, Xiao-Jie bisa mulai mempersiapkan diri lah, barang yang ingin dibawa dan pelayan-pelayan" ucapku sembari berdiri dan menepuk-nepuk pakaianku

"Lagipula Xiao-Jie juga ada mantan tunangan bukan? Mungkin ingin mengucapkan salam perpisahan dulu?" Tanyaku dengan senyum mengejek

Li Ping memasang ekspresi tidak senang untuk sesaat, kemudian ia menampilkan senyum terpaksa nya sembari berkata "kalau begitu, ben-Xiao-jie tunggu jawabannya"

Aku sendiri pun balas tersenyum "kita lihat saja nanti"

"Kalau begitu Ben-Xiao-Jie tidak akan mengantar Shao-Ye keluar, Silahkan" ucapnya yang sudah lelah menampilkan senyum terpaksa nya sembari menunjuk ke pintu keluar

Aku pun tersenyum tipis sembari berpamitan pada Tuan dan Nyonya Zheng, Dan segera kembali ke kapal sembari menunggu Xuande

Selama 3 hari menunggu balasan dari Jun Kang, aku dan Yubei pun berkeliling dan menyantap kuliner lokal

*Di kamar Li-Ping*

"Ta-jie! Kenapa kamu setuju dengan begitu gampangnya?!" Tanya Li-Ting sembari berdiri dan memukul meja

Li-Ping yang duduk di seberangnya sembari memutar mutar ujung pakaiannya "kalau tidak setuju, nyawa Piau-di mau Dikemanakan?" tanya Li-Ping dengan nada sarkastik dan menghela nafas

"Untuk aku, nyawa Piau-ge dan kebahagiaan Ta-jie itu sama beratnya. Ta-Jie, kamu serius tidak masalah menikah dengan orang yang belum pernah ditemui?" Tanya Li-Ting sembari menatap Li-Ping dengan khawatir

"Pernikahan ya rata-rata seperti itu. Fuqin Muqin juga bukannya seperti itu? Mereka hanya pernah bertemu sekali" ucap Li-Ping sembari meletakkan kedua tangannya di atas meja

"Itu beda!" teriak Li-Ting dengan histeris

"Sudah, kamu tenang dulu" Ucap Li-Ping sembari merapikan rambutnya dengan tenang

"Tenang bagaimana?!" Lagi lagi tanya Li-Ting dengan histeris

"Lagipula pertanyaan yang Aku berikan itu belum tentu laki-laki itu bisa menjawabnya" jawab Li-Ping dengan santainya

*Di sisi kediaman Zhong*

Seorang pelayan buru-buru berlari membawa surat menuju kediaman Zhong. Belum sempat ia masuk ke dalam, sudah duluan dihentikan oleh salah seorang pengawal yang langsung bertanya "ada urusan apa?"

"-Ye mengirim surat untuk -furen" jawabnya dengan kegirangan sembari langsung berlari masuk menuju kediaman milik istriku

"Ta-Furen! Ta-Ye mengirim surat!" Teriaknya sembari memasuki ruang tamu kediaman.

Tampak sesosok perempuan dibalik tirai bambu sedang bermain dengan anak-anak, begitu mendengar perkataan pelayan tersebut, ia langsung menyerahkan anak-anak tersebut pada pengasuh dan menyuruh pelayan menaikkan tirai bambu yang menutupi ruang santai dengan ruang tamu.

" setelah pergi dari rumah tanpa izin, kukira dia sudah lupa bahwa dia masih ada istri dan keluarga disini" ucap Istriku, Yun Rou sembari berjalan mendekati pelayan tersebut dan menerima surat tersebut

Setelah Yun Rou menerima surat itu, ia pun menyuruh pelayan tersebut untuk mundur, pelan-pelan ia membuka surat tersebut dan membaca isinya, dengan ekspresi kesal ia berkomentar "Ini isinya pun bukan menanyakan kabar ku, anak-anak atau kabar Yuemu"

Pelayan Disampingnya langsung tersenyum "-Ye sedang sibuk, Furen harus mengerti"

Yun Rou pura-pura tidak mendengarkan perkataan pelayan nya "Chunxi, siapkan tandu, aku akan mengantarkan surat dari -Ye untuk Kang-Shiong"

Chunxi hanya mengangguk dan segera keluar.

Mendadak salah satu dari anak-anak tadi datang dan menarik lengan baju Yun Rou dan bertanya "surat dari siapa?"

Yun Rou pun tersenyum sembari mengeluarkan sapu tangannya untuk mengusap wajah anak tersebut "Wen-Shiong kirim surat untuk Kang-Shiong"

"Tentang Piau-sau baru?" Tanya anak tersebut dengan polosnya

"Yi-Hong tahu dari mana masalah ini? Tanya Yun Rou bingung sembari menggendong anak tersebut

"Wen-shiong bilang, sekarang aku adalah kepala keluarga Xi, aku harus tahu segalanya" ucap anak tersebut dengan tatapan yakin dan penuh percaya diri pada Yun-Rou

Yun Rou hanya mengangguk sembari mengusap kepala anak tersebut, saat itu ia bingung apakah baik Untuk Yi-Hong yang masih berusia 4 untuk mengerti masalah ini?

Mendadak Chunxi masuk ke dalam ruangan "Furen, tandunya sudah siap"

Yun Rou pun mengangguk sembari menyerahkan Yi-Hong pada pengasuh.

Kemudian ia pun segera keluar dari kediaman dan menaiki Tandu menuju kediaman Letnan Chen.

Sesampainya di depan kediaman Letnan Chen, ia pun segera berjalan menuju kediaman Timur dan masuk ke dalam ruangan kerja penerus

Saat itu Jun-Kang sedang melihat-lihat buku, yang tentu saja membuat Yun Rou terkejut karena kejadian Jun Kang membaca buku sangat langka dan bisa dihitung dengan jari tangan

"Kang-Shiong, an" ucapnya sembari membungkuk kecil dan berjalan mendekati meja kerja Jun kang

"Ta-Ye kita membaca buku? Sungguh suatu kejadian yang sangat langka, apakah ini pertanda bahwa pembicaraan perjodohan ini berjalan dengan baik" ucapnya dengan nada dan senyum yang mengejek

"Jia Wen yang mengurus masalah ini pasti berhasil, kamu yang istrinya juga bukan tidak tahu orang seperti apa dia, dia akan memakai berbagai macam cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. dan, Pertama yang aku tidak sedang membaca buku, aku hanya melihat corak kuda yang bagus. Kedua, langsung ke inti saja, Jia Wen kirim pesan apa?" tanya Jun Kang sembari tetap fokus pada bukunya

Yun Rou pun mengeluarkan surat dari lengan bajunya dan melemparnya ke hadapan Jun Kang "Jia Wen bilang, Piau-sau memberi syarat pernikahan yang tertulis dalam surat tersebut"

Jun Kang pun pelan-pelan meletakkan buku nya ke samping dan membuka surat tersebut, sesaat ia tertawa sembari membaca surat itu "pertanyaan pertama ini mudah, pertanyaan kedua ini yang membingungkan"

Kemudian untuk sesaat Jun-Kang berusaha menguras otaknya, tetapi pada akhirnya sia-sia

Ia hanya tertawa cekikikan sembari menulis surat itu "aku asal jawab nomor 2"

Yun-Rou sendiri hanya bisa menepuk jidat sembari berkata "jadi untuk apa jia-Wen pergi jauh-jauh hanya untuk melamarkan istrimu terus kamu sendiri asal jawabnya"

"Ya semua ini bergantung pada takdir, kalau jawabannya betul ya bagus, kalau tidak yah paling kita hanya bisa melihat opsi terburuk" ucap Jun-Kang sembari melipat surat tersebut

Kemudian ia melempar surat tersebut bersama dengan sebuah gantungan Giok ke pangkuan Yun Rou

Yun Rou pun begitu menerima surat tersebut dan memasukkannya ke dalam lengan pakaiannya

Jun Kang sendiripun kembali memusatkan perhatiannya pada bukunya

"Kang-Shiong, kamu yakin bisa menjalani pernikahan ini dengan baik?"

Jun Kang hanya tertawa dan berkata "pertanyaan nya malah berbalik padamu, kenapa tidak bisa? dibanding mengkhawatirkan aku, khawatirkan saja suami mu itu"

"Aku khawatirkan Kang-Shiong juga demi Yue-jie dan Xiu Ji" ucap Yun Rou sembari berjalan menuju pintu keluar

"tidak perlu khawatirkan aku, aku bisa jaga diri sendiri, kamu dan Jia Wen cukup jaga Xiu Ji baik-baik" ucap Jun-Kang sembari mengibaskan tangannya

Yun Rou hanya menghela nafas dan mengangguk sembari keluar dari ruangan

"Bagaimana reaksi Ta-ye?" Tanya Chunxi sembari membantu Yun Rou berjalan melewati taman

"Seperti biasa, antara tertarik dan tidak tertarik" ucap Yun Rou singkat

"Kenapa Furen tampak khawatir?"

Yun Rou hanya terdiam sesaat dan berkata "aku khawatir, semenjak Yue-jie tidak ada, Kang-Shiong lebih seperti boneka, tidak ada perasaan apa-apa, seperti semua ekspresinya penuh kebohongan. Aku harap Xiao-Jie ini akan membangkitkan semangat nya meski sedikit"

*Di pulau karimun*

Ketika baru keluar dari rumah makanan laut yang tidak jauh dari pelabuhan, aku dan Yubei melihat Li-Ping yang diam-diam memasuki sebuah gang kecil bersama seorang pria

"Ta-Ye, itu bukannya Zheng-Xiao-jie?" Tanya Yubei dengan heran berusaha memastikan apa yang kami lihat barusan

Aku hanya mengangguk sembari menggenggam pistolku dan berjalan mendekati gang tersebut. Kemudian aku berdiri disamping semak belukar yang merambat disamping gang tersebut sembari mengintip dan mendengarkan percakapan mereka.

"Kenapa Fuqin mu mendadak memutuskan perjodohan kita?" Tanya pria tersebut dengan dialek Hokkien lokal sembari menyentuh bahu Li Ping

"Aku sudah dijodohkan dengan yang lain" jawab Li Ping sembari menyingkirkan tangan pria tersebut dari bahunya dan menjawab pertanyaannya dengan singkat menggunakan dialek yang sama yang membuatku bingung dan terpaksa menebak-nebak

"Siapa?" Tanya pria tersebut sembari menggenggam tangan Li Ping dengan erat

"Penerus letnan Binjai utara"

Begitu mendengar jawaban Li Ping, laki-laki tersebut langsung terdiam tidak tahu mau menjawab apa. Keheningan diantara mereka berdua itu mendadak dipecahkan oleh si pria yang berkata "bagaimana kalau kita kabur?"

Li-Ping langsung menggelengkan kepala dengan pasrah "aku tidak bisa mengorbankan nyawa Piau-di ku dan kebahagiaan Li-Ting. Bagaimana kalau nanti begitu kita berdua ditempat yang jauh, dan mendengar kehancuran keluarga Wang dan betapa menderitanya Li-Ting, seumur hidup hatiku tidak akan pernah tenang" ucap Li-Ping sembari mencengkeram lengan pakaian pria itu

Mendadak pria itu memberinya sebuah pertanyaan yang sangat mengejutkan "apa kamu pernah memiliki sedikit perasaan untukku?"

Mulutku langsung terbuka lebar, Yubei sendiri menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan tangan

Li-Ping terdiam, ia tidak menjawab, hanya menunduk saja, dari posisiku ini aku bisa melihat ekspresi merasa bersalahnya, dengan pelan tapi pasti pun ia menggelengkan kepala sembari berkata "Tidak pernah, selama ini aku menganggap mu hanya sebatas Abang"

Begitu mendengar jawaban Li-Ping, Prua itu langsung beku ditempat, ia memberikan Li-Ping tatapan terkejut, marah, sedih, benci tetapi dalam tatapan itu ada cinta juga, kemudian ia pun tertawa dengan keras "ternyata....selama ini perasaanku tidak pernah terbalaskan!" Ucapnya sembari tertawa lebih keras dan berjalan keluar dengan sempoyongan seperti orang mabuk

Semua orang yang berlalu lalang melihat nya dengan tatapan aneh, tetapi tidak ada satupun yang merasakan kesedihan dan betapa sakitnya hatinya itu dalam tawanya itu

Li Ping sendiri tak lama kemudian keluar dari gang tersebut melewati aku yang tidak berani mengeluarkan suara, saat itu didalam pikiranku hanya satu: aku pasti mati kalau ketahuan mendengarkan percakapan mereka

Kemudian Yubei membantuku berdiri dan berjalan menjauh dari gang tersebut "surat dari Chen-Ye sudah tiba disertai surat dari Ta-Furen"

Aku hanya mengangguk dan berkata "kalau begitu setelah makan malam kita kunjungi keluarga Zheng"

"Baik, apakah -Ye ada perintah lain?" Tanya Yubei sembari memasukkan kedua tangannya di dalam lengan pakaiannya

Mendadak aku teringat pria tadi "Suruh Xuande cari tahu tentang pria yang tadi bersama Zheng-Xiao-jie"

Yubei pun hanya mengangguk sembari kami berjalan kembali ke kapal.

Tak lama kemudian, Xuande masuk sembari membawa 2 surat dan sebuah kotak kayu "1 dari Chen-ye, yang satu lagi dari Ta-Furen. Chen-Ye juga mengirimkan sebuah gantungan giok"

Aku pun menerima surat tersebut sembari membaca nama pengirimnya "Chen Ta-Ye, Jun Kang. Zhong-Ta-Furen, Yun Rou"

"Tadi kata Yubei, Ta-Ye ada perintah" tanyanya sembari membungkuk

Aku mengangguk dan menatapnya "cari tahu siapa pria yang tadi ditemui Zheng-Xiao-jie, cari tahu umurnya dan apa hubungannya dengan keluarga Zheng, sebelum makan malam aku ingin informasinya sudah tiba diatas mejaku"

Ia mengangguk dan kemudian menghilang secepat kilat.

*Di kediaman Zheng*

Nyonya Zheng yang sedang bersandar di jendela kamarnya sembari menatap pemandangan matahari tenggelam pun merenungkan ingatannya tentang masa lalunya. saat itu ia berpikir bahwa abangnya, Letnan Wang generasi 3 yang merupakan penguasa dan pebisnis yang handal bagaimana bisa menghasilkan seorang putra yang sama sekali tidak berguna

Saat ia sedang sibuk berpikir mendadak dari kejauhan, ia melihat putrinya yang pulang dalam keadaan lesu, sesaat ia langsung bingung entah apa yang terjadi pada putrinya itu.

Buru-buru ia turun dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi pada putrinya itu. Sesampainya di gerbang ia langsung menghampiri Li Ping yang diam dengan wajah merengut

Saat itu dia langsung tahu bahwa anaknya ini baru saja bertemu dengan Putra keluarga Zhang, jadi ia pun membawa Li Ping kembali ke kamar

Ia berusaha pura-pura tidak tahu sembari menuangkan teh dan bertanya "tadi kamu kemana?"

"Aku pergi bicara dengan Xuan-Ming" ucap Li-Ping singkat sembari bertumpu dagu

"Terus?" Tanya Nyonya sembari menyodorkan cangkir teh

"Dia mengajak ku kabur" sepatah kata dari Li-Ping ini membuat Nyonya Zheng terkejut, sesaat teko teh hampir lepas dari genggaman tangannya

"Jadi kamu setuju?" Tanya Nyonya dengan panik sembari menarik kursi dan duduk di hadapan putrinya itu

Li-Ping hanya menggelengkan kepala sembari teringat ekspresi kecewa mantan tunangan nya itu. Kemudian ia pun menatap ibunya dengan penasaran "Apa alasan Fuqin awalnya menjodohkan kami berdua? Apa memang demi keuntungan bisnis?"

Nyonya Zheng pun mengangguk pelan sembari menjawab "fuqinmu jodohkan kamu dengan Xuan-Ming karena keluarga mereka adalah pengusaha kurir terbesar di pulau sedangkan kita keluarga Zheng pengusaha opium terbesar di pulau, ini adalah permainan politik untuk menyatukan 2 keluarga besar"

Li Ping langsung terdiam sembari menatap ibunya dan bertanya "permainan politik ini sebenarnya untuk apa? Apa cuma untuk keuntungan semata?"

Nyonya Zheng pun berdiri sembari menghadap jendela dan menjawab "ini semua kita lakukan untuk bertahan hidup, tanpa kuasa maka kamu hanyalah semut di tanah yang harus siap untuk diinjak injak"

"Jadi nanti begitu aku menikah ke keluarga Chen, apa permainan politik ini akan terjadi juga?" Tanya Li Ping sembari mengaduk tehnya. Entah kenapa, anehnya di suatu sudut dalam hatinya, ia sudah mempersiapkan batin untuk bertahan hidup didalam keluarga itu, seolah-olah ia memang lahir ditakdirkan untuk itu.

"Keluarga Chen mulai dari yang tua hingga muda semua pandai permainan politik. kamu harus berhati-hati mencari sekutu dalam permainan ini" jawab Nyonya Zheng sembari melipat kedua lengannya

"Sekutu seperti apa yang bisa dipercaya?"

Nyonya Zheng membalikkan kepala dan menatap putrinya dengan tajam, sesaat Li Ping merasa seperti tatapan ibunya menembus kepalanya

"gunakan instingmu, maka kamu akan tahu"

*Di kapal*

Aku, Yubei, Xuande dan kapten kapal menyantap makan malam kami sembari membaca informasi yang didapatkan Xuande

"Kamu dapat dari mana semua informasi ini?" Tanya kapten sembari membaca

"Dari Pasar gelap di dekat vihara Avalokiteswara, informasinya lumayan mahal, karena Keluarga Zheng itu pengusaha opium terbesar dibalai dan Keluarga Zhang sendiri adalah keluarga pengusaha kurir pengiriman barang" jawab Xuande sembari memenuhi mangkuknya dengan daging ayam

"Aku tidak menyangka mereka itu pengusaha besar, padahal tidak tampak seperti itu" ucap Yubei sembari lanjut membaca

"Mereka membuka bisnis pelayaran dan perdagangan dari Malaka dan Temasek, kamu tidak lihat berapa banyak pelanggan yang masuk ke dalam kedai opium mereka itu tiap hari? Mereka pun duduk untuk mengisap opium berjam-jam. Pertanyaan besar kalau keluarga Zheng tidak kaya" celutuk ku sembari meneguk sup Bak-kut dan lanjut membaca informasi yang dibawa Xuande tadi

"Nama, Zheng Xuan Ming, putra sulung keluarga Zheng, umur 18 tahun, mantan tunangan Zheng-Xiao-Jie, orangnya pemboros, dan selera pakaiannya parah? Ini pun kamu bisa dapat" ucapku sembari tertawa

"Dia terkenal pemboros, penakut dan dia juga terkenal punya kepercayaan diri yang sangat tinggi di kalangan para perempuan, tapi dia baik" ucap Xuande sembari lanjut menyantap makan malamnya itu

Aku hanya mengangguk mendengar perkataan Xuande, karena apabila dia punya keberanian, dia pasti segera ke rumah keluarga Zheng untuk menuntut penjelasan, tapi mungkin karena kebaikan hatinya jugalah ia tidak menuntut penjelasan untuk menghindari mempermalukan keluarga Zheng

Akhirnya setelah makan malam Aku dan Yubei pun memanggil becak tarik untuk mengantarkan kami kediaman Zheng. Sesampainya di depan kediaman, ternyata ada seorang pelayan yang Sudah menunggu untuk menujukkan jalan kepada kami.

Sesampainya di ruang tamu, seluruh keluarga Zheng sudah berkumpul di ruangan. Tuan Zheng dengan seriusnya menatapku dan bertanya "bagaimana balasan Chen-Shao-Ye?"

Aku pun buru-buru mencari surat dari Jun Kang dan mengeluarkannya dari kantong bajuku

Sesaat mata semua orang tertuju pada surat tersebut, perlahan-lahan aku membuka amplop agar surat tidak robek, begitu amplop berhasil dibuka, aku pun mengeluarkan secarik kertas dari dalam.

Pelan-pelan aku membuka surat tersebut dan membacakan isi dari surat tersebut

"Pertanyaan pertama, caranya adalah letakkan batang kayu ke dalam air, bagian yang tenggelam adalah bagian akarnya. Pertanyaan kedua, oleskan madu pada salah satu sisi lubang di giok itu kemudian ikatkan benang pada semut maka semut itu akan berjalan membawa benang ke sisi lain lubang giok karena mencium aroma madu. Tertanda Chen-Jun-Kang"

Begitu selesai membaca, aku pun menyerahkan surat tersebut pada Li Ping yang ekspresinya terlihat terkejut mendengar jawaban Jun-Kang, ia buru-buru membaca ulang surat tersebut

"Bagaimana? Jawabannya betul?" Tanya Nyonya Zheng sembari mengintip dari samping

"Betul" ucap Li-Ping dengan ekspresi tetap tidak percaya. Sesaat ekspresi semua orang langsung berubah terkejut

Aku sendiri pun menyodorkan sebuah kotak kayu dengan giok merah tua "Kang-Shiong juga menitipkan sebuah gantungan giok, mohon Xiao-jie terima"

Li-Ping dengan ekspresi kebingungan pun menerima kotak tersebut

"Kalau begitu sekarang kita bisa sepakat atas pernikahan ini kan?" Tanyaku sembari melipat lenganku dan tersenyum pada Li Ping

Li-Ping menunjukkan senyum terpaksa sembari melipat surat tersebut dan memasukkannya ke dalam lengan pakaiannya

"Kalau begitu, dalam waktu 4 hari ke depan, persiapkan semua barang-barang yang Xiao-jie perlukan, pada malam tanggal 12, kita akan langsung berangkat" ucapku sembari merogoh jam gantungku

Nyonya Zheng seketika langsung tersentak kaget "begitu cepat? Apakah tidak bisa sedikit lebih lama?" Tanyanya dengan ekspresi yang perlahan-lahan berubah menjadi sayu

"Furen, bukan Ben-Ye tidak mau memberi waktu lebih banyak, tapi memang ada masalah yang perlu diselesaikan di Binjai utara" ucapku berusaha meyakinkan Nyonya Zheng agar setuju

Nyonya Zheng pun hanya bisa mengangguk dengan pasrah, sedangkan Li Ping menatapku dalam-dalam sembari bertanya "apa masalah ini juga termasuk dalam alasan pernikahan ini?"

Aku hanya mengangguk singkat sembari berpikir mungkin sebentar lagi adalah saat yang baik untuk jujur padanya mengenai situasi keluarga Chen.

Inilah langkah pertama kami dalam menjatuhkan pengaruh keluarga Li, langkah pertama dari jalan yang penuh duri ini akan menyebabkan pertumpahan darah beberapa tahun kemudian.