Jie: kakak
Piau-Shugong: adik sepupu pihak ibu nya kakek
Piau-Shupo: istri adik sepupu pihak ibu nya kakek
Piau-shu: anaknya adik sepupu pihak ibu nya kakek
Piau-Shumu: menantu nya adik sepupu pihak ibu nya kakek
Piau-ge: Abang sepupu pihak ibu
Piau-sau: istrinya Abang sepupu pihak ibu
Er-Shu-Gong: Adik laki-laki dari Kakek
Zhumu: nenek pihak ayah
Wai-pho: nenek pihak ibu
Muqin: Ibu
Di-mu: istri sah ayah, Ibu tiri
Yue-mu: Ibu mertua
Bo-fu: Abang dari ayah
Bo-mu: istri Abang dari ayah
Taciu: Adik dari ibu
Lao-Ye: Tuan besar
Lao-Furen: Nyonya besar
Ta-Ye: Tuan pertama
Taren: Tuan (sebutan untuk pejabat)
Er-Furen: Nyonya kedua
Nucai: pelayan pria (sebutan untuk diri sendiri)
Sesaat ekspresi Li Ping pun menjadi tidak terbaca, Yun Rou dan Yi Hong saling bertatap mata mempertanyakan ekspresinya pada saat itu.
Itu bukan ekspresi marah, juga bukan ekspresi senang, lebih ke ekspresi bingung dan terkejut. Akhirnya ekspresi tersebut pelan-pelan berubah menjadi hangat dan Mendadak Li Ping mengulurkan tangannya yang langsung diraih Xiu Ji dan ia pun berpindah pelukan
Setelah memperbaiki posisi gendongan Xiu Ji, Li Ping menghirup aroma di rambut halus Xiu Ji, dengan tenang ia berkata "Harum Bunga Krisan"
Yun-Rou dan Yi-Hong seketika langsung menghela nafas lega melihat pemandangan tersebut.
"Kamu sekarang sudah bisa tenang kan?" Tanya Nyonya penerus Ma sembari menepuk bahu Yun Rou
"Kami sudah bisa tenang sekarang, setidaknya ada sosok yang bisa menggantikan Li-Yue-jie dalam diri Xiu-ji"
"Jadi Yi-Hong kalian masih mau jaga?" tanya Nyonya Letnan Ma sembari mengunyah biji matahari
Yun Rou hanya mengangguk "Jia Wen bilang, dia sudah janji dengan Xi-Piau-Shu, dia menukar ilmunya sebagai ganti 30% saham keluarga Xi, janji bagaimana pun harus ditepati"
Disisi lain Li Ping hanya sibuk menghirup aroma bunga krisan dari tubuh Xiu Ji hingga tidak menyadari apa saja yang dibicarakan Nyonya-nyonya di hadapannya :v
*Disisi ruangan kerja Letnan Ma*
Aku, Letnan Ma dan Penerus nya duduk mengelilingi sebuah meja bundar
"Jadi bagaimana rencana mu selanjutnya?" Tanya Letnan Ma sembari menuangkan arak ke cawan ku
"Setelah ini?" Aku balik bertanya pada Letnan Ma "apapun yang terjadi, aku berserah pada para leluhur, biar mereka yang menentukan nasib keturunan mereka ini" ucapku sembari meneguk arak tersebut
"bagaimana kalau calon istri Jun Kang menghancurkan rencana kalian?" Tanya penerus M
"Kalau sampai gagal, Aku akan mencari perempuan lain sebagai selir Jun-Kang. Tapi, Piau-Shu, aku lihat perempuan ini tidak sebodoh itu, keluarganya ada ditanganku, mau tidak mau dia akan terpaksa turut serta permainan ini" jawabku dengan senyum tipis sembari menuangkan arak ke cawan nya
"Hmm, seperti biasa, Jia Wen punya cara memang kejam" ucapnya sembari tertawa dan meneguk arak tersebut.
Aku hanya tertawa sembari menuangkan arak ke cawanku sendiri
Mendadak Letnan Ma dengan ekspresi serius bertanya "Bagaimana kabar di Binjai utara?"
"Er-Shu-gong, Muqin dan Wai-po sehat, Jun Kang juga sehat-sehat saja meski dia tetap bersikap selayaknya tak ada ekspresi. Taciu seperti biasa, tetap bodoh dan terlalu mengandalkan keluarga Li. sekarang keluarga Li memegang kendali politik, para pejabat rata-rata memihak mereka"
"Berarti diantara kalangan pejabat, hanya kita, keluarga letnan Wang dan Keluarga Ye yang memihak Jun Kang?" Tanya Penerus Ma sembari mengusap dagunya
"Ada Keluarga pejabat Zhen juga, mereka bermusuhan dengan Keluarga Lin, Muqin awalnya ingin mereka berdamai dengan menikahkan Putri sulung keluarga Zhen ke putra kedua keluarga Lin, tapi siapa sangka permusuhan malah semakin memanas" ucapku sembari menghela nafas
Penerus Ma pun melirik padaku dengan tatapan seolah-olah teringat sesuatu "Kalau tidak salah, Dulu kamu ada berikan hadiah papan catur ke Lin-er-Furen bukan? Kalian teman dekat?"
Aku mengangguk sembari menatap Penerus Ma dengan senyum tipis yang langsung membuatnya tertawa "ternyata dia bersekutu dengan mu"
"Tapi Piau-shu, apakah Kuta bisa percaya letnan wang akan setia di kubu ini? Kita bukan tidak tahu dia orangnya seperti apa" ucapku dengan ragu
Letnan Ma mengangguk mendengar perkataanku itu "Jia Wen bilang betul, dia bukan orang yang bisa kita percaya, pihak mana yang memberi dia perempuan cantik Disitulah dia akan berpihak" ucap Letnan Ma sembari tertawa
"mari kita berharap saja bahwa perempuan yang kita kirimkan itu akan cukup memuaskannya**" ucap penerus Ma sembari menuang arak hingga tetesan terakhir
Aku hanya menunduk "semoga saja"
Mendadak seorang pelayan tiba "Lao-Ye, Ta-Ye, Zhong-Ta-ren, an. Lao-Furen suruh Nu-cai sampaikan pesan ke Zhong-Ta-ren bahwa ia belum memberi salam pada para leluhur"
Aku hanya mengangguk dan menyuruhnya untuk keluar terlebih dahulu
"Piau-Shugong, Piau-Shu, aku pergi dulu" ucapku sembari berdiri
"Bentar, bagaimana kalau kita sama-sama pergi? Aku ingin melihat calon istri Jun Kang" ucap Penerus Ma sembari menahan bahuku dan turut berdiri
"Piau-Shugong? Anda ikut?" Tanyaku dengan sopan
Letnan Ma pun mengangguk sembari meletakkan cawan, setelah itu kami pun bersama-sama berjalan menuju aula leluhur
*Disisi lain*
"Jadi untuk selanjutnya Xiu/Ji akan tetap tinggal dengan kita atau pindah kembali ke kediaman Chen?" Tanya Yi-Hong sembari menarik lengan baju Yun Rou
Li Ping sendiri sudah duduk dengan Xiu Ji di lesehan sembari mengunyah Biji bunga matahari yang di tawarkan Nyonya Letnan
Seketika semua mata langsung menatap ke arah Li Ping, menunggu jawabannya atas pertanyaan ini
"Harusnya sih ikut aku kembali ke kediaman Chen" ucap Li Ping singkat dengan canggung sembari menatap mata Yi-Hong
"Kenapa harus?" Tanya Yi-Hong dengan keras
"Begitu Piau-sau sudah menikah ke keluarga Chen, tentu saja Xiu Ji Harus kembali ke kediaman Chen juga, Sekarang dia kan sudah ada Di-mu (嫡母)" ucap Yun Rou panik sembari berusaha menjelaskan pada Yi-Hong
"Apalagi awal perjanjian kita mengambil hak asuh Xiu-Ji itu kan kalau Piau-ge sudah menikah, Xiu-Ji harus kembali ke kediaman Chen" ucapku sembari memasuki taman aula sembahyang.
Buru-buru aku menghadap Nyonya Letnan dan Nyonya penerus "Piau-shupo, Piau-shumu, an"
Nyonya Letnan hanya mengangguk dengan senyuman sembari melihatku
Kemudian ia pun melirik ke arah Li-Ping dan Yun-Rou yang tengah berdiri dan memberi mereka senyuman hangat "Kalian ber-4 pasti lelah seharian perjalanan dari pulau, dari Binjai utara datang kesini, pergi istirahat dululah" ucap nya memanggil para pelayan untuk memandu mereka menuju kediaman tamu
Li Ping yang menggendong Xiu-Ji dan Yun Rou yang menggandeng Yi Hong pun pelan pelan mundur dan mengikuti para pelayan menuju kediaman tamu
Setelah mereka agak menjauh, buru-buru Nyonya Ma menyuruh kami mendekat
"Itu anaknya Wang He'an?" Tanyanya dengan ekspresi terkejut
Aku hanya mengangguk "Piau-shupo kenal dengan Zheng-Furen?"
"Jia Wen, kamu bercanda? Siapa yang tidak kenal putri tunggal mendiang letnan Wang generasi ke-2 yang menikah dengan pedagang biasa? Itu adalah skandal terbesar diantara bangsawan" Jawab Nyonya Ma sembari kembali mengunyah biji bunga matahari
"Dia teman Muqin mu tetapi juga rival nya" ucap Letnan Ma sembari duduk di samping istrinya
"Rival?" Tanyaku dengan heran
"aku baru ingat, mereka berdua rival kehidupan" ucap Nyonya Penerus sembari tertawa
Aku masih memasang ekspresi tidak mengerti yang membuat Nyonya Penerus tertawa lucu
"Sesama putri tunggal letnan dari 2 keluarga yang sudah bermusuhan sedari awal, mereka membawa permusuhan itu kedalam pertemanan mereka dengan bersaing dalam semua bidang. Mulai dari pelajaran, melukis, berkuda, menjahit, puisi, pedang, bahkan surat cinta terbanyak dari putra-putra pejabat" ucap Nyonya Penerus sembari mengambil cawan teh
Kemudian aku langsung menyapu lengan pakaianku sembari berkata "hal itu tidak penting, yang penting sekarang, Shupo dan Shumu rasa dia bagaimana? Apakah dia bisa memenangi perhatian Wai-po dan Piau-ge?"
Sesaat Nyonya letnan dan nyonya Penerus langsung terdiam dan berpikir
"Aku rasa dia lucu" ucap Nyonya letnan sembari tertawa
"Aku juga merasa begitu" komentar Nyonya Penerus
"Kenapa? Bagian mananya yang lucu?" Tanyaku sedikit bingung
"Bagian logatnya, aku rasa logat pulau memang kasar" ucap Nyonya letnan sembari tersenyum lucu
"Piau-Shupo belum pernah ke pulau itu, Yubei bicara dengan mereka pakai logat Medan, mereka balas dengan logat pulau, sama sama tidak mengerti jadinya bikin pusing" ucapku sembari mengurut keningku mengingat bagaimana Yubei hampir beradu tinju dengan pelayan di kedai Bak-kut-teh
"Jadi kamu bagaimana bicara dengan dia?" Tanya tuan muda Ma dengan ekspresi terhibur melihatku kesulitan
"Yah dengan perlahan-lahan, aku hanya bisa hokkien-Medan, dia hanya bisa Hokkien-pulau, yang tidak mengerti dia bertanya"
"Kalau begitu nanti kamu harus suruh Yun Rou latih logatnya, cuma bagian logatnya saja yang aku agak ragu Ta-jie akan terima. Yang lainnya sih tidak ada masalah, dengan mukanya itu dia bisa menangin hati Jun Kang, sifatnya juga dia sepertinya bisa menangin hati Ta-jie" ucap Nyonya letnan sembari mengusap pipinya
"Tapi yang susah, keluarga Li dan Piau-Sau (ibu Jun-Kang) pasti menargetnya, aku ragu dia bisa bertahan disitu" ucap Tuan penerus
"Bukan hanya itu, dengan logat dia sekarang ini, nanti pasti ada saja julukan yang diberikan para Nyonya-Nyonya pejabat sana, apalagi rata-rata nya suami mereka kan memihak Keluarga Li, pasti mereka berusaha membuat kehidupannya sesusah mungkin" ucap Nyonya penerus yang diikuti dengan anggukan oleh Nyonya letnan
Aku hanya mengangguk, kemudian Tuan penerus pun menepuk bahuku "Kalau begitu selanjutnya ia akan perlu bantuan kalian, kalian harus melindunginya, kalau tidak rencana kita pasti gagal"
"Yang Piau-shu katakan itu benar" ucapku sembari mengusap daguku
Disisi kediaman tamu
Yun-Rou yang tengah menyuruh para pengasuh untuk membawa anak-anak ke kamar masing-masing pun melirik ke arah Li-Ping yang tengah menunduk sembari berpikir.
Tersirat diwajahnya bahwa ia ingin bertanya sesuatu lagi, rasa terkejut bagaimana bisa ia meloncat masuk ke dalam neraka ini masih memenuhi dirinya
"Apa yang ingin Piau-sau tanyakan, Silahkan tanyakan dengan tenang dan tanpa segan, mengingat bahwa saya adalah bawahan anda begitu anda menikah ke keluarga Chen" Ucap Yun-Rou dengan senyum lelah sembari menyentuh pipinya
"Sebenarnya ada sesuatu yang ingin ku tanyakan, tetapi aku sedikit bingung bagaimana cara mengatakannya" ucap Li-Ping dengan tatapan kosong ke pintu ruangan
"Apa itu?" Tanya Yun-Rou dengan heran "coba Piau-sau katakan"
"Kenapa mendadak-dadak saja terjadi pemilihan istri untuk Jun-Kang?" Tanya Li-Ping dengan heran "kalau melihat situasi, bukankah dengan posisi selir Li yang memiliki dukungan Muqin nya Jun-Kang dan sokongan dari Fuqin nya yang didukung oleh banyak pejabat, sudah pasti posisi istri sah jatuh kepada nya"
Yun-Rou mendengarkan dalam diam dengan tenang sembari menganggukkan kepala
"Tetapi kenapa mendadak-dadak saja terjadi pemilihan istri penerus letnan secara massal? Apa ada sesuatu yang terjadi dibalik hal ini?" Tanya Li-Ping dengan heran
Saat itu juga Yun-Rou langsung mengerti maksud Li-Ping "ceritanya sedikit panjang, tidak apa-apa kan?"
Li Ping hanya mengangguk "tidak apa-apa, cerita yang diceritakan Jia Wen saja aku bisa dengar, apalagi ceritamu"
Yun Rou pun tertawa mendengar komentar Li Ping dan memulai ceritanya
"Sebulan yang lalu, diadakan acara untuk merayakan ulang tahun Bo-mu yaitu ibu Jun Kang, jadi persiapan acara tersebut sengaja diatur untuk diserahkan pada Selir Li untuk menunjukkan keunggulannya dihadapan para kerabat dan Zhumu
Sebenarnya persiapan yang ia buat itu sudah lumayan sempurna. Hanya saja dia melakukan kesalahan dalam penempatan tempat duduk dan pemilihan bahan makanan yang disajikan. Dia meletakkan posisi keluarga Li dekat dengan meja keluarga Letnan, sedangkan Posisi meja keluarga Zhong dan Keluarga ku, ia letakkan lebih jauh"
"Jadi ada masalah apa dengan posisi mejanya?" Tanya Li Ping bingung
"Piau sau, posisi meja yang dekat dengan keluarga Letnan seharusnya hanya boleh yang sama sama memilik posisi letnan dan yang saudara dekat. kalau dari urutannya harusnya keluarga Ma, Wang, Zhong, Xi, keluargaku barulah keluarga Li. Tapi dia malah meletakkan posisi keluarga Li pas disamping keluarga letnan, kemudian ia meletakkan meja meja pejabat yang dekat dengan keluarga Li di sekitar meja keluarga letnan"
"Kemudian? Kemudian apa yang terjadi?" Tanya Li-Ping dengan penasaran
"Jia Wen beserta keluarga Ma dan Wang mengamuk. Jadi Jia Wen sambil bawa cawan arak langsung marah-marah dan berteriak di depan keluarga Letnan"
"Dia teriak apa?"
Yun Rou pun mendehem dan berusaha menirukan suaraku "Bisa-bisanya posisi keluarga letnan tetangga dan kerabat dekat diletakkan paling jauh sedangkan posisi bawahan diletakkan sedekat mungkin! Ini namanya penghinaan! Penghinaan pada aturan leluhur!"
Li Ping langsung mengangguk pelan, para kerabat beserta keluarga Letnan Ma dan Wang sudah dibesarkan dengan sendok emas di mulut semenjak kecil, mereka dihormati dan dibesarkan sebagai orang penting dan akan selalu diposisikan di tempat yang tinggi, untuk diletakkan dibawah para pejabat bawahan pastinya akan melukai harga diri mereka
"Kebetulan Zhumu juga tidak senang jadi dia langsung bertanya siapa yang mengurus acara ini, kemudian pelayannya pun bilang itu selir Li yang urus. Zhumu langsung membanting sumpit dan berkata bahwa ini merupakan kesalahan besar membiarkan selir mengurus acara keluarga, ia memarahi Selir Li dan Bo-mu. Yue-mu (岳母) juga tidak senang jadi dia keluar tanpa salam yang meyakinkan Zhumu bahwa kejadian ini merupakan penghinaan, jadi Selir Li dihukum dengan tidak diperbolehkan keluar ruangan dan uang bulanannya dipotong
Dan pada akhirnya Zhumu bilang bahwa dia merasa kediaman Jun-Kang tidak ada yang pandai mengurus keluarga sampai sampai 3 keluarga kerabat pun dibuat tersinggung dan putra Jun Kang sendiri Harus dititipkan ke kami, dari situ datang usulan dari Yuemu ku untuk mengadakan pemilihan istri bagi Jun-Kang yang langsung disetujui Bo-fu"
Li-Ping setelah mendengarkan cerita Yun-Rou pun akhirnya mengerti bahwa pada kenyataannya banyak orang yang ingin memanfaatkan dia sebagai alat dalam pernikahan ini
"Sejujurnya Piau-sau bertanya terus menerus pun tidak berguna" jawab Yun-Rou sembari menghela nafas kecil dan memasang senyum terpaksa
"Aku tahu" balas Li-Ping dengan pelan "Aku hanya menyelidiki siapa yang bisa dijadikan sekutu" ucapnya sembari menatap Yun-Rou
Saat itu juga Li-Ping langsung menyodorkan tangannya pada Yun-Rou dan berkata "semoga persekutuan kita ini bisa berlangsung lama"
"Semoga saja" jawab Yun-Rou dengan senang sembari menjabat tangan Li-Ping itu
Saat itu Li-Ping berpikir baginya sudah tidak penting masalah mengenai siapa yang memasukkannya ke dalam pernikahan ini, sekarang yang paling penting adalah ia akan menggunakan mereka yang menjebaknya ke dalam pernikahan ini sebagai tameng bertahan hidup