Ta-jie: kakak pertama
Xiao-jie: nona
Furen: nyonya
Fuqin: ayah
Shao-Ye: tuan muda
Jie-fu: Abang-ipar
Shiong: Abang
Setelah pembicaraan masalah pernikahan selesai, kami pun pamit pulang. Saat di atas becak tarik, barulah kubaca isi surat dari istriku
"Kamu masih ingat kirim surat ke rumah?! Cepat pulang! Berani-beraninya pergi tanpa izin dan menipu aku dan Yuemu!- tertanda istrimu, Yun-Rou"
Saat itu juga aku langsung merinding membaca isi surat Yun-rou yang penuh amarah
*Disisi kediaman zheng*
Dengan mengendap-endap, sesosok gadis yang tak lain merupakan adik li-ping, Ii-Ting diam-diam menyusup masuk ke dalam kamar Li Ping. Li Ting melihat ke kanan dan ke kiri dan menemukan LI Ping yang duduk di depan meja rias dengan serius membaca surat yang ditulis oleh jun kang.
Pelan-pelan li ting mengendap dan menepuk bahu Li Ping sembari bertanya dengan khawatir "Ta-jie, kamu baik baik saja?"
Li-ping pun menyimpan surat tersebut di laci meja riasnya. Kemudian ia mengangguk
"Ta-Jie, kelihatan sekali dari ekspresimu itu, kamu sama sekali tidak ada niat untuk menikah" ucap Li-Ting sembari memegang bahu Li-Ping
"Aku disini sisa 4 hari, kita bicarakan hal lain saja" ucap li ping berusaha mengalihkan pembicaraan
"Menurut Ta-Jie, calon suami Ta-jie itu seperti apa?"
'Aku tidak tahu" ucap li ping singkat sembari meraih tusuk konde untuk menyanggul rambutnya
"Ta-jie sebenarnya suka laki-laki yang bagaimana?" Tanya li ting sembari membantu Li ping merapikan rambutnya
Sesaat li ping terdiam sembari berpikir laki-laki seperti apa yang ia sukai Apakah yang seperti ayahnya yang tegas tetapi ada sisi lembut atau seperti adiknya yang ceria dan iseng? atau seperti Xuan-Ming yang baik?
Tetapi setelah sesaat memikirkan xuan-ming, ia langsung merasa bersalah dan berkata "yang penting orangnya baik dan tidak ringan tangan"
"Ta-Jie, selama ini, kamu ada tidak sedikit perasaan untuk Xuan-Ming?**"
"Kamu rasa?" Tanya Li-Ping balik dengan senyum tipis
Li-ting langsung tersenyum sembari berusaha menebak-nebak isi hati Li-Ping "aku tahu kenapa Ta-Jie tidak ada perasaan seperti itu untuk dia, dia agak penakut dan kepercayaan dirinya itu sangat tinggi kan?"
"Bukan begitu, dari awal aku hanya menganggap dia seperti Abang sendiri. Kita bertiga kan dari kecil sama-sama bermain, masuk perguruan, lulus juga sama-sama. Rasanya tidak semudah itu mengubah perasaan ku padanya" ucap Li-Ping dengan ekspresi serius dan nada yang tegas
Li-Ting yang berusaha menggoda Li-Ping pun tersenyum lebar sembari berkata "bohong, pasti karena dia penakut bukan?"
"Dia kalau penakut lah, mana mungkin ajak aku kabur" ucap Li-Ping dengan jengkel yang langsung membuat mulut Li-Ting menganga lebar
"Kabur?! Jadi Ta-jie setuju?" Tanyanya dengan histeris
"Kamu menunjukkan reaksi yang sama seperti Muqin" ucap Li-Ping dengan tenangnya
"Ya iyalah! Jadi katakan! Kamu setuju?"
"Tidak lah, kalau aku setuju, kamu yang akan duduk di posisi ku sekarang"
Mendadak Li-Ting tertawa "ini sudah seperti di buku cerita, jadi bagaimana dia mengajak mu kabur?" Tanya Li-Ting dengan senyum lebar yang bercampurkan rasa penasaran
Akhirnya Li-Ping pun menceritakan tentang pembicaraannya dengan xuan Ming sore itu
Li ting langsung terdiam setelah mendengar cerita li ping "semoga Fuqin tidak berniat jodohkan aku dengan dia" ucapnya sembari memijit pelipisnya dengan ekspresi pasrah
"Semoga saja" ucap li ping sembari memberi senyum licik
"Jadi laki-laki seperti apa yang ta-jie suka? Yang seperti Fuqin? Yang seperti Yi-Cheng? Atau yang seperti itu zhong-shao-ye?" Tanya li ting lagi-lagi dengan senyum licik
"Seperti Fuqin boleh, seperti Yi-Cheng juga boleh, itu Chen-jun-kang sepertinya akan ada sedikit kemiripan dengan Zhong-shao-ye" ucap li ping dengan perasaan yakin
"Mirip dimananya?" tanya Li-Ting heran
"Mereka kan sepupu, Mungkin mirip di wajah? Atau mirip di sifatnya? Meski sedikit pasti ada kemiripan" ucap Li Ping sembari menuntun li ting untuk berbaring di atas tempat tidur "Tetapi semoga saja mereka tidak mirip"
"Kenapa? Zhong-Shao-Ye bukannya lumayan?" Tanya Li-Ting kebingungan
"Kamu lihat cara bicaranya dan tulisannya pun bisa tahu dia itu arogan dan kejam, dia jenis orang yang menggunakan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan" ucap li ping sembari membenamkan wajahnya di selimut "entah dengan sifatnya seperti bagaimana dia bisa mendapatkan istri"
Li ting sendiri pun tertawa sembari menarik selimut "dia sudah beristri kalau tidak salah"
Li ping langsung mengangkat kepalanya dan menatap li ting dengan tidak percaya "dia baru 16! Kamu yakin?"
"Muqin yang bilang, Muqin masih sempat bertanya lagi, bagaimana kabar istrinya" ucap li ting sembari merapikan selimut yang mengkerut
Melihat ekspresi li ping yang tidak percaya pun membuat li ting tergoda untuk mengganggunya
"Jangan-jangan calon jie-fu juga seperti zhong-shao-ye? Sudah pernah menikah dan sudah punya anak? Atau malah jangan jangan jenis laki-laki yang ada 3 istri 4 selir (三妻四妾)?"
Li ping langsung tertawa "boleh juga, laki-laki yang sudah punya banyak pengalaman dengan perempuan itu lebih menarik"
Yang tak ia sangka adalah kata-katanya ini akan menjadi kenyataan
Malam itu kedua kakak adik ini bercerita tentang banyak hal, masa lalu, masa kini dan masa depan yang akan mereka tempuh, tanpa mengetahui apakah masa depan ini adalah kegelapan yang menjerumus atau terang yang akan menyelamatkan.
Keesokan harinya
Setelah Sarapan mendadak Xuande datang dengan wajah kaku dan berkata "Sepertinya keluarga Li mengirim beberapa pembunuh bayaran untuk membunuh Keluarga Zheng"
Aku yang pada saat itu sedang bersantai di tempat tidur sembari melihat katalog barang antik pun langsung terdiam
"Kamu bawa beberapa bawahanmu, pergi tangkap Para anjing itu, aku mau mereka dalam keadaan hidup" ucapku sembari memperbaiki posisi dudukku
Sesaat Xuande diam setelah mendengar perintahku "bukankah tindakan kita ini akan menyinggung keluarga Li" tanya nya dengan ekspresi yang terlihat ragu pasa keputusanku
Aku tersenyum tipis sembari melipat kedua lenganku "kamu meragukan keputusanku?" Tanyaku dengan dingin
Xuande langsung panik seketika "Tidak! Mana mungkin Nucai meragukan keputusan -Ye!"
"Kalau begitu laksanakan, lagipula sekalipun kita menyinggung mereka, Aku tidak peduli, ini adalah masa kekuasaanku sebagai kepala keluarg Zhong, aku tidak ada keinginan menjaga perasaan keluarga Li" ucapku sembari tersenyum dingin
Setelah melihat Senyumku, Xuande pun terdiam, ia segera membungkuk hormat dan keluar dengan terburu-buru dari ruanganku.
Siangnya, aku dan Yubei pun pergi mengunjungi kediaman Zheng untuk melihat apa saja yang sudah dipersiapkan oleh mereka.
Nyonya Zheng dan Li Ping saat itu sedang sibuk memilih kain-kain sutra untuk dibawa ke kediaman Chen
"Kira-kira Chen-Shao-Ye suka warna yang seperti apa?" Mendadak Nyonya Zheng bertanya padaku sembari menggenggam segulung kain, sesaat semua mata tertuju padaku
Aku pun mencoba mengingat ngingat warna seperti apa yang Jun Kang suka
Setelah itu aku pun mendekati Nyonya Zheng dan mengambil kain yang di tangannya "Kang-Shiong suka warna yang muda, cerah dan terlihat tenang"
"Seperti?"
"Seperti warna jingga, Biru, Hijau muda, merah muda, merah Persik, ungu muda, yang penting yang warnanya terlihat muda, tapi jangan lupa pilih juga beberapa yang warna tua untuk kebaya" ucapku sembari menunjuk kain yang dibawa pedagang itu satu persatu
"Bagaimana dengan Hijau tua ini? warnanya terlihat lembut" tawar pedagang tersebut sembari menunjukkan kain tersebut padaku
Aku langsung menggeleng, sesaat raut wajah Yubei langsung berubah menjadi kaku begitu melihat warna tersebut
Yang lain sepertinya tidak menyadari, begitulah pikirku, tetapi ternyata ada sepasang mata yang berhasil menangkap ekspresi Yubei, yaitu Li-Ting.
Sesaat mata kami saling bertatap, aku pun tersenyum padanya dan ia membalas senyumanku
Kemudian kami pun melihat-lihat ke arah perhiasan, Mulai dari tusuk konde, jepit rambut, anting-anting dan lainnya berjejer diatas meja. Ada yang terbuat dari emas, perak, kayu, giok dan dihiasi dengan batu permata dan mutiara.
"Jadi rencananya Furen akan memberikan mahar seperti apa untuk Xiao-Jie?" Tanyaku sembari melihat lihat perhiasan
"Shao-Ye rasa mahar seperti apa yang bagus?" Tanya Nyonya Zheng sembari menggulung kembali kain-kain yang telah ia pilih
"Mahar dalam bentuk uang, perhiasan dan kain sutra itu sudah pasti tapi yang paling utama adalah properti, dari properti Ta-Xiao-Jie bisa punya uang pribadi sendiri"
Sesaat Nyonya Zheng langsung memutar otak, karena Tanah Binjai Barat milik keluarga Wang awalnya merupakan Tanah untuk perkebunan sehingga dari awal Nyonya Zheng telah melepas hak mahar dari ibunya dan menggantinya menjadi uang.
"Bagaimana dengan rumah opium milik Zheng-Ta-Ye di daerah Binjai utara?"
Nyonya Zheng hanya tersenyum mendengar ucapanku "dari mana kamu tahu bahwa keluarga Zheng ada rumah opium di Binjai utara?"
"Siapapun tahu kalau Rumah opium Keluarga Zheng itu tidak berjalan dengan baik, tinggal menunggu waktu saja untuk Rumah opium tersebut tutup" ucapku sembari membalas senyum Nyonya Zheng dan menggelengkan kepala dengan pelan
"Jadi Kamu ada cara apa?" Tanya Nyony Zheng sembari menggunakan Kipas menutupi senyum nya
"Tukarkan rumah opium tersebut dengan 15% saham rumah pelacuran ku"
Sesaat Nyonya Zheng langsung terdiam, ia memikirkan keuntungan dari Penukaran ini.
"Nyonya pasti pernah mendengar nama Furong-Yuan (芙蓉园) kan? Itu adalah rumah pelacuran yang sudah terkenal semenjak awal berdirinya keletnanan" ucapku sembari melipat lenganku
"Bukannya awal itu merupakan properti milik keluarga Cabang Chen? Milik Chen-Jiao-Xiang?" Tanya Nyonya Zheng heran
Aku hanya mengangguk "memang betul, awalnya itu merupakan properti milik keluarga cabang Chen ke-2, tetapi properti tersebut kemudian diberikan kepada nenekku sebagai hadiah perkawinan, sekarang menjadi properti keluarga Zhong turun temurun selama 3 generasi"
Nyonya Zheng pun mengangguk ngangguk dengan pelan sebagai tanda mengerti. Mendadak ia menutup kipas tersebut dengan keras "20%! Sebagai ganti dari tambak udang di Binjai barat dan Rumah opium di Binjai utara!"
Aku langsung menyetujui pertukaran tersebut dengan syarat, Li Ping tidak berhak ikut campur dengan caraku dalam melakukan bisnis, setiap bulan aku akan menyuruh pelayan untuk membawakan penghasilan Furong-Yuan.
Setelah itu dibuatlah 2 surat perjanjian, 1 disimpan oleh Yubei dan yang satu lagi disimpan oleh Li-Ping, pada saat itu tidak ada yang menyangka bahwa rumah opium yang sedang diambang kehancuran itu akan berubah menjadi salah satu bisnis besar di Binjai utara, untuk tambak udang itu sendiri akan dijadikan markas rahasia.
Akhirnya kami pun lanjut memilih barang-barang lainnya hingga malam.
Kemudian Aku dan Yubei pun kembali ke kapal disambut oleh Xuande bersama para pengawalnya yang menangkap sekitar 5 orang pembunuh bayaran keluarga Li
"Hanya 5 orang?"
"Iya, kami mendapati mereka mengawasi kediaman Zheng ketika Shao-ye mengunjungi kediaman Zheng"
Aku langsung mengisyaratkan Xuande untuk mendekatkan telinganya, kemudian aku pun berbisik "berikan mereka obat bius, jangan biarkan mereka mati, nanti begitu kita kembali baru lakukan seperti biasanya, kebetulan aku belum menikmati cemilan selama beberapa bulan"
Xuande pun mengangguk dan menyuruh para bawahannya untuk membawa turun para pesuruh keluarga Li ke gudang penyimpanan
*Di kediaman Zheng*
"Warna Hijau tua" gumam Li Ting sembari menyantap cemilan disamping Li Ping yang sedang menuang teh
"Ada apa dengan warna Hijau?" Tanya Li Ping denga bingung sembari menyodorkan cangkir teh pada Li Ting
"Ta-jie tadi tidak nampak pelayan nya Zhong-shao-Ye tadi begitu melihat kain berwarna Hijau itu, ekspresinya langsung berubah pucat" ucap nya dengan ekspresi mencurigai
Li Ping hanya diam sembari menggelengkan kepala terheran-heran melihat kelakuan adiknya
"Ta-jie tidak merasa ada udang dibalik batu?" Tanya Li-Ting lagi sembari meraih cawan teh tersebut
"Entah, aku tidak peduli, mungkin saja dia memang ada trauma dengan warna hijau atau sejenisnya" ucap Li Ping sembari berjalan menuju tempat tidurnya
"Pertama kalinya aku melihat ada perempuan yang tidak peduli dengan masalah calon suaminya" omel Li Ting sembari meraih selimutnya
"Sudah lah, itu urusan orang lain, kita tidak usah ikut campur, besok masih banyak yang perlu kita persiapkan" ucap Li Ping sembari merapikan selimutnya
Li Ting hanya diam dan mengangguk, lagipula ia sudah tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan hal-hal tak penting ini, untuk nya sekarang lebih penting memastikan mahar-mahar yang akan dibawa kakaknya