-Ye: Tuan
Furen: Nyonya
Xiao-jie: Nona
Piau-ge: Abang sepupu pihak ibu
Piau-sau: istrinya Abang sepupu pihak ibu
Piau-di: adik sepupu pihak ibu
Shiong: Abang
Ben-Furen: Saya (sebutan untuk nyonya)
Jiu-fu: paman pihak ibu
Jiu-mu: istri paman pihak ibu
Jiefu: Abang ipar
Piau-Shugong: adik sepupu pihak ibu nya kakek
Piau-Shupo: istri adik sepupu pihak ibu nya kakek
Piau-shufu: anaknya adik sepupu pihak ibu nya kakek
Piau-Shumu: menantu nya adik sepupu pihak ibu nya kakek
Siang itu sekitar pukul 12, kapal pun akhirnya berlabuh di pelabuhan belawan. Aku dan Li Ping bersandar di dek kapal sembari menunggu para pelayan untuk menurunkan peti-peti.
Mendadak Yubei berlari menaiki tangga kapal dan berbisik kepadaku
"-ye, Furen telah mengirim kereta kuda, ia menyuruh anda untuk begitu sampai segera membawa Zheng-Xiao-Jie ke kediaman Ma"
Aku langsung mengangguk dan menyuruhnya untuk turun terlebih dahulu
"Kenapa?" Tanya Li Ping sembari menatap laut yang berwarna biru gelap
"Istriku mengirim kereta kuda, dia menyuruh ku untuk begitu sampai langsung bawa Piau sau ke kediaman Ma" jawabku sembari mengusap daguku
"Kalau gitu kita tunggu apa lagi? Ayo turun" ucap Li-Ping berjalan menuju tangga kapal sembari menarik lengan bajuku.
Yang tak aku sangka adalah ketika turun tangga, Yun-Rou sudah berdiri tepat di depan kereta kuda sembari melipat kedua lengannya dan menatapku dengan tajam
Begitu turun aku langsung buru-buru menghampirinya dengan senyum canggung "aku pulang?" Ucapku dengan gugup dan panik
"-Ye sudah pulang ya? Ben-Furen kira -Ye sudah tidak ingat ada rumah ada istri" ucap Yun-Rou dengan nada sarkastik sembari membungkuk kecil dan senyum tipis
Aku pun buru-buru mengalihkan pembicaraan dengan memperkenalkannya pada Li-Ping "Xiao-jie, ini istriku, Chen-Yun-Rou. Yun-Rou, kamu tahu lah siapa ini, Zheng-Li-Ping, calon istri Kang-Shiong"
Yun-Rou pun perlahan-lahan membungkuk kecil sembari tetap tersenyum tipis "Xiao-Jie, an"
Li-Ping sendiri dengan gugupnya membalas salam Yun-Rou "Furen, an"
Sesaat Yun-Rou melihat Li-Ping dengan tatapan heran, kemudian ia melihatku dengan tatapan yang sama, tapi ia tidak berkata apa-apa dan malah memasang senyum simpul sembari mengajak Li-Ping untuk menaiki kereta
Setelah semua peti telah turun, kami pun langsung berangkat ke kediaman Ma
Begitu kami keluar dari pelabuhan menuju jalan utama, Li Ping bertanya padaku sembari melihat ke pemandangan luar, tidak ada senyuman atau reaksi apapun kecuali ekspresi datar sembari bertanya "sebenarnya siapa yang memilih ku sebagai istri dari penerus letnan?"
Sesaat aku dan Yun-Rou langsung kaku, dengan bingung aku pun bertanya "kenapa Piau-sau mendadak bertanya seperti itu?"
Dia hanya tersenyum sembari melihat pemandangan luar "bukankah masih ada banyak calon diluar sana? Putri-putri dari para pejabat? Putri saudagar? Kalau melihat lokasi dan jabatan keluarga, Kemungkinan aku terpilih itu sangat sangat kecil" ucap Li-Ping sembari tertawa
Sesaat aku dan Yun-Rou langsung bertatapan, Yun-Rou sendiri memberiku tatapan *aku tidak ikut campur ya, kamu yang cerita* kemudian ia pun lanjut melihat ke arah jendela disisinya. Belum sempat aku menjawab, Li-Ping sudah lanjut berbicara
"Aku tahu kamu akan menggunakan ku sebagai pion catur, tapi untuk apa? Apa alasannya?"
Aku terdiam sesaat dan kemudian menghela nafas
"Xiao-jie, Xiao-jie tahu tidak hubungan letnan wang dengan istrinya tidak baik?"
Sesaat Li Ping langsung terdiam, ia menggelengkan kepala "Piau-di dengan piau-Dimei hubungannya tidak baik?" Tanya Li-Ping dengan heran sembari menyentuh pipinya "ini pertama kalinya aku mendengar hal ini, coba kamu cerita" ucap Li-Ping sembari melipat kedua lengannya
Kemudian ia kembali melirik ke arah luar "lagipula sepertinya masih lama untuk kita sampai ke kediaman Ma"
Aku pun perlahan-lahan mulai bercerita
"Piau-sau pasti tahu kan Yun-Xue awalnya dijodohkan dengan mending Wang-Zhen-Jing (王真经), putra pertama mendiang letnan wang, Abang tertua dari letnan yang sekarang?"
Li-Ping hanya mengangguk "iya, aku ada dengar, rencana awalnya adalah Jing-Shiong dijodohkan dengan Yun-Xue. sedangkan letnan wang yang sekarang, Wang-Zhen-Cai (王真纔) dijodohkan dengan putri kedua keluarga Hong yang pengusaha Jam"
Perjodohan antara Yun-Xue dengan putra pertama mendiang letnan wang merupakan rencana mendiang kakekku yang merupakan letnan Chen kedua ini bisa dibilang merupakan satu satunya taktik kakek yang gagal seumur hidupnya.
Umur Yun-Xue dengan wang-Zhen-Jing yang berjarak 7 tahun membuat mereka tidak terlalu dekat sehingga masing-masing mencari kekasih hati sendiri, dan dalam kasus ini adalah Yun-Xue dengan teman seperguruannya.
"Disisi lain sendiri Letnan Wang-Zhen-Cai dengan tunangannya yang juga teman seperguruanku menjalin hubungan yang lumayan dekat, meskipun Letnan Wang ini selama masih bertunangan selalu memiliki hubungan dengan banyak perempuan lainnya."
Ketika Yun-Xue lulus dari perguruan di usia 12 tahun, dia tidak segera kembali ke Binjai utara, tetapi malah menetap di Medan dan malah menjadi asisten pengajar di kelompok melukis nya perguruan, pada saat itu kebetulan sekali letnan Wang-Zhen-Cai turut bergabung kelompok itu, dan itulah pertama kalinya mereka betul-betul saling mengenal.
Keadaan damai itu hanya berlangsung 4 tahun, Mereka pasti tidak ada yang menyangka musibah apa yang akan melanda mereka.
"Piau-sau pasti ingat, pertengahan tahun 1764, wabah tifus menyerang Binjai barat, banyak penduduk yang meninggal, bahkan Keluarga Letnan Wang dan para pejabat yang tinggal di Binjai barat pun tidak luput"
"Iya, aku ingat, Jiu-fu dan Jiu-mu beserta 3 Piau-ge ku semua meninggal. Aku dengar dari Muqin, sisa para keluarga pejabat yang selama dari wabah itu hanya beberapa ditambah dengan para putra-putri yang dikirim ke perguruan di Medan" ucap Li-Ping dengan ekspresi berusaha mengingat-ngingat
"Itulah yang menjadi titik balik dari semua masalah ini" ucapku sembari tersenyum licik
Dalam waktu setengah tahun, keluarga Wang kehilang anggota keluarga mereka satu persatu, dimulai dari; putra penerus kebanggaan letnan wang yang juga Tunangan Yun-Xue, Wang-Zhen-Jing meninggal diusia 23 tahun
"Aku dengar dari Muqin padahal tahun itu sudah siapkan semua barang-barangnya kan? Tinggal tunggu tanggal saja di akhir tahun, miris sekali" ucap Li-Ping sembari berdecak lidah
Aku pun mengangguk setuju dengan perkataan Li-Ping "Iya, miris sekali, pada saat itu justru karena barang-barangnya sudah siap semua, tidak mungkin bisa batalkan lagi, jadi perjodohan Yun-Xue pun dilanjutkan dengan putra kedua letnan Wang"
Kemudian secara suksesi, keempat putra letnan wang pun semua dijodohkan dengan Yun-Xue semua tidak memutus hubungan silahturahmi dengan keluarga Chen. Sepeninggalan putra pertama, perjodohan dilanjutkan oleh Putra kedua yaitu Wang-Zhen-Hong (王真纮) yang pada saat itu berusia 20 tahun, Tetapi 3 bulan kemudian ia menyusul abang pertama nya dengan alasan yang sama, yaitu Tifus.
Putra ketiga, Wang-Zhen-Chun (王真纯) yang sedari awal memang sudah sakit-sakitan tidak bertahan melalui sebulan perjodohan pun akhirnya meninggal di usia 17 tahun.
Akhirnya kursi letnan beserta perjodohan dengan keluarga Chen akhirnya tidak sidangkan akan jatuh ke tangan Putra keempat, Wang-Zhen-Cai
"Pada dasarnya badan Chun-Shiong dari awal memang tidak kuat, dia mana bisa bertahan melalui wabah ini" ucap Li-Ping dengan ekspresi sedih dan iba "Jiu-mu melihat putra nya meninggal satu persatu akhirnya meninggal seminggu setelah San-Piau-ge, sebulan kemudian Jiu-fu juga menyusul, tepat beberapa hari sebelum ulang tahun ke-13 nya Piau-di, entah dosa apa yang mereka lakukan di kehidupan sebelumnya hingga kali ini harus mati mengenaskan seperti itu" ucap Li-Ping yang bergidik ngeri
Pada saat itu semua orang mengira bahwa Yun-Xue yang mengutuk 3 putra keluarga wang mati, dengan membawa masih buruk bagi mereka, keluarga Wang pasti akan memutus hubungan perjodohan.
Apalagi Yun-Xue pun mengharapkan hal yang sama, ia ingin menikahi putra pertama pejabat Lin yang merupakan teman seperguruannya itu, Lin-Zheng-Rui (林正瑞)
"Tetapi siapa sangka Muqin ku akan membuat perjanjian dengan Zhong-Lao-Furen yang akhirnya menghancurkan rencana nya Yun-Xue" ucap Li-Ping sembari tersenyum miris melihat betapa anehnya roda takdir berputar
"Yah begitulah Piau-sau" ucapku sembari membuka kipasku "namanya takdir yang disulam dewa, kita sebagai manusia bisa apa selain berserah kepada mereka?"
Kemudian aku pun lanjut bercerita
Seperti yang diketahui, Dengan campur tangan ibuku, akhirnya jalur wang-Zhen-Cai naik ke posisi letnan pun semulus pantat bayi, dan tahap terakhir untuk menyemen kekuasaan keluarga Chen di Binjai barat adalah dengan menikahkan Yun-Xue padanya.
Mendadak Yun-Rou angkat bicara, ia melipat kedua tangannya dia atas pahanya sembari memegang sapu tangannya "Pada saat itu mungkin Yun-Xue sudah menerima takdirnya, selama persiapan pernikahan ia tidak melawan ataupun membuat keributan, tetapi tindakan Wang-Jiefu yang membuatnya menjadi seperti ini" ucap Yun-Rou dengan ekspresi tidak senang yang membuat Li-Ping bertanya-tanya
"Apa yang Zhen-Cai lakukan?" Tanyanya dengan heran
"Piau-sau tidak tahu?" Tanya Yun-Rou sembari tertawa licik
"Di malam pertama, ketika 8 Nyonya petinggi duduk di balik layar mengawasi, Jiefu tidak menyentuh Yun-Xue seujung jari pun" ucap Yun-Rou sembari menyeka keringat yang mengalir dipipinya dengan sapu tangannya "tetapi malah keesokan harinya ketika berkunjung ke kuil Liguo (豊国祠) untuk memberi tahu para leluhur mengenai pernikahan ini, wang-Jiefu menggunakan kesempatan ini untuk bertemu Mantan tunangannya, dan mereka bisa-bisanya..."
Yun-Rou yang sudah lelah pun hanya bisa menghela nafas panjang sembari menyentuh dahinya "kesalahan mereka tidak pantas diucapkan" gumamnya
"Mereka bisa-bisanya apa?" Tanya Li-Ping dengan polosnya hingga ia mendengar kata-kataku yang selanjutnya
"Mereka diam-diam di ruang samping kuil itu berselingkuh. Yun-Xue dan para nyonya itu menemukan mereka berdua di ruangan tersebut dalam keadaan tanpa sehelai benang pun di dalam pelukan masing-masing" ucapku sembari menghela nafas panjang
Rona wajah Li-Ping langsung berubah menjadi merah padam, ia pun meraih sapu tangannya dan menyeka keringat yang turun dari dahinya itu sembari bertanya "jadi akhirnya jadi selir?"
Aku hanya menggelengkan kepala "Tidak, Yun-Xue mati-matian menolak, harga dirinya yang tercoreng membuatnya menolak membiarkan Hong-Er-Xiao-Jie masuk ke kediaman wang"
Li-Ping pun ikut-ikutan menghela nafas "jadi Hong-Er-Xiao-Jie menjadi selingkuhan Zhen-Cai? Sungguh kasihan, padahal masih muda. Tapi Yun-Xue juga kasihan, baru awal pernikahan sudah dibuat oleh suaminya seperti ini" Ucap Li-Ping dengan iba
"Tapi terakhirnya Yun-Xue balas dendam juga, dan piau-sau tidak perlu mengasihani orang-orang seperti itu, Mereka ber-3 sifatnya itu 11 banding 12" ucapku sembari mengipas-ngipas diriku ditengah hawa panas ini
"Hah?" Tanya Li-Ping kebingungan
Sebagai pembalasan dendam, Yun-Xue pun akhirnya berselingkuh dengan Lin-Zheng-Rui secara terbuka, hal ini bukan hanya mencoreng nama keluarga Wang, tetapi juga keluarga Chen dan Keluarga Zhong. Mungkin inilah pembalasan dendam Yun-Xue pada keluarga Chen yang memaksanya menikah dan pada Wang-Zhen-Cai yang telah melukai harga dirinya
"Yun-Xue-Jie memang tidak tanggung-tanggung ya dalam pembalasan dendamnya" ucap Yun-Rou sembari memasang senyum licik dan melirik ke arah luar "Dia tidak akan membiarkan Letnan Wang mengambil selir, tetapi juga menolak melahirkan keturunan untuk keluarga Wang"
Saat itu aku tahu apa yang terbesit di pikiran Yun-Rou, Yun-Xue memang asli adalah pion catur terbaik untuk menghancurkan keluarga Wang, karena tanpa penerus maka tanah keletnanan Binjai barat akan dibagi antara keletnanan Binjai utara dan Belawan
Sesaat hanya ada keheningan didalam kereta tersebut, aku sendiri melirik ke arah Li-Ping yang terlihat sedang berpikir "jadi apa hubungan antara masalah ini dengan pernikahanku?"
"Piau-sau tahu tidak? Kalau sebenarnya Piau-sau itu dipilih oleh Jun-Kang diantara sekian banyaknya perempuan?" Tanya Yun-Rou sembari membuka kipasnya menutupi senyum liciknya "Letnan Wang disini hanya menyodorkan lukisan Piau-sau saja, tidak ada kepastian bahwa Piau-sau akan terpilih"
Li-Ping terlihat terkejut mendengar perkataan Yun-Rou, selama ini dia mengira bahwa pastinya letnan Wang yang memaksakan pernikahan ini.
"letnan wang berharap bahwa melalui Piau-sau, suatu hari ia akan dapat mengendalikan keluarga Chen"
"Kalau Jun-Kang? Dan kalian? Apa motif kalian?" Tanya Li-Ping yang perlahan-lahan menunjukkan tatapan tajam padaku dan Yun-Rou
Aku pun tertawa mendengar perkataan Li-Ping "kami hanya berharap bahwa istri jun-kang bukan dari kubu keluarga Li" ucapku sembari menepuk-nepuk pahaku
Tetapi mendadak Li-Ping meninggikan nada bicaranya "Yang aku lihat sepertinya motif Zhong-Taren dengan Zhen-Cai sama saja, kalian ingin mengendalikan keluarga Wang melalui Yun-Xue dan mengendalikan keluarga Chen melalui aku yang tidak ada pendukung!"
"Piau-sau tidak bisa bilang kami mengendalikan Piau-sau" ucapku sembari tersenyum licik "kita sama sama saling membutuhkan, Piau-sau butuh dukungan kami, dan kami butuh dukungan Piau-sau, bukankah kita sama-sama saling mengendalikan"
Perlahan-lahan ekspresi serius Li-Ping pun dihiasi dengan senyuman licik "Kalau begitu apa motif nya Jun-Kamg?"
Yun-Rou menghela Nafas sembari tetap melirik ke arah jendela "Kalau semisalnya Yun-Xue dan Zhen-Cai tidak memiliki anak, jun-kang ingin menjadikan putranya dan Piau-sau sebagai letnan Wang selanjutnya, karena darah Keluarga Wang mengalir pada anak itu melalui Piau-sau sebagai satu-satunya kerabat dekat nya Letnan Wang"
Li-Ping langsung menampilkan ekspresi jijik "Ternyata aku dimata dia hanya sebatas rahim untuk melahirkan penerus keluarga Chen dan Wang"
"Ditambah lagi status Piau-sau sebagai cucu letnan wang membuat pernikahan ini terlihat sebagai usaha berdamai dengan keluarga Wang, sehingga Keluarga Li tidak bisa memprotes"
Aku langsung mengangguk "menggunakan Piau-sau, kita akan mendorong keluarga Li ke tebing curam dan memaksa mereka mengeluarkan kartu kartu mereka yaitu mendukung adik Jun Kang sebagai letnan selanjutnya dan melakukan upaya pembunuhan pada Jun Kang serta pembongkaran rencana mereka untuk menghabisi keluarga Chen"
Ekspresi Li Ping terlihat datar, ia tidak takut juga tidak terkejut, hanya bertanya "jadi intinya aku ini alat nya untuk mendapatkan kekuasaan dan wilayah?"
Mendadak kereta kuda berhenti tepat di hadapan kediaman Ma
Aku dan Yun-Rou sesaat pun terdiam melihat betapa tenangnya Li-Ping, kami pun saling bertatapan dan dengan canggungnya berkata "kira-kira seperti itu"
Melihat Li-Ping yang lagi-lagi tidak bereaksi, ia terlihat tengah mencerna semuanya, Aku pun turun dan membantu Yun-Rou untuk turun dari kereta sebelum membantu Li-Ping
aku pun berbisik pada Yun-Rou sembari menggenggam tangannya "Anak-anak mana?"
"aku titip ke Shumu"
Mendadak kepala pelayan keluarga Ma muncul dibelakang ku sembari berkata "Zhong-Taren, Zhong-Furen, An"
Kemudian ia melirik ke arah Li-Ping yang tengah melihat-lihat sekeliling dengan kagum "itu...?"
"Zheng-Xiao-Jie, calon istri Kang-Shiong" ucap Yun-Rou
"Zheng-Xiao-Jie, an" ucap kepala pelayan itu sembari membungkuk
Li-Ping yang tersadar bahwa ada seseorang tengah memanggilnya pun mengangguk dengan cepat dan lanjut melihat sekeliling
"Shugong dimana?" Tanyaku
Kepala pelayan itu sembari tetap membungkuk "Lao-Ye sedari tadi sudah menunggu Taren di ruangannya, Silahkan"
"Kalau begitu aku pergi temui Shugong sekarang" ucapku sembari berjalan memasuki kediaman mengikuti Kepala pelayan tersebut
"Piau-sau, kita berbicara sambil jalan" ucap Yun Rou sembari memberi isyarat pada para pelayan kemudian merangkul tangan Li Ping dan mulai berjalan
Awalnya Li Ping terlihat terkejut dan kaku, tetapi perlahan lahan ia mulai santai. Saat itu ia berpikir atas alasan apa ini ipar yang baru ia temui langsung bersikap akrab dengannya
"Jadi Piau-sau, Jia Wen sudah jelaskan situasi nya sampai habis, kira-kira Piau-sau masih ada yang kurang dimengerti?" Tanya Yun-Rou sembari tetap mempertahankan senyum tipisnya, ia seolah-olah tahu apa yang dipertanyakan oleh Li-Ping
"Bagian masalah hubungan Zhen-Cai dengan istrinya itu, aku sedikit heran, mereka kenapa saling benci langsung dari awal?" Tanya Li-Ping dengan ekspresi kebingungan
"Piau-sau pasti tahu dari cerita Jia-Wen kalau mereka dekatnya ketika di kelompok melukis. Kalau dengar dari Jia-Wen, seiring berjalannya waktu, Wang-Jiefu sempat berpindah hati kepada Yun-Xue"
"Berpindah hati?" Tanya Li-Ping dengan terkejut, kemudian ia menepuk dahinya dan menghela nafas "si hidung belang itu memang bikin masalah!"
"Hal itu bersamaan dengan memburuknya hubungan Letnan Wang dengan Hong-Xiao-Jie yang dikarenakan Hong-Xiao-Jie juga berpindah hati" ucap Yun-Rou sembari tersenyum simpul dan menggelengkan kepalanya, pusing melihat kelakuan mereka.
"Pantaslah suamimu bilang kalau mereka ber-3 itu sejenis" ucap Li-Ping dengan perasaan jijik, bagaimana bisa ia datang ke tanah terkutuk ini dan mengorbankan dirinya atas pernikahan politik demi sebuah keluarga yang sudah busuk dari dalamnya.
"Piau-sau jijik pada mereka?" Tanya Li-Ping sembari tetap tersenyum simpul
Li-Ping balik bertanya dengan nada yang keras "bagaimana bisa tidak jijik? Aku datang ke sini, melaksanakan pernikahan politik semua keluarga sampah itu, rasanya seperti mau muntah" ucap Li-Ping dengan ekspresi jijik
Kemudian Yun-Rou pun tertawa melihat ekspresi jijiknya Li-Ping sembari berkata "Selain Piau-sau, Jia-Wen juga jijik hingga ke akar-akar tulangnya pada letnan wang, Yun-Xue dan Hong-Xiao-Jie"
"Dia dengan mereka ada apa sebenarnya hingga jijik ke tulang?" Tanya Li-Ping yang masih bercampur aduk antara jijik, kesal dan bingung
"Awalnya Jia-Wen dengan mereka ber-3 itu lumayan akrab, apalagi dengan letnan wang dan Hong-Xiao-Jie yang merupakan teman sekelasnya. Jadi pada saat kelulusan, masalah Hong-Xiao-Jie tengah menyukai seorang Abang seperguruan itu terbongkar di muka umum, dan pada saat itu Letnan Wang mengkonfrontansi Hong-Xiao-Jie atas masalah ini" cerita Yun-Rou sembari meraih sapu tangan yang ia simpan di dalam lengan pakaiannya
"Tebal muka sekali ya Zhen-Cai" ucap Li-Ping dengan kesal
"Padahal masalah tersebar luas itu karena Hong-Xiao-Jie bercerita ke teman dekatnya yang lain dan masalah ini jadi bahan cerita mulut ke mulut. Tapi Hong-Xiao-Jie malah berbohong, ia bilang bahwa itu hanya rumor, dan karena takut teman-temannya di cari oleh letnan wang, dia menuduh Jia-Wen" cerita Yun-Rou sambil menghela nafas dan menyeka keringatnya
Li-Ping sendiri ternganga-nganga mendengar cerita Yun-Rou "ya lanjutkan"
"Jia-Wen sedari awal tidak punya terlalu banyak teman dan sikapnya yang terus terang membuat dirinya banyak musuh, jadi banyak orang percaya pada perkataan Hong-Xiao-Jie. Kemudian karena takut Jia-Wen akan membongkar masalah ini didepan umum, satu teman dekat Jia-Wen dan Hong-Xiao-Jie datang, ia bukannya membela Jia-Wen, malah membujuknya untuk menjadi kambing hitam masalah ini dan menuduh bahwa ia berusaha memfitnah Letnan wang"
Ketika Yun-Rou melirik ke arah Li-Ping, ia masih ternganga-nganga "Teman-teman kalian tidak berguna ya" ucap Li-Ping dengan nada jijik
"Ditambah lagi ketika masalah ini muncul, Yun-Xue malah pura-pura tidak tahu, padahal saat itu dia sedang dekat dengan letnan wang dan jelas-jelas bisa membantu meluruskan masalah ini"
"Jadi akhirnya gimana?" Tanya Li-Ping dengan penasaran
"Akhirnya Jia-Wen putus hubungan pertemanan dengan mereka Dan kembali ke blahrang (Pusat Binjai utara). Hong-Xiao-Jie kembali ke Binjai baratnya sedangkan Letnan wang dan Yun-Xue tetap menetap di Medan" ucap Yun-Rou sembari membantu Li-Ping melangkahi ambang pintu gerbang kediaman belakang
"Jadi apakah Piau-sau masih ada yang kurang dimengerti mengenai politik dibalik pernikahan ini?" Tanya Yun-Rou dengan ramah
"sepertinya tidak, secara garis besarnya sudah tahu semua" ucap Li-Ping sembari mengangguk kecil
Yun-Rou pun membalas mengangguk sembari menyentuh pipinya "Baik, Silsilah keluarga juga Piau-sau sudah pelajari, hal itu penting karena nanti di hari kedua acara pernikahan, Piau-sau akan dikenalkan pada para kerabat"
Li-Ping pada saat itu tidak mendengarkan perkataan Yun-Rou, ia melihat ke sana kemari, meratapi gaya bangunan di kediaman belakang itu sembari bertanya "Disini gaya bangunannya yang 1 lantai saja? Yang dibagi tiap beberapa kediaman dengan pagar?"
Yun Rou hanya mengangguk "kediaman Zheng pakai campuran gaya timur ke-barat-baratan dengan 2 lantai? Kalau disini rata-rata bangunan nya diambil lebih dari 50 tahun yang lalu dari gaya kediaman para leluhur di Tiongkok"
"Kalau kediaman Zheng tidak seluas ini, bentuknya persegi panjang, ada 2 tingkat, terus ditengah persegi panjang ada taman yang berisi kolam dan berbagai macam bunga, sehingga semua pintu dan jendela menghadap ke arah kolam"
Sesaat Yun Rou diam melihat Li Ping yang termenung mengingat rumah nya "rumah tidak harus luas, tidak harus mewah, yang penting hangat dan menjadi tempat berpulang"
Li Ping hanya tersenyum dan mereka pun kembali melanjutkan pembicaraan hingga di aula leluhur.
Disana Nyonya Letnan Ma dan Nyonya penerus Ma beserta anak-anak nya sudah menunggu di lesehan bambu diluar aula.
Yun Rou pun buru-buru mempercepat langkahnya sembari menarik Li Ping yang kebingungan
"Piau-Shupo, Piau-Shumu, an" ucap Yun Rou sedikit menekukkan kedua lututnya "Ini Zheng-Xiao-Jie, calon istrinya Jun Kang" ucap Yun Rou sembari memperkenalkan Li Ping pada kedua Nyonya tersebut
"Piau sau, ini Ma-Lao-Furen, Piau-Shupo nya kami. Yang ini, Ma-Furen, Piau-Shumu nya kami" bisik Yun Rou sembari memberi isyarat pada Li Ping untuk memberi salam
Setelah Li Ping memberi salam, Nyonya penerus Ma sembari menggendong bayi, ia langsung menjejerkan 3 anak di hadapan Li Ping.
Kemudian Yun Rou pun menyentuh pundak anak-anak ini satu persatu "ini Piau-sau kalian, Zheng-Li-Ping, istrinya Kang-Shiong" ucap Yun-Rou "jadi kenalkan diri kalian sendiri-sendiri"
Anak laki-laki yang paling tua maju duluan, ekspresi nya yang tenang dan lembut mengingatkan Li-Ping akan ekspresi yang mirip dari para bhiksu di kuil-kuil itu.
"Piau-di bernama Ma-An'ji (馬安集), cucu sulung letnan Ma, tahun ini berumur 11" ucap Anak tersebut sembari membungkuk kecil pada Li-Ping
Kemudian Yun-Rou pun menarik anak laki-laki yang lebih muda sembari berbisik "Yang sopan, lakukan apa yang Gumu ajarin kamu cara beri salam pada tamu"
Anak tersebut menatap Li-Ping dengan tajam dan memakai ekspresi cemberut. Mendadak Yun-Rou menepuk pipinya dan berbisik "senyum!"
Ia memaksakan senyum lebar tetapi tetap tidak berkata apa-apa. Membuat Li-Ping heran dan melihat Yun-Rou "ini...?"
"Ini Xi-Yi-Hong (奚義宏) dari keluarga saudagar Xi, tahun ini umurnya 4 tahun" ucap Yun-Rou sembari tersenyum tipis dan menepuk pundak anak itu untuk berhenti bergoyang "Zhufu nya Yi-Hong dengan Zhumu ku dan Shupo adalah kakak adik"
Li-Ping pun sembari mendengar perkataan Yun-Rou melirik ke arah Nyonya Ma yang melambaikan tangan padanya sembari mengunyah kuaci
"Fuqin Muqin nya meninggal muda, sekarang dia tinggal dengan aku dan Jia-Wen" ucap Yun-Rou sembari melepaskan genggamannya akan pundak Yi-Hong yang langsung meluncur berlari-lari bersama An'ji
Kemudian Yun-Rou pun menunjuk ke arah belakang Nyonya Muda Ma yang dimana terlihat seorang anak perempuan tengah bersembunyi di belakang "Itu Ma-An-Le (馬安樂) umurnya 5 tahun ini"
Sesaat Li-Ping melirik ke arah Nyonya muda Ma yang tengah menggendong bayi, Yun-Rou yang menyadari hal tersebut pun meraih bayi tersebut dan menggendongnya di hadapan Li-Ping, dengan gugupnya ia berkata "Ini Chen-Xiu-Ji (陳秀吉), Putra sulung Kang-Shiong dengan selir Ye"
Inilah pertemuan pertama diantara Pasangan ibu dan anak ini, pada saat itu semua yang ada ditempat itu tidak akan bisa menyangka bahwa bertahun-tahun ke depan, mereka akan menjalin hubungan layaknya ibu dan anak kandung.