Chereads / Annaya & Takdirnya / Chapter 24 - Seperti Lukisan Yang Meneduhkan Hati

Chapter 24 - Seperti Lukisan Yang Meneduhkan Hati

'Ceklek'

Sebastian membuka pintu kamar Anna yang ternyata tidak di kunci oleh pemiliknya, Sebastian mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Anna yang ternyata sedang duduk melamun di kursi santai yang ada dibalkon.

"Apa kamu terlalu menyukai tempat ini Annaya?" tanya Sebastian tepat di telinga Anna yang sontak membuat Anna menoleh kearah sumber suara sehingga jarak mereka begitu dekat.

Bahkan Sebastian bisa merasakan nafas Anna yang memburu. Sebastian menatap wajah Anna secara dekat, semuanya begitu menggemaskan di mata Sebastian.

"Siapa yang mengizinkanmu masuk?" ucap Anna dengan pertanyaan sambil menjauhkan diri dari Sebastian dengan perasaan terkejut.

'Bagaimana aku tidak mendengar langkahnya masuk,' batinnya.

"Apa aku perlu izin untuk masuk kekamar istriku sendiri?" tanya Sebastian tenang dengan pandangan tidak lepas dari wajah Anna yang sangat cantik.

Sebastian tidak pernah menilai wanita yang ada di sekitarnya secara detail, karena baginya semua wanita itu sama saja, tapi saat melihat Anna ia merasa bahwa Anna memiliki kecantikan yang berbeda.

"Keluar," ucap Anna pelan dengan membalas tatapan Sebastian. Anna mengakui bahwa ketampanan pria yang ada di depannya ini sama besar dengan auranya yang begitu mengintimidasi.

"Jangan mencoba memerintahku Annaya," ucap Sebastian sambil berjalan kearah Anna, dan Anna yang mencoba tenang otomatis berjalan mundur hingga punggungnya terbentur dinding balkon, dan tubuhnya terkurung dalam kungkungan Sebastian yang menyangga kedua tangannya di pagar.

"Menyingkirlah. Sebenarnya apa yang kamu inginkan?" ucap Anna yang mencoba melepaskan diri, namun tatapan Sebastian membuat Anna tidak bisa berbuat apapun.

"Kamu yang membangkang, tapi kamu yang bertanya apa mau ku Annaya?" tanya Sebastian dengan suara rendah sambil menikmati aroma tubuh Anna.

Rambut Anna yang bergerak bebas karena tiupan angin menyentuh pipi halus tanpa jambang milik Sebastian. Rasa yang begitu menngelikan membuat Sebastian menahan keras dirinya sendiri untuk tidak menerkam Anna saat ini juga secara membabi buta.

Karena tubuh tinggi dan tegapnya, ia menundukkan kepala serta sedikit membungkukkan tubuhnya untuk bisa melihat wajah Anna secara dekat, wajah yang terlihat seperti lukisan yang begitu meneduhkan hati.

Sebastian melihat kegugupan Anna yang berusaha wanita itu tutupi, tapi Anna bukanlah lawan Sebastian yang sudah mahir dalam bermain ekspresi.

"Aku fikir kamu adalah wanita yang pintar," ucapnya sambil membelai wajah Anna dengan tatapan yang begitu dalam.

Mata indah yang memiliki bulu mata panjang dan lentik milik Anna menatapnya penuh amarah, namun sekali lagi Sebastian tidak terpengaruh akan hal itu, "ingat akan statusmu Annaya, dan juga jangan menentang apa yang aku ucapkan," lanjutnya lagi sambil menyelipkan rambut hitam indah milik Anna di balik telinga.

"Apa melecehkanku adalah hal yang menarik bagimu tuan?" desis Anna dengan wajah yang sudah merah padam menahan emosi dan sakit hati.

'Deg'

Jantung Sebastian tiba-tiba berdenyut nyeri ketika mendengar ucapan Anna, di tambah wajah Anna yang kembali memancarkan raut wajah terluka, dengan perlahan Sebastian menarik diri dari Anna tanpa menunjukkan ekspresi kesakitannya yang terasa semakin berdenyut.

"Apa di matamu aku hanya bajingan Annaya?" tanya Sebastian tenang.

"Ya kamu itu bajingan dan pembunuh" Desis Anna tajam.

Sebastian tidak menyangka jika istri mungilnya ini memiliki lidah yang tajam, tapi dari itu semua dia lebih tidak menyangka pada dirinya sendiri yang terpengaruh oleh ucapan Anna.

Dengan kekehan kecil yang terdengar begitu mengerikan di telinga Anna, Sebastian kembali melangkah dan dengan tangannya yang kekar ia menarik Anna dan melingkarkan tangannya di pinggang mungil Anna serta memaksa Anna untuk menatapnya.

"Aku akan memberi tahumu apa itu arti dari kata bajingan Annaya," ucapnya seperti bisikan iblis di telinga Anna yang sudah pasrah, hatinya seakan lebih mati dari sebelumnya.

Sadar akan kepasrahan Anna membuat Sebastian merasa terhina, dan ia benar-benar bertindak layaknya bajingan, ia memeluk dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Anna serta menghirup aroma tubuh Anna yang begitu memabukkan untuknya, tidak perduli jika Anna akan terluka.

"Kamu akan mendapatkannya setiap kali menentangku Annaya," ucapnya lagi sambil melerai pelukan Anna namun tidak melepas tatapannya.

"Seorang asisten pribadi akan datang untuk menemani dan mengawal kemanapun kamu pergi." Setelah mengatakan itu, sebastian mencium kening Anna lama, kemudian ia pun pergi meninggalkan Anna yang diam membisu.

"Kamu, buang saja baju yang ada di koper itu." Sebastian melihat koper yang berada di atas sofa saat akan keluar dari kamar, koper itu masih terisi penuh oleh pakaian istrinya.

Lagipula ia telah menyediakan pakaian serta semua kebutuhan Anna dengan barang berkwalitas tinggi yang sudah tersusun rapi di dalam lemari yang berada di walk in closet kamar Anna.

****

Sepanjang perjalanan kerumah sakit Sebastian kembali mengingat apa yang ia lakukan pada Anna, ia tidak suka pada dirinya karena begitu mudah terpengaruh pada ucapan dan tatapan Anna padanya.

Ini bukan kali pertama dalam hidupnya ia mendapat tatapan dan ucapan yang tajam, tapi selama ini ia tidak pernah peduli. Seharusnya itu juga yang ia rasakan saat Anna melihat dan menatapnya seperti banyak orang.

'Bajingan? Bukankah kamu sudah kelewatan Annaya.' Monolognya dalam hati.

Smith yang melihat Sebastian dari kaca spion mobil tau bahwa saat ini Bosnya tidak fokus pada tablet yang ada di pangkuannya meski tatapan tidak lepas dari benda persegi panjang itu.

Smith tidak ingin bertanya atau melaporkan apapun saat ini, sebab ia tidak ingin menjadi lampiasan dari apa yang di rasakan Bosnya, 'nasib baik jika akan memberiku keuntungan tapi bagaimana jika sebaliknya.' Batinnya yang merasa ngeri sendiri, lebih baik mengemudi dalam diam, dengan begitu akan cepat sampai dirumah sakit fikirnya.

Mobil mewah hitam ROLLS ROYCE keluaran terbaru itu berhenti tepat di depan rumah sakit yang memiliki lambang 'ZCG' yang tercetak jelas dan kokoh.

Perhatian seluruh orang yang ada dilobi rumah sakit terfokus pada sosok yang turun dari dalam mobil, sosok yang begitu sempurna dengan jas hitam, menambah kegagahan si pemakai.

Semua pengunjung tidak bisa berhenti untuk menatap sosok itu, karena pesonanya yang menyedot perhatian semua orang. Gresah-gresuh dan bisikan terdengar mengiringi langkah lebar pemilik kaki panjang itu yang tidak memperdulikan sekitarnya.

"Ma, coba lihat kedua paman itu sangat tampan, tapi aku lebih menyukai paman yang itu," ucap seorang anak perempuan pada ibunya. Balita cantik yang memiliki pipi chubby dengan rambut keriting menunjuk kearah Sebastian dan Smith yang berjalan melewatinya, namun tatapannya semakin lucu kala melihat Sebastian.

"Iya, sekarang ayo kita pergi," ucap sang ibu sambil sedikit menyeret putrinya yang enggan berpaling dari Sebastian. Wanita itu mengerti bahwa kedua pria itu bukanlah orang sembarangan, memilih untuk tidak menatap lebih lama adalah pilihan terbaik fikirnya.

Aura Sebastian yang sangat kuat membuat para pengunjung tidak berani menatap secara terang-terangan, para staff dan suster yang bertugas dilobi rumah sakit mengenal jika pria tampan ini adalah pewaris tunggal ZCG, itu artinya pria itu pemilik rumah skit 'ZCG HOSPITAL'.

"Bas akhirnya kamu kembali," sapa seorang wanita yang cantik dengan nada yang begitu senang, di lihat dari penampilannya ia adalah seorang dokter, dengan tanpa tau malu ia memeluk Sebastian di depan semua orang.

Tanpa perasaan Sebastian mendorong wanita itu, dengan telapak tangannya yang besar ia sedikit membersihkan jas mahal miliknya sambil berlalu menuju lift khusus, seolah sentuhan wanita itu adalah kuman yang harus dibasmi.

Seluruh gerakan Sebastian tidak luput dari pandangan orang yang ada di sana, awalnya mereka yang merasa iri kini merasa ngeri karena melihat perlakuan Sebastian yang dengan mudahnya mempermalukan orang lain, apalagi profesinya juga sebagai dokter.

"Bas, k-kammuu--," ucap wanita itu terbata dengan wajah merah padam menahan malu karena semua mata kini tertuju padanya.

"Dokter Lexa. Saya fikir anda cukup pintar untuk menilai," ucap Smith tenang lalu melangkah meninggalkannya. Ia sebenarnya merasa iba pada wanita ini, tapi salahnya juga yang selalu tidak tau malu jika sudah bertemu Bosnya.

Mencoba tenang dan menarik nafas Lexa menetralkan diri, dan berdiri dengan anggun seolah tidak ada yang terjadi padanya, sambil menatap angkuh orang-orang yang menyaksikan dirinya di permalukan.

"Apa yang kalian lihat? Kembalilah pada urusan kalian masing-masing," ucapnya sambil menaikkan dagu. Ia berjalan dengan angkuh meninggalkan lobi dengan menaiki lift umum untuk kembali keruangannya, dengan seorang perawat yang setia mengikuti langkahnya seperti pelayan.