Hari begitu cepat berlalu seiring perputaran waktu, ada yang mendambakan hari esok karena hari ini tidak seberuntung yang di harapkannya, namun ada juga yang enggan untuk melewati hari ini karena hari ini begitu indah untuknya, sehingga ia tidak ingin waktu berlalu pergi.
Tapi berbeda dengan Anna yang enggan melewati hari ini, dan juga tidak mau menyambut hari esok, hidupnya seperti terombang ambing dalam hantaman ombak duka yang tidak bisa lenyap dari hatinya.
Anna yang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamarnya membuat Reina merasa jenuh, ia merasa tidak melaksanakan tugas dengan baik. Hingga hal yang bisa ia lakukan hanyalah berbincang dengan Ned atau Rosihie, bahkan ia sesekali membantu pekerjaan mereka berdua hanya untuk mengusir rasa bosan yang melandanya.
*****
Tok...Tok..Tok...
"Nyonya, ini saya Rei," ucap Rei setelah mengetuk pintu kamar nyonyanya.
Anna yang sedang duduk dibalkon dengan memandang jauh danau teratai langsung mengalihkan fokusnya saat mendengar suara ketukan pintu kamarnya.
"Nyonya, anda mendapat undangan makan malam dari tuan besar Az-Zachary, dan ini pemberian Bos," ucap Rei dari didepan pintu kamar yang telah di buka Anna setengah. Ia langsung memberikan satu bingkis goodybag.
"Undangan?" tanyanya menatap Rei datar.
"Iya, Smith menghubungi saya setengah jam yang lalu, dan bingkisan ini di antar oleh salah seorang bodyguard Bos," jawab Rei pelan. Jujur ia takut dengan tatapan datar nyonyanya ini.
Anna mengambil goodybag tersebut dan langsung menutup pintu tanpa menunggu ucapan Rei yang ingin menawarkan diri untuk membantunya bersiap. Reina hanya bisa mendesah lelah karena melihat sikap nyonyanya yang semakin hari semakin dingin.
****
Pukul enam sore Anna keluar dari kamarnya dan turun menuju lantai satu di mana Rei telah menunggunya. Ned, Roshie dan juga Rei mengakui kecantikan alami Anna selama seminggu ini tidak ada tandingannya, tapi malam ini Anna tampak lebih cantik dengan riasan natural dan juga rambut yang di bentuk sederhana.
Tubuh mungilnya yang di baluti dress putih bermotif bunga daisy cocok dengan jepit rambut kecil yang ia pakai menambah ke indahannya malam ini, leher putih mulus yang jenjang itu juga di hiasi kalung perak yang sesekali memancarkan kilau membuat Anna semakin tampak layaknya peri hutan yang mengagumkan.
"Mari nyonya," Ucap Rei kala tersadar dari keterpukauannya. Rei membukakan pintu mobil untuk Anna begitu mereka tiba di depan pintu mansion di mana mobil mewah berwarna putih telah terparkir menunggu Anna.
"Selamat menikmati malam anda nyonya," ucap Ned sambil membungkuk hormat di ikuti oleh Roshie. Mereka mengantar kepergian Anna dengan senyum menghiasi wajah mereka berdua.
"Dimana tuan muda menemukan permata seindah itu," ucap Roshie saat melihat mobil yang membawa Anna telah melaju pergi.
"Tuhan yang mengirimnya untuk tuan berhati batu kita Rosh," timpal Ned dengan senyum hangat di wajahnya.
"Aku fikir, aku tidak akan menampilkan wajah bodoh seperti Rei saat melihat kecantikan nyonya, tapi aku salah! Bahkan aku hampir berhenti bernafas," ucap Roshie lagi sambil melangkah masuk kedalam mansion bersama Ned.
"Siapa yang bisa menolak ciptaan tuhan yang indah seperti nyonya?" tanya Ned kepada Roshie.
"Ya, kamu benar tidak ada yang bisa menolaknya," jawab Roshie penuh senyuman. Ia setuju dengan apa yang di ucapkan oleh Ned. Ia lalu pergi menuju dapur utama untuk menyiapakan makan malam bagi para pekerja di Mansion itu dan juga untuk dirinya.
"Begitupun dengan tuan muda kita yang tidak akan mampu Rosh," gumamnya yang tidak dapat di dengar oleh Roshie. Setelah itu ia pun berlalu menuju kamarnya untuk membersihkan diri untuk bersiap makan malam.
***
Mobil yang di tumpangi Anna melaju dengan kecepatan sedang membelah kota Z di malam hari, ini adalah hari pertama Anna keluar mansion setelah seminggu berada di sana layaknya tahanan.
Bukan karena ada yang melarangnya keluar, tapi memang ia yang enggan untuk menikmati segala hal yang telah di tawarkan untuknya. Sama seperti saat ini Anna juga tidak menikmati perjalanannya.
Akhirnya mobil yang di tumpangi Anna memasuki gerbang mansion yang menjulang tinggi dengan lambang ZCG yang terpahat dengan kokoh di ujung pagar. Mobil berhenti tepat di depan pintu mansion di mana semua anggota keluarga telah menunggu kehadirannya penuh dengan suka cita, terutama Louisa yang sudah merindukan menantunya ini.
Ketika Anna keluar dari dalam mobil semua mata tertuju kagum pada ciptaan tuhan yang luar biasa indah ini. Dengan langkah anggun Anna mendekati seluruh orang yang telah menunggunya, lalu ia memberi salam hormat kepada mereka semua tanpa perduli dengan tatapan kagum yang mereka berikan untuknya.
Kesadaran mereka dari keterkejutan kembali setelah mendengar suara mobil yang berhenti di depan mereka. Tampak Smith yang keluar dari mobil dengan sigap berjalan memutari mobil guna membukakan pintu untuk Sebastian yang duduk di kursi penumpang.
Sebastian turun dari mobil dengan balutan jass berwarna abu gelap, tampak sangat tampan dengan rambut coklat tua yang tersisir rapi ke belakang.
Saat ia mendekat, alis hitam lebatnya itu sedikit berkerut melihat penampilan Anna. Bukan karena Anna tidak cantik atau kurang menarik. Di matanya Anna seperti remaja yang baru beranjak dewasa, lebih tepatnya seperti bunga yang masih ranum. Ia merasa takjub dengan wajah Anna yang tidak memiliki cela, semua tampak pas bahkan lebih indah dari apapun malam ini.
Yang membuat alisnya sedikit berkerut saat ini bukanlah kecantikan Anna yang begitu mempesona, melainkan apa yang di pakai Anna bukanlah apa yang ia berikan untuk Anna kenakan malam ini. Mata setajam elang miliknya langsung melirik Smith yang sudah lebih dulu menunduk karena merasa ada bahaya yang mengancamnya, meski ia sendiri tidak tau apa salahnya.
"Ayo masuk, kita harus makan malam sebelum makanan itu menjadi dingin, karena kita terpesona akan kecantikan cucu menantuku," ucap tuan besar yang di sambut tawa ringan oleh seluruh keluarga.
Dengan tangan besarnya yang sudah tampak keriput ia mengulurkan tangan untuk meraih tangan mungil Anna dan menggandengnya masuk.
"Jangan menatap kakek seperti itu Bas, kakek tidak mungkin merebut Anna darimu," goda Daren. Setelah itu ia melangkah masuk dengan menahan tawa akibat melihat wajah Sebastian yang menahan kesal, kala melihat kakek langsung menggandeng kakak iparnya yang ternyata memang sangat cantik.
Sebelum masuk Sebastian menatap tajam asisten pribadinya yang sedari tadi menunduk takut. Rei yang baru pertama kali bertemu dengan Bosnya pun langsung di buat gemetar oleh tatapan Sebastian yang mengarah kepada Smith yang notabennya adalah seniornya.
Bagi Rei ini sungguh menakutkan. Rei berusaha keras untuk tidak gemetar padahal kakinya sudah begitu lemas saat ini.
***
Ini bukan pertemuan pertama Anna dengan kakek dan kedua mertuanya, tapi ini yang pertama bagi anggota keluarga yang lain.
Hidangan yang tersaji dengan sempurna dan lezat tidak begitu menarik perhatian Anna, ia lebih tertarik akan objek yang sedang ia lihat saat ini hingga membuatnya belum menyuapkan sesendok pun makanan ke dalam mulutnya.
Pandangan Anna tertuju pada seorang balita tampan yang ada di hadapannya saat ini, balita itu duduk menggunakan kursi bayi di sebelah ibu mertuanya. Sedari tadi mata jernih milik balita itu mencuri pandang kearahnya dan juga pria yang duduk di sebelah Anna yang tidak lain adalah Sebastian.
"Kamu tidak suka makanannya?" tanya kakek saat ia melihat Anna hanya mengaduk makanan yang telah disajikan pelayan diatas piringnya.
Mendengar suara tuan besar yang menegur Anna membuat semua orang yang tadinya menikmati makan malam langsung menatap kearah Anna, kecuali Sebastian yang tetap makan malam dalam diam.
"Suka," jawab Anna pelan.
"Kalau begitu makan yang banyak, menu ini memang khusus di buat untukmu nak." Kali ini Mussa yang membalas ucapan Anna dengan suara lembut, dan tatapan hangatnya menatap Anna. Anna hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.
Di sela makannya Anna kembali mencuri pandang balita laki-laki yang sedang menatapnya dengan tatapan berbinar, sangat menggemaskan, tanpa sadar Anna memberikan senyum tulus indahnya yang selama ini telah menghilang, entah kenapa melihat anak ini membuat hati Anna seperti mendapat oase di tengah gurun pasir yang tandus.
Bayi laki-laki yang mendapat senyum Anna itu mengerjapkan matanya dengan lucu tapi semakin membuatnya tampan. Dengan pipi gembul putih yang memerah seperti tomat, ia membalas senyum Anna dengan senyum lebarnya yang menampakkan gigi susu putih yang tersusun rapi.
Hati Anna langsung bergetar begitu melihat senyum lebar balita itu.