Jam menunjukkan pukul sepuluh malam saat mobil yang di tumpangi Sebastian masuk kedalam gerbang mansion bergaya vintage itu.
"Selamat malam tuan muda," sapa Ned saat menyambut kedatangan Sebastian yang turun dari mobil. Seperti biasa Sebastian langsung berlalu keruang kerjanya tanpa menanggapi sapaan Ned.
Sebastian masuk keruang kerja sambil membuka jas dan melemparnya asal di atas sofa, Sebastian duduk menyandarkan tubuh di kursi kerjanya dengan mata terpejam untuk menghilangkan penat.
Tok...Tok...Tok...
Terdengar pintu yang di ketuk bersamaan dengan suara Ned yang meminta izin untuk masuk kedalam dengan nampan berisi cangkir dan teko di tangannya.
"Anda ingin makan malam tuan muda?" tanyanya ketika menyajikan teh hangat kedalam cangkir kayu berwarna maroon senada dengan tekonya.
"Tidak," jawabnya tanpa membuka mata.
"Nyonya juga tidak makan malam, bahkan nyonya tidak keluar dari kamarnya semenjak ia tiba," ucap Ned lagi dengan sopan.
Sebastian yang mendengar itu langsung membuka mata dan menatap dingin kepala pelayannya itu.
"Apa aku bertanya padamu?" tanya Sebastian dengan suara yang tidak kalah dingin dari tatapannya.
"Tidak," jawab Ned sopan tanpa rasa takut. Jika itu pelayan lain mungkin saat ini akan gemetar karena takut, tapi tidak untuk Ned atau Roshie yang ikut melihat tumbuh kembang Sebastian sedari kecil.
"Saya permisi tuan," ucap Ned setelah melaksanakan tugasnya.
Sebastian menutup kembali matanya mencoba untuk menenangkan lagi fikirian dan rasa lelahnya, namun hatinya terusik akan ucapan Ned, dengan membuka mata menahan kesal ia menyesap teh hangat hingga tandas lalu meninggalkan ruang kerja menuju kamarnya untuk mandi, ia ingin melepas segala lelahnya.
Ia merasa sangat kesal dengan dirinya sendiri karena hatinya terpengaruh akan ucapan Ned, saat melewati kamar Anna, ia berdiam sejenak di depan pintu dengan tatapan yang rumit, setelah berdiri hampir lima menit ia putuskan untuk melangkah menuju kamarnya. Saat ini yang ia butuhkan adalah mandi.
***
Dalam keheningan Anna duduk di balkon kamar yang masih sangat asing baginya. Setelah masuk untuk berbenah diri Anna sama sekali tidak keluar dari dalam kamar bahkan Anna melewati makan malam. Anna menulikan telinga saat pelayan yang bernama Roshie beberapa kali mengetuk pintu untuk mengatakan makan malam telah siap.
Fikiran Anna kembali mengingat apa yang terjadi kepadanya beberapa bulan terkahir, di mana ia harus kehilangan orang terkasihnya secara tiba-tiba, ketika mereka baru saja ingin memulai rencana kehamilannya setelah lima tahun mereka menunggu hari itu.
Bahkan Anna menyalahi dirinya sendiri sampai saat ini, belum lagi kekecewaannya terhadap keluarga yang sangat di cintainya mengambil keputusan yang membuat hidupnya hancur berkeping-keping.
Dan yang terakhir ia harus menikah dengan orang asing yang menjadi penyebab atas semua simpul yang sulit untuk di lerai dalam hatinya, dan di sinilah Akhirnya Anna berada, di tempat yang jauh dari semua orang yang pernah ada untuknya.
'Mampukah aku menjalaninya, mampukah aku menepati janjiku pada Fateh untuk bisa menjalani ini semua dengan baik? Ya Allah kuatkan lah aku.' Batinnya.
Tanpa sadar Anna meletakkan kepalanya di
atas meja bulat kecil yang terbuat dari kayu berwarna coklat tua sambil menatap bulan yang lebih nyaman bersembunyi di balik awan hitam dari pada menunjukkan diri dengan cahaya indahnya, tersirat rasa putus asa yang dalam dari dirinya. Lagi Anna meneteskan airmata kesakitan malam itu.
Sementara di kamar yang lain, hal yang tidak jauh berbeda juga di rasakan oleh Sebastian yang membiarkan tubuhnya di basahi oleh air dingin yang keluar dari shower, Sebastian meraba dada kirinya yang memiliki jahitan berbentuk bulan sabit, itu akan memiliki bekas seumur hidup meski akan tersamarkan seiringnya waktu.
Sebastian tau bekas ini akan selalu mengingatkannnya atas apa yang terjadi pada hari itu, hari yang mengubah seluruh cerita dalam hidupnya. Hal yang Sebastian anggap mudah kini ia mulai meragukannya.
****
Pagi ini dapur tampak sibuk dengan beberapa pelayan yang sibuk menyiapkan sarapan sesuai intruksi yang di berikan oleh Roshie, serta Ned yang juga sibuk mengintrupsi pelayan yang di tugaskan menyiapkan meja makan beserta alatnya, sebab hari ini untuk pertama kalinya mereka melayani tuan dan nyonya mansion ini, jadi mereka begitu suka cita menyambutnya dengan hidangan terbaik.
Anna yang tampak cantik dan segar dengan dress sederhananya membuat seisi dapur terkejut karena kehadirannya. Kecantikannya sungguh membuat banyak wanita merasa iri.
"Nyonya, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Roshie yang langsung mendekat kearah nyonya mudanya.
"Aku ingin meletakkan ini," ucapnya sambil menunjuk nampan yang berisi mangkuk dan gelas kosong bekas bubur dan teh kemarin.
"Ahh, berikan itu pada saya nyonya," ucap Roshie ramah sambil mengambil nampan tersebut dari tangan Anna dengan senyum hangat yang tak lepas dari bibirnya.
"Sebaiknya nyonya menunggu di meja makan sebentar lagi sarapan akan siap," ucap Roshie yang hanya di angguki kecil oleh Anna.
"Selamat pagi nyonya," sapa Ned begitu melihat Anna, dan dengan segera ia mempersilahkan Anna duduk dikursi yang telah ia siapkan.
"Terima kasih," jawab Anna pelan namun Ned masih dapat mendengarnya.
"Sudah tugas saya," ucap Ned sopan.
Anna dapat mendengar suara langkah kaki lebar yang berasal dari pria itu yang berjalan dengan gagah dan pasti menuju meja makan untuk sarapan, Anna menyadari Sebastian semakin mendekat dan langsung duduk di kursi utama yang menandakan ialah pemilik tempat ini.
Begitupun Sebastian yang bisa melihat bahkan merasakan aroma kopi yang berasal dari tubuh wanita yang duduk di sebelahnya ini, dan entah kenapa aroma itu membuat Sebastian selalu ingin dekat dengan wanita ini.
'Menyebalkan.' Batinnya kesal.
Bubur ayam dan beberapa jenis sayur rebus juga ikan steam menjadi menu lezat sarapan pagi ini, terlalu banyak untuk di makan oleh dua orang saja fikir Anna.
Anna dapat melihat bagaimana para pelayan dengan sigap melayani ia dan pria itu yang terlihat tidak terganggu sama sekali, berbeda dengan dirinya yang tidak nyaman, sebab ia tidak pernah di layani seperti ini meski kedua keluarganya adalah orang terpandang juga.
"Nyonya, ada menu lain yang anda inginkan?" tanya seorang pelayan wanita yang masih terlihat muda berdiri di sisinya sejak tadi. Ia melihat nyonyanya hanya mengaduk bubur tanpa memakannya.
"Tidak," jawab Anna singkat, lalu dengan perlahan ia menyuapi bubur ayam yang sebenarnya sangat lezat itu tapi Anna sama sekali tidak menikmatinya.
Sebastian yang sedari tadi sarapan dengan anggun diam-diam ia memperhatikan gerak gerik istrinya, ia melihat Anna yang selalu tampil cantik dengan dress dan make up sederhana yang membuatnya terlihat seperti gadis remaja daripada wanita dewasa.
Ia tau Anna tidak begitu nyaman akan perhatian para pelayan di sekitarnya, oleh sebab itu ia memberikan Ned tatapan yang dapat dimengerti oleh Ned, dan dengan segera Ned memerintahkan pelayan yang melayani Anna untuk kembali ke dapur.
"Temui aku diruang kerja," ucap Sebastian entah pada siapa, setelah mengelap bibirnya dengan serbet tangan yang di berikan Ned, Sebastian bangkit dan berlalu keruang kerjanya, sementara Anna tetap memakan sarapannya dengan diam tanpa perduli ucapan Sebastian.
***
Anna benar-benar tidak menghiraukan kalimat yang di ucapkan Sebastian, setelah sarapan ia berniat kembali kekamar sebelum langkahnya di hentikan oleh Smith.
"Nyonya, Bos menunggu anda," ucap Smith sopan namun menekan setiap kata yang di ucapkannya.
'Bagaimana nyonyanya ini bisa mengabaikan Bos.' Batinnya penuh tanya.
Anna mengerutkan dahinya sejenak sebelum ia mengembalikan lagi wajah datarnya, dan kembali melangkah menaiki anak tangga tanpa menjawab ucapan Smith, baginya ia tidak perlu mematuhi apapun yang diucapkan pria itu meskipun ia adalah suaminya saat ini.
"Bukankah nyonya lawan bos kita yang sangat menarik Smith," ucap Roshie mendekati Smith yang cengok karena melihat Anna yang tidak melangkahkan kakinya keruang kerja melainkan kekamarnya, sementara Roshie dan Ned tersenyum penuh arti akan sikap Anna.
"Menarik katamu? Lalu aku yang akan menjadi cepat tua atau cepat gila karena menghadapi mereka Rosh," bisik Smith dengan nada frustasi.
"Ohhh,,, jangan sampai kamu gila nak. Aku tidak ingin punya putra yang cepat tua atau gila diusia muda," goda Roshie sambil menepuk pelan pipi halus yang berwarna kuning langsat milik Smith.
Smith mendengus kesal mendengar godaan Roshie pagi-pagi begini, dengan langkah lunglai ia kembali menuju ruang kerja Bosnya.
"Kamu tidak ingin sarapan dulu Smith?" tanya Roshie kali ini, tanpa nada menggoda.
"Do'akan saja aku masih bernyawa ketika keluar dari ruang kerja Bos, dengan begitu aku akan sarapan bubur terlezat buatanmu Rosh," jawab Smith pelan tanpa menoleh kearah Roshie dan Ned yang ia yakini sedang menertawakan kesialannya pagi ini.
'Lagi pula kenapa juga nyonya tidak menurut saja untuk memudahkan segalanya, dia tidak tau apa menghadapi Bos itu sama seperti menghadapi iblis,' gerutunya dalam hati sambil mendesah pelan ia melanjutkan langkahnya keruang kerja Sebastian.
"Jangan katakan padaku kamu gagal membawanya kemari," ucap Sebastian dengan santai sambil menatap layar tabletnya. Ia melihat Smith yang masuk keruang kerjanya tanpa Anna.
"Nyonya tidak mengatakan apapun Bos, nyonya langsung menuju kamarnya ketika saya selesai menyampaikan jika anda memanggilnya," jawab Smith tenang meski hatinya sudah berdegup kencang, ia yakin kali ini ia benar-benar mendapat hukuman.
Sebastian mengernyitkan dahi mendengar jawaban asistennya yang pasti tidak dapat di lihat oleh asistennya yang menundukkan kepala sedari tadi. Dalam diam Sebastian berfikir sejenak sementara Smith sudah merasa keringat jagungnya mulai keluar.
'Ya tuhan ruangan ini full AC namun kenapa begitu panas!' Jeritnya dalam hati.
"Tunggu aku tendang baru kamu keluar?" Sua Sebastian memecahkan keheningan yang membuat Smith langsung mendongakkan kepala dan melihat tatapan tajam yang menusuk tepat di jantungnya yang hampir berhenti berdetak.
"Saya permisi Bos," ucap Smith tanpa berpikir panjang, ia merasa lega paling tidak kali ini Bos melepaskannya dan ia bisa sarapan bubur terenak buatan Roshie yang begitu ia rindukan.
Masalah kenapa Bos bermurah hati pagi ini tidak ingin ia pikirkan. "Anggap saja aku sedang mujur." Monolognya sambil berjalan menuju minibar untuk sarapan bersama Ned dan juga Roshie.
Sementara Sebastian melangkahkan kakinya menuju kamar Anna sebelum ia pergi kerumah sakit.