Chereads / Annaya & Takdirnya / Chapter 11 - Anna dan Kenangannya 1

Chapter 11 - Anna dan Kenangannya 1

Di tengah malam yang sunyi disebuah kamar yang gelap terlihat seorang pria duduk dengan mata terpejam. Fikirannya melayang jauh pada kejadian beberapa jam yang lalu.

Kebencian terhadap dirinya sangat terlihat jelas di mata wanita itu. Kehancuran tampak jelas terlihat dari tubuh mungil yang terlihat sangat kurus. Keputusasaan dari wajahnya yang lesu dengan kantung mata yang tercetak jelas dimata sembabnya. Entah sudah berapa lama wanita itu tidak berisirahat dengan baik.

Ia berfikir bagaimana bisa seseorang menangisi kepergian orang lain dengan begitu hebatnya dan bagaimana bisa seseorang memberi jantungnya pada orang lain demi orang yang ia cintai, rasa seperti apa yang tumbuh di antara mereka.

Sebastian adalah sosok yang memiliki segalanya dalam hidup, baginya mendapatkan apapun yang ia inginkan semudah mengedipkan mata. Tapi untuk mendapatkan 'Cinta & Kebahagiaan' adalah sesuatu yang mustahil dan iapun tidak ingin mendapatkannya. Cukup baginya menjalani hari dengan mengikuti waktu yang berputar tanpa perlu melibatkan rasa yang tidak perlu.

Mata itu terbuka menampilkan bola mata sebiru lautan, ia melirik jam diatas meja dan terlihat saat ini pukul 05.30 pagi. Ia memijat pelan pangkal hidungnya dan meregangkan sedikit tubuhnya untuk melemaskan otot-otot yang cekang karena duduk dalam waktu yang lama.

Sebastian belum pernah merasa selelah ini dalam hal fisik atau pikiran bahkan ketika jantungnya tidak bekerja dengan baik. Sebastian butuh udara segar saat ini.

Ia bergegas mengambil kunci mobil yang tergeletak diatas nakas, setelah itu ia pergi membelah jalanan yang masih terlihat sunyi dengan udara yang segar.

******

Pagi ini Anna terlihat sibuk mengemasi barang-barangnya. Hari ini ia akan meninggalkan kamar yang penuh kenangan bersama Fateh diawal pernikahan mereka.

Tidak ada alasannya untuk tinggal lebih lama setelah apa yang diputuskan untuknya malam tadi. Selesai membenahi seluruh barang milikinya ia segera meninggalkan kamar itu dengan sejuta rasa yang tersimpan.

"Udah siap dek," tanya Alya ketika melihat Anna keluar dari kamarnya dan dengan segera menghampiri untuk membantu Anna membawa dua tas kecil miliknya.

"Ayo sarapan dulu." Tawar Maira dengan senyum hangatnya saat menghampiri keduanya. Sebenarnya ia berat Anna harus pergi tapi mau bagaimana lagi.

Tanpa menjawab Anna mengikuti mama mertua dan kakaknya menuju meja makan yang telah diisi oleh anggota keluarga yang lainnya. Mereka mulai sarapan dalam keheningan yang begitu terasa.

Tidak ada yang dapat menikmati makanan dengan baik di saat suasana hati begitu kelam. Semua tenggelam dalam fikiran dan rasa masing-masing.

Sepuluh menit mereka habiskan untuk menyelasikan sarapan, setelah itu mereka mengantar kepergian Anna untuk kembali kerumah orang tuanya. Berat bagi mereka melepaskan anggota keluarga yang mereka kasihi, tapi bagi mereka awal langkah yang berat ini akan membawa mereka semua kejalan yang lebih ringan kedepannya.

"Kalau begitu kami pamit, terima kasih bi sarapannya," ucap Alya pada Maira yang di angguki dengan senyum tulusnya.

Sebenarnya Alya masih sedikit canggung mengingat mama mertua Anna ini dulu tidaklah seramah sekarang. Tidak ingin berfikir lebih jauh Alya langsung pamit dengan yang lainnya begitupun dengan Anna.

Ketika ingin memasuki mobil Anna menghentikan langkahnya lalu menoleh untuk menatap rumah yang menjadi saksi hidup, bahwa ada seorang pria yang begitu mencintainya membawanya masuk kerumah ini sebagai seorang istri dan memberinya begitu banyak kebahagiaan dalam hidup.

Setelah merasa cukup untuk mengenangnya Anna masuk kedalam mobil. Melihat Anna sudah siap dengan cepat Alya melajukan mobil untuk pergi meninggalkan rumah itu. Alya cukup tau seberapa keras adiknya ini mencoba untuk tidak menangis.

"Anak itu sangat menderita, mama harap suatu saat ia bisa melepas belenggu di hatinya yah," ucap Maira di pelukan suaminya sambil menatap mobil Anna yang kian menjauh.

"Tentu ma, kita terima saja amarah dan rasa bencinya saat ini, waktu akan mengubah cara pandangnya," jawab Zakaria menenangkan sang istri. Lalu dengan marangkul istrinya ia membawa Maira masuk kedalam rumah.

"Jangankan Anna, aku saja tidak sanggup menjalaninya kak," ucap Fania yang sudah menangis.

"Kita akan menjalaninya bersama," jawab Fitra sambil tangan besarnya membawa Fania kedalam pelukannya dan mengelus sayang punggung Fania.

****

"Turunkan Anna di pemakaman saja," ucapnya datar tanpa melihat kearah Alya.

"Oh ok," jawab Alya cepat sambil tersenyum kearah Anna. Alya tidak akan menyerah mendekati adiknya ini meski ia selalu mendapat penolakan.

Anna turun dari mobil dan melangkah menuju pintu masuk pemakaman untuk mengambil bunga yang selalu tersedia untuknya. Tapi begitu sampai dikuburan Fateh, ia melihat bunga segar dengan jumlah yang begitu banyak telah tertabur diatas nisan.

'Siapa yang telah nyekar lebih pagi dariku.' Batinnya.

"Ada yang datang lebih awal dariku, apa temanmu yang baru sempat berkunjung?" Tanyanya pada nisan itu sambil menabur bunga yang ia bawa. Untuk sejenak Anna memejamkan mata dan memanjatkan segala do'a dan harapannya di dalam hati.

"Maafkan aku, aku tidak bisa dengan mudah menerima segala yang terjadi hingga mungkin membuatmu sulit disana sayang. Tapi hari ini aku putuskan untuk menjalani apa yang kamu amanahkan, hanya demi dirimu aku akan menjalani dan mencoba ikhlas, jadi jangan khawatirkan aku dan damailah," ujarnya yang di jawab oleh keheningan.

Anna kembali menatap lama nisan itu sambil terus merapalkan do'a. Tangan kecil itu sibuk membersihkan area makam yang sebenarnya sudah bersih bahkan dari rumput halus sekalipun. Tapi bagi Anna merawat makam ini adalah kewajiban dirinya.

*****

"Anna akan pulang sendiri," ucapnya ketika turun dari mobil begitu sampai di depan rumahnya.

"Bagaimana kalau kakak temani," tawar Alya. Anna menggeleng sebagai jawaban. Lalu ia terus melangkahkan kakinya tanpa menghiraukan teriakan kakaknya.

"Hubungi kakak kalau sudah selesai ya!" teriak Alya pada Anna dengan mengeluarkan sedikit kepalanya dari jendela. Setelah itu Alya kembali melajukan mobilnya dan memutuskan untuk menununggu Anna dicafe terdekat.

***

Begitu Anna memasuki pagar rumahnya hal pertama yang ia lihat adalah kebun mawar kecil yang ada dihalaman. Fateh menanam dan merawat mawar itu dengan sangat baik karena Anna sangat menyukai bunga mawar. Tapi sekarang bunga itu telah kering dan mati karena tidak terawat selama ini.

Anna melanjutkan langkahnya dan membuka pintu rumah. Rumah yang selalu bersih dan rapi tapi sekarang penuh debu dan sawang laba-laba yang menyambut kedatangan Anna.

Fateh sangat suka membersihkan rumah dan menatanya agar terlihat indah di pandang mata. Terbukti dari dua lemari hias disisi kanan dan kiri yang terisi oleh frame berbagai ukuruan menampilkan foto-foto mereka berdua disetiap moment yang mereka lewati bahkan foto-foto lucu yang di abadikan dan juga miniatur yang mereka beli jika sedang berkunjung kesuatu tempat tak luput dari pandangan Anna.

Anna membuka lemari dan mengambil salah satu foto yang menjadi favoritnya, foto itu menampilkan wajahnya yang penuh coretan spidol karena kalah bermain ular tangga, ekspresi lucu Fateh saat menggunakan costume tweety. Airmata Anna adalah airmata kenangan, fikirannya kembali kemasa itu....

"Fateh! Wajahku penuh dengan coretan, bagaimana ini?" Dengan panik Anna menggosok wajahnya berharap warna hitam spidol itu hilang.

"Terima saja, siapa suruh kamu kalah sayang," ucap Fateh santai sambil berjalan kearah dapur untuk mengambil minum.

Dengan wajah kesal Anna menoleh kearah Fateh, namun wajah kesal itu berubah senang kala melihat Fateh yang berpenampilan seperti tweety.

"Hahahahaha Fateh kamu terlihat sangat imut dengan costume itu," ucap Anna di sela tawanya yang pecah.

"Tentu saja aku imut untukmu sayang," jawab Fateh dengan meniru suara tweety dengan sedikit kesal. Tweety adalah tokoh kartun kesuskaan Anna.

"Kamu lucu sekali, suaminya siapa ini hahahaha," ledek Anna yang juga menirukan suara tweety sambil memeluk suaminya.

"Suami Annaya Nur Kamila Al-Ghifary pastinya," jawab Fateh yang membalas pelukan itu dengan sangat erat. Demi tuhan ia sangat mencintai wanita yang ada dipelukannya ini.

"Oh, tentu saja sayang," balas Anna senang.

Fateh mengambil camera polaroid dan mengabadikan moment mereka tanpa sepengetahuan Anna dengan ruang tv sebagai latar belakangnya. Ia membuat eksperesi lucu sedangkan Anna dengan wajah kagetnya.

"Kamu curang!" teriak Anna dengan wajah kesal tapi terlihat imut dengan bibir mungil yang ia majukan.

Fateh tertawa senang melihat hasil fotonya dan ia putuskan akan memajang foto ini, agar semua orang yang datang kerumah mereka dapat melihat seberapa bahagianya mereka menjalani hari sebagai pasangan suami-istri.

'Cup'

Secepat kilat Fateh mencuri ciuman di ujung bibir Anna. Ia tidak peduli Anna yang kesal karena baginya wajah kesal Anna adalah pemandangan yang terindah didunia untuknya. Fateh berlari menaiki tangga menuju ruang kerjanya untuk menyimpan foto agar Anna tidak merobeknya.

"FATEH!" Teriak Anna semakin kesal.

"I LOVE YOU TOO ANNA KU." Suara Fateh tak kalah keras menggema dari lantai atas, kalimatnya sama sekali tidak nyambung dengan kata yang Anna lontarkan, dan itu membuat Anna semakin kesal tapi hatinya sangat bahagia.