Mobil mewah hitam berhenti tepat didepan rumah kediaman keluarga Wijaya. Smith yang bertugas sebagai supir sekaligus pendamping pria langsung turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk bosnya.
Sebastian turun dari mobil dan tampak sangat gagah dengan jas hitam yang pas membalut tubuh berotot itu, tatapan yang tajam dan dingin menambah kesan arogant dalam dirinya, ia berjalan mantap untuk menghampiri keluarga mempelai wanita yang diikuti oleh keluarganya.
"Selamat pagi," sapanya sopan sedikit membungkuk, "perkenalkan mereka adalah kakek, ayah dan juga ibuku," lanjutnya lagi memperkenalkan ketiganya yang disambut hangat oleh keluarga besar Anna.
Mereka saling merangkul dan memeluk untuk saling mengenal dan mengakrabkan diri sebagai keluarga di karenakan saat lamaran mereka tidak dapat hadir karena kesehatan tuan Zachary tidak dalam kondisi baik pada saat itu.
"Dimana calon cucuku?" tanya tuan besar Az-Zachary kepada Wijaya yang ia tau sebagai ayah kandungnya Anna. Matanya sibuk mencari sosok wanita muda yang mengenakan gaun pengantin tapi ia tidak menemukannya.
"Anna akan menemui kalian begitu acara ijab qobul selesai tuan," jawab Wijaya sopan kepada tuan besar Az-Zachary yang ia nilai memiliki pribadi yang hangat.
"Oh, kalau begitu tunggu apalagi, ayo kita laksanakan segera agar aku bisa melihat dan membawa cucu mantuku langsung kekediamanku," kelakarnya yang di sambut tawa oleh yang lainnya.
"Ayah sabarlah, kenapa kamu yang begitu terburu-buru," timpal Musa sambil melirik Sebastian yang hanya diam tanpa berminat untuk terlibat dalam candaan yang tidak penting menurutnya.
"Kalau begitu mari kita segera melaksanakannya tanpa menunda waktu," ucap tuan Zakaria lembut. Ia mengerti jika Sebastian tidak nyaman pada candaan ini.
****
"Saya nikah dan kawinkan anak kandung saya Annaya Nur Kamila binti Adipati Wijaya untukmu Muhammad Ali Sebastian Az-Zachary bin Muhammad Musa Az-Zachary dengan mas kawin satu set berlian di bayar tunai," ucap Wijaya mantap dengan satu tarikan nafas menatap lekat mata pria yang sebentar lagi menjadi menantunya.
"Saya terima nikah dan kawinnya anak bapak Annaya Nur Kamila binti Adipati Wijaya untuk saya Muhammad Ali Sebastian Az-Zachary bin Muhammad Musa Az-Zachary dengan mas kawin satu set berlian tersebut di bayar tunai," ucapanya mantap dengan sekali tarikan nafas dan membalas tatapan Wijaya yang kini telah menjadi mertuanya.
"Sah," ucap saksi dan penghulu.
"Alhamdulillah," jawab semua orang yang hadir dan menyaksika prosesi ijab qobul itu. Para wanita menangis haru sedangkan para pria tersenyum lega dan mengucap syukur di dalam hati.
Zakaria memeluk erat Maira yang telah menangis bahagia bercampur sedih atas menantunya yang kini telah menjadi menantu orang lain. Begitupun Lusi yang menangis haru di pelukan Ammar karena sekali lagi ia harus rela melepas Anna untuk pria lain yang telah menjadi menantunya juga.
"Ammar jemput Anna." Perintah Wijaya pada anak sulungnya yang langsung diangguki Ammar, ia meninggalkan ibunya bersama Rani dan si kembar.
****
Anna tau semua telah selesai karena ia mendengar suara teriakan orang-orang yang ada di taman dari jendela kamarnya.
'Tidak apa Anna, kamu bisa menghadapinya' ucap dewi batinnya.
'Ceklek'
Ammar membuka pintu kamar Anna dan ia dapat lihat wajah panik Alya dan Fania, ia langsung mendekati Anna dan menggenggam tangan Anna, seketika Anna membuka matanya dan bertemu pandang dengan wajah kakaknya yang sangat tampan.
"Apa sekarang saatnya?" tanyanya datar.
Ammar mengangguk dan berkata, "apa kamu sudah siap?"
Ammar merasa khawatir karena melihat Anna yang tampak menyembunyikan ketakutannya. Tanpa menjawab Anna menarik nafas dan membuangnya pelan lalu ia bangkit dan berdiri serta sejenak menatap wajahnya di cermin dengan ekspresi datar.
Membuat Alya dan Fania cukup terkejut melihat ekspresi Anna yang begitu cepat berubah, padahal tadi Anna begitu terlihat cemas dan ketakutan tapi kenapa sekarang Anna terlihat begitu tenang dan siap. Fikir mereka.
"Ayo," ucapnya sambil menatap Ammar dengan tenang.
Ammar memberi tangan kanannya yang langsung di gandeng oleh tangan kiri Anna, sementara tangan kanan Anna memegang sebuket bunga. Mereka berjalan pelan menuruni anak tangga, Ammar begitu siaga menjaga adiknya agar tidak terjatuh.
Tatapan kagum mengiri langkah Anna menuju tempat dimana ayahnya dan pria itu telah menunggunya. Ammar dapat merasakan remasan kecil dari tangan mungil adiknya ini, ia dengan lembut mengelus punggung tangan Anna sambil berkata pelan, "kamu pasti bisa sayang."
Ammar menyerahkan tangan Anna kepada Sebastian yang telah resmi menjadi adik iparnya dengan sedikit menganggukan kepala yang di balas pula oleh sebastian.
'Dingin' itu lah yang pertama kali Sebastian rasakan ketika memegang tangan mungil yang berusaha untuk lepas dari genggamannya, namun bukan Sebastian namanya jika ia tidak bisa menahan tangan kecil milik 'Annaya' yang telah resmi menjadi istrinya sekarang.
Anna menatap Sebastian dengan menahan amarah karena Sebastian enggan melepaskan tangannya.
'AKU TIDAK SUDI DISENTUH OLEHMU!!!' jeritnya dalam hati. Sebastian menatap Anna dengan tenang seolah mengatakan 'aku tidak peduli' lalu dengan pelan ia menarik tangan Anna dan membawa Anna untuk duduk disisinya.
"Jangan membuang waktuku Annaya. Kamu dan aku harus cepat mengakhiri acara ini," bisiknya begitu pelan di telinga Anna hingga membuat bulu roma Anna sedikit meremang karena suara itu begitu dingin disertai hembusan nafas Sebastian.
Semua orang yang hadir tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan tapi setelah itu mereka melihat keduanya menandatangani buku nikah serta dokumen lainnya begitupun dengan wali dan saksi.
Anna menatap nanar buku nikah yang telah mengubah nama belakangnya dengan nama belakang milik Sebastian. Hatinya seperti di hantam oleh palu dengan kuat saat harus melepas cincin pernikahannya dengan Fateh.
"Lepas sendiri atau aku yang lepas?" tanya suara rendah yang terdengar dingin itu.
Anna mendongakkan kepala untuk melihat Sebastian dengan tatapan membunuhnya, tapi Anna mencoba menahan itu karena ini bukan waktu yang tepat untuk memaki pria ini. Fikirnya.
Dengan tangan gemetar Anna mencoba melepaskan cincin pernikahannya. Sebastian yang melihat itu dengan gerakan anggun mengambil cincin kawin miliknya dan dengan kecepatan tangannya ia telah melepaskn cincin kawin milik Fateh dan menggantikannya dengan cincinya yang telah tersemat dijari manis Anna.
Sebastian tidak habis fikir kenapa wanita ini tidak melepasnya sebelum menuju kemari. Untuk sejenak Anna terpaku menatap jari manisnya yang telah dilingkari oleh cincin lain, ia menyadari kini hidupnya berada di lingkaran takdir yang lain.
Anna tersadar saat melihat seluruh mata tertuju padanya saat ini, untuk melihatnya memakaikan cincin pernikahan ke jari manis Sebastian. Anna dengan cepat mengambil cincin dan memasangkannya tanpa menatap pria yang telah resmi menjadi suaminya.
Seluruh keluarga mengucap syukur karena acara berjalan dengan lancar dan mereka mengamini dengan tulus setiap do'a yang di panjatkan oleh penghulu untuk kesejahteraan pasangan pengantin baru ini.
Setelah do'a selesai, acara selanjutnya adalah meminta restu kepada kedua belah pihak keluarga. Baik Sebastian dan Anna mendapat begitu banyak wejangan, terkhusus Sebastian yang begitu banyak mendapat peringatan dari Ammar dan juga Fitra.
Tadinya Alya juga ingin memberi peringatan tapi begitu merasakan aura Sebastian yang terlalu mendominasi membuat nyalinya ciut, ia belum pernah bertemu pria dengan aura dan tatapan seperti ini, bahkan kak Fitra yang irit bicara dan terkesan dingin pun tampak tidak sebanding dengan Sebastian yang telah menjadi adik iparnya.
Ia juga menyetujui apa yang di katakan kedua kakak laki-lakinya, jika memang benar Sebastian berasal dari keluarga baik-baik, it terlihat jelas dari keramahan keluarga Sebastian terhadap keluarganya terutama sikap mereka yang begitu hangat pada Anna meski Anna hanya sedikit merespon mereka, dan selebihnya hanya diam bahkan tidak menikmati acara makan siang bersama.
Alya bersyukur karena Anna mendapat keluarga yang menyayanginya, terutama mama mertua yang terlihat begitu lembut dan penyayang, paling tidak Anna bersama keluraga yang tepat, meski ia sendiri tidak tau bagaimana perasaan Sebastian pada adiknya mengingat ini bukanlah pernikahan yang berdasarkan cinta.
'Fateh kakak harap pilihanmu tidaklah salah' batinnya.