"Cucu mantuku mana?" tanya tuan besar begitu melihat Sebastian memasuki ruangan namun tidak bersama Anna.
"Bisa di mulai tanpanya," jawab Sebastian acuh begitu duduk dan membiarkan pelayan melayaninya.
"Dimana nyonya mu?" tanya tuan besar pada Smith karena tidak mendapat jawaban dari Sebastian. Smith merasa bingung harus menjawab apa kepada mereka bertiga yang kini menunggu jawabannya.
"Nyonya--" Suara Smith terhenti saat earphonenya berbunyi, dengan membungkuk hormat Smith membalikkan badan dan sedikit menjauh untuk berbicara dengan lawan bicaranya.
Smith langsung memberi tau Sebastian tentang kabar yang baru ia terima.
"Bos," ucapnya pelan sambil membungkuk dan membisikkan sesuatu kepada Sebastian. Sejenak bola mata indah Sebastian sedikit membesar karena mendapat kabar yang di sampaikan asistennya, namun di detik berikutnya ia menormalkan kembali wajahnya lalu dengan tenang meninggalkan ruangan tersebut.
"Kalian bisa melanjutkan tanpa Aku," ucapnya tanpa menoleh dan langsung berlalu dari sana, sehingga membuat ketiga anggota keluarganya saling pandang karena bingung.
Dengan segera Musa menghubungi bodyguard yang di tugaskan Sebastian untuk mengawal mereka mencari tau apa yang terjadi.
"Anna pingsan di lobi," ucap Musa tenang begitu menutup panggilannya.
"Ya Tuhan, kalau begitu ayo Kita kesana tunggu apalagi," ucap Louisa dengan sangat khawatir menatap suaminya.
"Kita tunggu di depan kamarnya saja, jika kita kesana itu semakin menambah perhatian banyak orang Loui." Musa memberi pengertian kepada istrinya dengan tatapan teduh, membuat Louisa hanya bisa mengangguk lemah begitupun dengan tuan Zachary yang sependapat dengan putranya.
****
Anna kembali kehotel saat jam menunjukkan pukul setengah delapan malam, ia sengaja pulang disaat makan malam berlangsung agar dapat kembali kekamar tanpa bertemu pria itu dan dengan sengaja melewati makam malam bersama orang yang asing untuknya.
"Anna," gumam seseorang yang melihat seorang wanita yang ia kenali berjalan sedikit lemah masuk kelobi hotel dan menuju lift.
'Untuk apa dia disini.' Monolog pria itu dalam hati.
"Hai," sapanya saat jaraknya sudah dekat dengan Anna. Anna mendengar ada orang yang menyapanya langsung menoleh kesumber suara, dan ia bisa melihat pria ini yang tidak lain adalah Rezky teman almarhum suaminya yang beberapa waktu lalu mereka bertemu.
Anna tidak menunjukkan reaksi apapun, ia hanya menganggukkan kepala sedikit dan kembali berjalan, Anna merasa kepalanya begitu pusing.
"Anna apa kamu sakit?" tanya Rezky yang khawatir melihat kondisi Anna yang sepertinya sedang tidak sehat. Namun Anna mengacuhkannya.
'BUKK'
"ANNA!" Seru Rezky saat melihat Anna yang jatuh pingsan. Saat ia ingin menolong Anna, tindakannya di hentikan oleh seseorang, Rezky dapat melihat jika yang menahannya adalah seorang bodyguard, itu terlihat dari penampilannya.
"HEI APA YANG KAMU LAKUKAN, LEPASKAN AKU!" Hardiknya pada bodyguard tersebut dan itu mengundang seluruh perhatian pengunjung hotel di tambah banyaknya bodyguard yang melindungi tubuh Anna yang jatuh pingsan.
Rezky merasa heran dengan tindakan para bodyguard tersebut, tidak ingin memancing keributan ia pun mengeluarkan tanda pengenalnya.
"Ok, baiklah aku seorang polisi dan aku mengenal baik wanita ini," ucapnya sambil menunjukkan kartu pengenalnya pada salah satu bodyguard.
Bodyguard itu mengambil dan membacanya, lalu memberikan kartu itu kepada bodyguard yang terlihat seperti habis menghubungi seseorang.
"Maaf tuan, tapi kami hanya menjalani perintah," ucapnya sambil menyerahkan kembali tanda pengenal itu kepada Rezky, dan ia memberi kode kepada rekannya untuk menghalangi Rezky mendekati Anna.
"Perintah?" tanyanya mengulang kembali kata yang di ucapkan bodyguard tersebut sambil terus mencoba melepaskan diri dari bodyguard lain yang memegang kedua tangannya.
"Baik, aku tidak tau siapa yang memerintah kalian, tapi kalian harus menolong wanita itu, dia butuh pertolongan segera," ucapnya sambil mengangkat kedua tangannya keatas tanda ia tidak akan bertindak jauh. Saat ini menyelamatkan Anna adalah yang paling penting fikirnya.
Saat Rezky sedang bergelung dengan fikirannya sendiri tentang siapa orang di balik para bodyguard ini, yang begitu menjaga Anna namun tidak berani menyentuhnya.
Rezky bukan tidak ingin menggunakan statusnya sebagai polisi berpangkat tinggi untuk melawan mereka, hanya saja itu bukan jalan yang baik mengingat para bodyguard tersebut sepertinya berasal dari organisasi yang resmi dan berpengaruh.
Tatapan khawatir yang sedari tadi tidak lepas dari Anna teralih ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat kearahnya atau lebih tepat kearah Anna.
Rezky melihat sosok yang begitu penuh aura kekuatan, berjalan dengan mantap dan penuh keyakinan mendekati Anna. Dan dengan gerakan cepat ia membawa Anna ke dalam gendongannya, lalu pergi begitu saja.
"Hei kamu siapa? Apa kamu mengenal Anna?" tanya Rezky mencoba mendekati pria yang tidak ia kenal menggendong Anna tanpa ragu.
Tapi gerakannya terbatas karena para bodyguard ini menghalanginya. Sebastian tidak menghiraukan suara tersebut, dengan langkah besar ia menggendong Anna menuju kamar dengan gerakan tangan yang semakin erat memeluk tubuh mungil yang terasa hangat itu.
Semua pengunjung di buat kagum oleh ketampanan dan pembawaan Sebastian, seketika ia menjadi pembicaraan hangat di kalangan pengunjung terutama kaum hawa yang begitu memuja paras dan aksinya.
"Maaf atas ketidak nyamanan anda semua, sekarang anda bisa melanjutkan aktivitas kembali, sekali lagi maaf dan terima kasih," ucap seseorang sopan yang mereka tau sebagai direktur hotel. Dan seluruh pengunjung kembali kepada aktivitas masing-masing meski masih hangat membahas kejadian beberapa waktu lalu.
"Boleh saya bertanya," ucap Rezky saat mendekati direktur tersebut.
"Tentu saja tuan," jawab direktur tersebut ramah kepada Rezky yang ia tau sebagai polisi dengan pangkat tinggi. Menginap dihotel ini untuk menemani salah satu pejabat melakukan perjalanan dinas.
"Siapa pria tadi, dan apa hubungannya dengan wanita yang jatuh pingsan itu?" tanya Rezky dengan tatapan menuntut jawaban. Ia sungguh sangat penasaran.
"Maafkan saya tuan, itu adalah privasi tamu kami, yang bisa saya katakan hanya beliau tamu yang sangat penting dihotel ini," jawabnya sopan.
"Jika tidak ada yang ingin ditanyakan lagi saya permisi, dan nikmati waktu anda," ucapnya sambil membungkuk hormat.
"Iya, terima kasih," ucap Rezky sopan. Direktur itu pun pergi untuk kembli keruangannya setelah sedari sore tadi sibuk membantu para bodyguard tamunya mencari seseorang.
****
Sebastian berada di dalam lift menuju kamarnya dan ia merasa lift ini bergerak begitu lamban, ia memandangi wajah Anna yang begitu pucat tersirat sekilas rasa khawatir dimatanya.
Saat pintu lift terbuka dengan segera ia melangkahkan kakinya menuju kamar yang langsung dipandu oleh Smith.
"Ya tuhan, kenapa Anna?" tanya Louisa begitu memasuki kamar Sebastian dan mendekati ranjang untuk melihat kondisi menantunya.
Sebastian tidak menjawab namun gerakan tangannya yang terampil memeriksa kondisi Anna. Tuan Zachary dan Musa dapat melihat kekhawatiran di wajah Sebastian meski Sebastian berusaha menutupinya dengan wajah dan sikap datarnya. Mereka saling berpandangan dan menarik simpul senyum penuh makna.
Tok ... Tok ... Tok ....
Smith yang berada diruang tamu langsung bergegas membuka pintu dan melihat pelayan hotel yang datang mengantar semangkuk bubur dan teh hangat yang ia pesan untuk Anna. Smith membawanya kekamar bmBosnya dan meletakkannya diatas meja.
"Loui sayang jangan khawatir, Anna hanya kelelahan saja, sekarang lebih baik kita kembali kekamar dan istirahat, besok kita akan kembali pagi-pagi sekali," ucap Musa mendekati istrinya. Dengan pelan ia juga mengelus sayang kepala Anna.
"Bas jaga baik-baik cucu mantuku," ucap tuan Zachary tegas kepada Sebastian. Lalu ia pun pergi meninggalkan kamar bersama anak dan menantunya.
"Bos, jika butuh sesuatu saya ada di luar untuk berjaga," ucap Smith sopan.
Setelah kepergian mereka Sebastian menarik kursi dan duduk di sebelah ranjang serta menatap Anna untuk waktu yang lama.
Sebastian berfikir belum juga Anna menjadi istrinya 24 jam, tapi sudah dua kali dia menggendong wanita keras kepala ini.
Sebastian mengerti para bodyguardnya begitu takut menyentuh Anna bahkan jika itu untuk pertolongan pertama, itu karena bodyguardnya terlatih akan etika yang tinggi, sehingga mereka tidak akan bertindak tanpa perintah meski itu dalam keadaan darurat.
"Kamu fikir dengan caramu memberontak seperti ini, aku akan mengalah Annaya? Mari kita lihat siapa yang akan lebih dulu menyerah," ucapnya dalam keremangan malam sambil mengelus pipi putih halus milik Anna dengan tangan kekarnya.
Sebastian tau Anna tidak makan dan istirahat dengan baik beberapa bulan terakhir, itu yang membuat ia pingsan karena tubuhnya tidak mampu lagi bertahan.
'Eugh'
Sebastian mendengar suara lenguhan Anna, ia yang sedari tadi berdiri di jendela untuk menatap langit malam yang begitu gelap karena bulan enggan menyapa, fikirannya penuh tentang pemberontakkan Anna atas dirinya. Sebastian berbalik dan mendekat keranjang Anna dengan membawa semangkuk bubur.
"Fateh itukah kamu?" tanya Anna lemah saat merasa ada seseorang yang meyentuh dahinya.
Namun karena ia belum sadar sepenuhnya dan ditambah kamar yang remang membuat ia tidak mengenali pria yang sudah menjaganya selama ia pingsan.