Sebastian membuka pintu kamar mandi dan melihat sosok mungil yang terdiam mematung dengan posisi jongkok, terlihat seperti anak kecil yang ketauan mencuri permen.
Sebastian tidak memperdulikan sosok yang tidak lain adalah Anna yang baru 'sah' menjadi istrinya beberapa jam yang lalu, tanpa menghiraukan keberadaan Anna ia berjalan kearah lemari hanya dengan handuk yang melilit pinggangnya, tampak jelas tubuh kekar yang berotot itu tercetak sempurna.
Tanpa merasa malu Sebastian melepaskan lilitan handuk yang bertengger di pinggangnya lalu dengan tenang ia mengenakan pakaiannya.
"Mau sampai kapan kamu disitu," ucapnya setelah memakai pakaian. Ia berjalan menuju balkon dengan handuk kecil di tangannya untuk mengeringkan rambut coklat tua berkilau miliknya.
"Kenapa kamu ada disini?" jawab Anna dengan pertanyaan. Anna mencoba menahan emosinya.
"Ini kamarku," jawab Sebastian tenang.
Anna menutup kembali kopernya dan melangkah menuju pintu, dia ingin keluar dari tempat yang begitu menyesakkan ini. Harusnya ia sudah menduga jika mereka akan mengantarnya kekamar 'bajingan' ini.
'Entah sejak kapan aku bisa memaki dan mengumpat dengan baik seperti ini' batinnya.
"Buka pintunya," desis Anna pada Sebastian setelah berkali-kali ia mencoba membuka pintu kamar hotel tersebut namun gagal.
"Tidak," jawab Sebastian tenang. Anna memejamkan matanya sambil mencengkram kuat handle pintu kamar setelah mendengar jawaban Sebastian.
'Cukup sudah aku mencoba menahan emosi yang ingin kuledakkan sejak lama' batinnya.
"KAMU JANGAN HARAP AKU MAU SATU RUANGAN YANG SAMA DENGANMU, AKU TIDAK MAU MENGHIRUP UDARA YANG SAMA DENGANMU!" Teriak Anna yang sudah berbalik dan menatap tajam Sebastian dengan dada yang naik turun dan wajah memerah. Anna sudah kehabisan batas kesabarannya dengan Sebastian.
"Aku tidak peduli Annaya," jawab Sebastian tenang yang kini melangkah mendekati Anna tanpa memperdulikan amarah Anna.
"KAMU TIDAK TAU MALU!" Teriak Anna semakin menjadi-jadi. Anna memundurkan langkahnya ketika melihat pria itu mendekat hingga Anna tersudut di pintu kamar.
Sebastian berdiri di hadapan Anna dan mengikis jarak diantara mereka, ia mengulur tangannya pelan dengan memegang dagu Anna dan memaksa Anna yang memalingkan wajah untuk menatapanya, kedua manik itu saling menatap dalam dengan tatapan yang berbeda.
Manik hitam Anna yang indah menatap tajam manik biru tua milik Sebastian yang bisa membuat orang tenggelam akan keindahan warnanya, seolah sedang meyelam kedasar laut yang dingin tapi mematikan.
Anna ingin menunjukkan bahwa ia tidak terprovokasi atas tindakan yang Sebastian lakukan meski hatinya sangat takut atas tindakan yang dilakukan pria ini.
"Menyingkir dari ku dan jangan sentuh aku," desis Anna geram.
"Dengarkan ini baik-baik Annaya, sadari statusmu sekarang. Dan satu hal lagi, di manapun aku menghirup udara di situ kamu juga akan menghirupnya dan itu ... berlaku selamanya," ucap Sebastian dengan suara rendah tapi terdengar begitu menyeramkan ditelinga Anna.
Dan Anna juga merasakan hembusan nafas yang begitu hangat dengan remasan yang sedikit kencang didagunya yang menimbulkan rasa nyeri namun sekuat tenaga Anna menahannya.
Anna mencoba bertahan pada aura yang begitu mendominasi milik pria ini, ia tidak boleh kalah fikirnya. Tapi hal selanjutnya yang terjadi Anna merasakan ada benda kenyal yang menyentuh bibirnya dengan paksa dan menuntut untuk menerobos masuk kedalam bibirnya.
Anna yang tersadar dari keterkejutannya berusaha memberontak dengan memukul-mukul dada Sebastian dengan kedua tangan kecilnya, tapi tenaganya kalah jauh dari pria berotot yang dengan tidak tau malunya melingkarkan tangan kirinya di pinggul mungil milik Anna dengan tangan kanan menahan tengkuk Anna untuk memperdalam ciumanya serta menahan agar Anna tidak bisa memberontak.
Hati Anna sakit mendapat perlakuan seperti ini, Anna merasa di lecehkan oleh Sebastian.
'AKU BENCI PRIA INI SANGAT BENCI' jeritnya dalam hati hingga tanpa sadar Anna meneteskan airmata yang memilukan.
Sebastian yang tiba-tiba kehilangan kendali terhadap wanita di rengkuhannya saat ini merasakan ada cairan asin masuk keindra perasanya serta tubuh Anna yang bergetar hebat karena rasa takut akan sentuhannya.
Dengan cepat Sebastian menghentikan ciuman itu dan membuka matanya, ia menatap mata Anna yang menyiratkan jika wanita ini sangat terluka atas perbuatannya.
"Inilah tanda jika aku berhak atas dirimu hari ini dan selamanya," ucapnya pelan tanpa perasaan sambil mengelus bibir Anna lembut dengan ibu jarinya.
Sebastian melepaskan rengkuhannya dan seketika Anna luruh dan menangis sambil memeluk kedua kakinya serta menenggelamkan wajah di lipatan tangannya.
Seolah Sebastian tidak perduli apa yang terjadi pada Anna ia melangkah pergi menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya disana. Sebastian memejamkan mata dan berfikir kenapa ia bisa dengan mudahnya lepas kendali terhadap Anna, padahal ia adalah pria dengan pengendalian diri yang cukup kuat apalagi terhadap wanita.
***
Sebastian membuka matanya karena ia tidak mendengar lagi suara tangis wanita itu, yang ia dengar hanya sesekali isakan kecil, ia turun dari ranjang dan berjalan kearah pintu, disana ia melihat Anna yang sudah tertidur dengan posisi yang masih sama, terlihat jarinya mengenggam erat ujung dress miliknya tanda ia tidur dalam kondisi ketakutan dan merasa terancam.
Dengan gerakan yang hati-hati Sebastian mengangkat tubuh mungil istrinya itu untuk ia baringkan di ranjang. Anna sedikit menggeliat untuk mencari posisi nyaman saat di gendongan Sebastian, gerakan itu membuat Sebastian secara reflek menghentikan langkah dan nafasnya sejenak agar Anna tidak bangun.
Setelah merasa Anna kembali tenang, Sebastian melanjutkan langkahnya lagi, lalu ia membaringkan Anna dan menyelimutinya.
Sebastian duduk di tepi ranjang serta menatap wajah mungil yang memerah, sesekali mengerutkan alis dan terlihat juga air yang mengalir dari ujung matanya, terlihat bulu mata panjang lentik yang indah itu basah karena airmata. Bahkan dalam tidurnya pun wanita ini masih merasakan sakit yang mendalam.
"Kamu dan aku sudah menjadi KITA. Suka atau tidak, kita akan menjalani hidup bersama SELAMANYA, maka jadilah wanita yang penurut Annaya, dengan begitu semua akan lebih mudah untuk kita," ucapnya pelan dengan menekan kata kita dan selamanya sambil tangannya menyingkirkan anak rambut yang mengahalangi wajah cantik yang sedang tertidur ini.
Wajah Anna menghipnotis Sebastian selama beberapa menit, ia terus memandanginya seperti tidak ada rasa bosan, sebab wajah ini menimbulkan rasa yang menenangkan dalam dirinya yang selama ini telah hilang dalam hidupnya.
Sebastian mengeluarkan sesuatu dari laci dan meletakkan benda itu di nakas samping ranjang, lalu ia bangkit dan berjalan keluar kamar meninggalkan Anna yang masih tertidur.
****
"Apa perlu saya temani Bos," tanya Smith setelah menyerahkan kunci mobil yang di minta oleh bosnya.
"Suruh bodyguard untuk berjaga di depan kamar." Perintah Sebastian tanpa menghiraukan tawaran Smith, lalu dengan segera masuk kemobil dan melaju pergi.
Smith yang mendapat perintah langsung mengirim salah satu bodyguard untuk berjaga didepan kamar Anna dan dia pun kembali kekamarnya untuk istirahat.
****
"Aku telah menepati janjiku," ucap Sebastian pada nisan yang ada di hadapannya saat ini dengan suara dan tatapan yang dingin.
Setelah meninggalkan Anna sendiri, Sebastian memutuskan untuk menenangkan fikirannya dan ia melajukan mobil dengan kencang hingga berakhir dipemakaman ini.
Setelah berada hampir dua jam lamanya ia duduk dan menatap nisan itu, ia putuskan untuk pergi setelah selesai berdo'a.
***
Anna mengerjapkan mata dan menggeliatkan tubuhnya, lalu ia bangkit dan menyandarkan diri di kepala ranjang untuk mengembalikan kesadarannya.
Saat Anna membuka matanya, ia sadar jika ia ada di ranjang ukuran kingsize. Anna mengingat kembali kejadian yang terjadi padanya beberapa jam yang lalu dan itu membuat kepalanya divlanda sakit kepala yang hebat.
Anna memegangi kepalanya dan berusaha melupakan kejadian yang membuatnya kembali menangis histeris sambil menggosok kasar bibirnya. Anna benar-benar hancur.
Suara tangis itu ia redam dengan mengenggelamkan wajahnya di bantal, ia menangis sepuasnya hingga ia menyadari bahwa menangis tidak akan membantunya.
Anna berfikir sejenak, lalu ia mengangkat wajahnya yang terlihat sangat kacau itu dan menghapus airmatanya serta berusaha menghentikan tangisnya, Anna berniat turun dari ranjang sebelum matanya menangkap benda kecil yang ada diatas nakas, dan ia tau benda apa itu.
Dengan gerakan tenang Anna mengambil benda itu dan menyatukannya dengan kalung putih yang melingkar indah di leher jenjangnya, dengan begini cincin pernikahannya bersama Fateh akan lebih dekat dengan hatinya meski sudah tidak tersemat di jari manisnya lagi.
"Akan aku tunjukan padanya bahwa aku tidak pernah terpengaruh atas apa yang dia lakukan padaku," ucap Anna penuh tekad dan ketegasan pada dirinya sendiri. Terpancar kilatan amarah dan benci yang mendalam di matanya.
Anna turun dari ranjang dengan langkah kecilnya, ia memastikan pintu kamar hotel sudah terkunci serta yakin jika ia seorang diri di kamar itu.
Setelah itu Anna masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri terutama ia ingin membersihkan bibirnya dari jejak bibir pria bajingan itu. Ya! mulai sekarang Anna menyematkan kata bajingan untuk Sebastian.