Adelia melihat jam yang terpampang di dapur common roomnya. Waktu menunjukkan pukul 11.30 menuju siang yang sangat terik. Ia melihat sekilas ke dalam panci besar yang berisi kari ayam yang cukup untuk memberi makan 3 flat. Ia aduk-aduk terus sehingga wangi kari otentik India itu bergerak ke seluruh flat, bukan saja di area dapur dan ruang tamu. Adelia menyusun rapi 9 wadah container baru di samping kompor. Begitu kari mateng dan dingin, ia akan mengisi wadah-wadah itu dengan sama rata. Sisanya, akan menjadi santapan makan siang hari ini bersama kedua temannya.
Lisa dan Malik akan datang bersama dengan lauk-pauk hasil karya mereka sendiri. Malik biasanya akan memberi mereka masing-masing 3 kontainer soto betawi resep keluarganya, sementara Lisa biasanya akan memberikan mereka sambel goreng ati, kentang, paru atau apa saja yang bisa di sambel. Dengan begini, mereka akan memiliki stok lauk di freezer yang bermacam-macam. Kalau kepengen, tinggal masuk microwave dan masak nasi. Simpel kan? Beginilah kehidupan anak kost elit yang pengen makan enak, sehat tapi gak maru ribet dan mahal. Masakan Indonesia disini bagai emas.
"Tiiinggggg", bunyi microwave berdenting pertanda nasi sudah mateng. Adelia mengaduk-aduk es batu di teh yang baru saja dia buat. Peppermint dan lemon. Biasanya Adelia akan menghidangkan teh hangat yang menenangkan hati bagi para tamu-tamunya. Namun mengingat udara di luar begitu memanggang, sepertinya es teh manis adalah pilihan yang jauh lebih bijak. Adelia mengiris-iris tipis sebuah lemon dan mencemplungkannya di wadah es teh manisnya.
"Tinggg nonnnggggg", Adelia terlonjak, dan refleks menatap pintu kaca flatnya. Tampak wajah Malik yang dengan sengaja memonyong-monyongkan bibirnyaa dan membuat matanya kero, sehingga ia terlihat seperti anak alien yang menempel di pintu kaca itu. Sementara Lisa dengan sangat antusias melompat-lompat kegirangan. Sepertinya efek alkohol dan euphoria di kejar-kejar pekerja bangunan tadi malam, belon habis dari otak anak itu hehehe. Adelia mempersilahkan kedua teman gilanya itu masuk.
Malik dan Lisa menjejerkan "harta karun" yang mereka bawa dari rumah. Malik mengeluarkan 6 kontainer berisi soto betawi, sambel viral level 100 oleh-oleh dari Jakarta serta 2 bungkus bawang goreng. Lisa mengeluarkan sambel goreng hati dan paru, 3 kontainer untuk Adelia dan 3 kontainer untuk Malik. Ia juga menyiapkan sebungkus bumbu pecal Medan dan sebungkus ikan teri pedas untuk Malik. Ada sebungkus lagi yang berisi bumbu pecan dan ikan teri pedas, di kemas begitu rapi.
"Yang ini untuk bang Justin yaaaaa Lik", kata Lisa dengan senyum malu-malu.
"Weits gileee, gue aja gak ngasi apa-apa tu ama si abang. Padahal temen serumah. Pengertian banget lu Lis, hehehehe", ejek Malik sambil mencolak lengan Lisa yang memang tidak ditutupi apa-apa itu. Iya lah, Lisa berharap suatu hari nanti, abang Justin bisa jadi teman serumah dia juga hihihihhi.
"Lu padeeee mentang-mentang summer, pake baju kayak kekurangan bahan gini sih!", hardik Malik kepada Lisa dan Adelia. Kedua gadis itu saling berpandangan, namun sedetik kemudian mereka mengangkat bahu dan melengos tanda cuek bebek. Saat ini Lisa sedang memakai kaos putih tanpa lengan yang longgar, sehingga dari lubang keteknya, kelihatan bra berwarna putih yang sedang ia pakai. Semoga saja gadis itu rajin mencukur selama musim panas ini. Rok Jeans Lisa super pendek, tanpa legging atau stoking pastinya. Adelia memakai gaun santai bermotif tropis. Tanpa lengan dan sangat pendek.
"Jiwa lelakiku menggelora tau gaaakkk!", kata Malik lagi sambil memasukkan sebongkah nasi dan menyeruput kuah kari ke dalam mulutnya.
"Lo aja yang ganjen bin mesum Likkkkk Lik. Kita aja biasa aja tuh liat kamuuuu, gak ada rasa gimana-gimana gituuh", ledek Adelia sambil melihat penampilan Malik. Cowok itu hari ini memakan kaos polo berwarna biru muda dan celana diatas lutut berwarna putih. Rambut ikalnya mulai gondrong, dan ia sisir rapi ke belakang dengan memakai pomade. Wajah blasteran Arabnya terlihat jelas dengan aksesoris brewok-brewok tipis di pipi dan lehernya. Malik cukup tampan, tapi Lisa dan Adelia ogah meliriknya.
"Awas aja kalo si ucok kau itu masi berdiri dia tengok aku sama si Adel ini. Kita ini friend zone tauuuu kauuu. FRIEND ZONE. Soorr kau sama kami, ku tebas si ucok", kata Lisa sambil menunjuk area kemaluan Malik dengan garpu. Hiiiiii…. Malik seketika bergidik dan merapatkan pahanya. Seakan-akan itu bisa menyelamatkan barang kesayangannya dari wanita-wanita gila di meja makan itu. Adelia tertawa ngakak sampai hampir jatuh dari kursi.
"Eh ngomong-ngomong soal Friend Zone, Del, lu pernah ketemuan gak ama Justin selama libur musim panas ini?", tanya Malik yang sukses membuat Adelia gelagapan. Ia mencoba menutup groginya dengan meminum berteguk-teguk es teh itu. Ketika ia baru akan menjawab, Diva muncul menyelamatkannya…
"Seriously guys, your cooking smells amazing and went into my room. My tummy suddenly starves like crazy thinking about all the foods in the table. Heyy can I grab a bite? (Serius nih guys, wangi masakan kalian enak sekali dan masuk ke dalam kamarku. Perutku tiba-tiba merasa sangat kelaparan gila,memikirkan semua makanan yang ada di meja makan. Hey, boleh gak aku ambil segigit?)", Diva tiba-tiba muncul ke dapur dan menatap penuh harap ke makanan-makanan yang sudah terjadi di Meja makan. Salah sendiri, kamarnya yang terdekat dari dapur.
"Of course darling! Have a seat, I go get yousome rice", balas Lisa sambil mengambil sepiring nasi untuk Diva. Gadis India langsung menyendoki kari dengan kuah yang banyak, dan mengambil sedikit sambalado ati dan paru. Sejak mereka bersama 1 semester, Diva telah terbiasa dengan aneka masakan Indonesia yang sering disuguhkan Adelia dan Lisa. Ia bahkan menyukai soto Betawi buatan Malik. Tidak jarang juga Diva ikut membuat 1 lauk agar ikut makan bersama dengan trio itu seperti ini. Tapi Diva tidak paham betapa leganya Adelia saat ini karena ia bisa bersembunyi dari pertanyaan tentang Justin.
"Hey you gaez, you know, we have a new flatmates today! One hot guy, and one girl (Hey kalian, tau gak, kita sekarang punya teman-teman flatmate baru hari ini. Satu orang hot guy dan satu perempuan)", seru Diva sambil tetap mengunyah dengan congoknya.
"Did you say hot guy?", tanya Lisa.
"Is the girl Hot too?", tanya Malik tak mau kalah.
"Where the guy came from? Is he undergraduate or postgraduate", tanya Adelia dengan tampang mengerjab-ngerjab. Sudah lelah rasanya Adelia menjadi yang tertua di flat ini. Ia ingin setidaknya ada 1 cowok yang lebih tua agar…agar… agar kenapa ya? Pokoknya pengen aja.
"Well, He is here now, and He's from America, and yes his a postgraduate student majoring in Geology, and I'm not sure whether I'm hot or not, but sure is Perth is hot today (Jadi, dia disini sekarang, dan dia dari Amerika, dan ya, dia adalah mahasiswa pasca sarjana jurusan geologi, aku tidak yakin apakah aku hot atau tidak, tapi tentu saja Perth sangat panas hari ini)", tutur seorang cowok setinggi 185cm, berbadan kekar, berrambut coklat tua, bermata biru sangat muda dengan kulit kecoklatan. Ya, dia tampan dan panas… seketika dada Diva, Adelia dan Lisa menghangat menggelora. Ia sedang bertengger di salah satu dinding common room, dan sepertinya sudah mendengar semua celoteh mereka.
"Aa..aaa..aaa..We don't mean to talk about you in your back, we just… eeehhmmm… conforming the fact (A..A….AA…Bukan maksud kami untuk membicarakanmu di belakang, kami hanya saja… ehmm… mengkonfirmasi fakta-fakta)", tutur Adelia ramah. Cowok itu semakin tersenyum lebar menatap teman-temannya yang salah tingkah.
"Please sit down. Over hereee hereee hereee", kata Lisa sambil menyeret sebuah kursi untuk duduk di sampingnya. Padahalia dan Malik sudah duduk bersampingan. Menyeret 1 kursi lagi di sebelah Lisa benar-benar membuat mereka bertiga menjadi sempit. Padahal di sisi-sisi lain, masih ada tempat. Tapi sang cowok hanya tersenyum dan menuruti Lisa.
"Apaan sih lo Lis, kita tuh uda sempit berdua disiniiii", protes Malik, yang tentu saja dicuekin oleh Lisa. Cewek itu terlalu sibuk merapatkan kursi dan menarik lengan cowok bule itu untuk duduk di sebelahnya.
"I'm Gavin. And you are…?", tanyanya sambil melihat ke sekeliling sambil menundukkan wajahnya dengan ramah.
"I'm Diva, She's Adelia from room number 2, and these two are her friends. Malik and Lisa from Indonesia", kata Diva memperkenalkan mereka semua. Gavin langsung menyalami satu persatu sambil tersenyum. Memperlihatkan deretan gigi putih dan lesung pipi yang sangat menawan. Rahangnya sangat indah, begitu juga dengan hidungnya. Apakah ia blasteran latin? Hot abis!
"Please have a plate. Do you like rice and curry?", tanya Lisa. Gavin menatap makanan-makanan yang sangat asing di hadapannya. Sekitar 5 detik ia menatap, dan berusaha memutuskan untuk mencoba demi kesopanan, atau menolak karena ia masih asing. Ia tersenyum sambil menatap para anggota di meja makan.
"Don't worry, we understand that this is so new to you. You will experience a culture shock soon. Do you prefer cookies and beer? (Jangan kuatir, kami paham kalau semua ini baru untukmu. Kamu akan mengalami lebih banyak pengalaman shok kultur sebentar lagi. Apa kamu lebih suka biscuit dan bir?)", tanya Lisa. Gavin mengangguk ramah. Adelia mengambil setoples besar biscuit buatannya dan mengambil persediaan bir di kulkas. Ia selalu menyimpannya bila tiba-tiba Justin datang.
"Eh, tumben kau simpan bir. Bukannya kau ga suka Del?", tanya Lisa. Adelia tersenyum kikuk.
"Ini persediaan aja kalo ada temen yang mau kayak gini. Atau misalnya Hisyam mau. Pas banget kan?", tanya Adelia sambil mengerjap-ngerjap matanya dengan grogi.
Akhirnya mereka bertukar cerita. Ternyata Gavin disini bukan hanya sebagai mahasiswa S2 biasa. Ia dalam rangka penelitian bersama dengan tim fakultas geologi di Curtin. Kebetulan mereka memiliki kerja sama dengan pihak Arab Saudi dan beberapa perusahaan minyak dunia. Gavin telah ikut beberapa project yang berhubungan dengan explorasi minyak-minyak di beberapa Negara. Kedatangannya ke Perth salah satunya adalah menyempurnakan thesis dan ingin mempublikasikan beberapa tulisan dan karya ilmiah.
Diva, Lisa dan Adelia tidak henti-hentinya mengeluarkan air liur menatap ketampanan dan kecerdasan laki-laki di depannya. Fantasi akan lelaki kuat, macho, tampan, pintar dan akrab dengan lingkungan out-door, makin menggila di kepala mereka. Malik yang merasa tersisih, bolak balik mencoba megusap mata Lisa maupun Adelia, agar mata-mata itu tidak terjungkal keluar. Dasar cewek-cewek ganjen, pikirnya. Ga bisa liat cowok hot sebentar aja.
"No girlfriend?", tanya Lisa serius. Gavin terkejut di tanya tiba-tiba seperti itu. Itu kan pertanyaan yang sangat privasi. Di tanyakan hanya 30 menit setelah mereka berkenalan. Apa-apaan sih Lisa?
"Just asking hehehe", jawab Lisa seakan mencoba membuat Gavin lebih nyaman. As if, hal itu bisa membuat lebih nyaman.
"No girlfriend, just fiancée", jawab Gavin malu-malu. Oooh, ternyata sudah bertunangan. Sudah bisa dipastikan pacarnya yang juga hot, pasti kuatir menyerahkan sang pacar keliling dunia sendirian. Pastilah harus "diikat" duluan.
"How long are you going to be here?", tanya Lisa. Gavin berfikir sejenak.
"Supposely, only 2 semesters. But It depends on my research and the project with these oil companies from Arab (Seharusnya Cuma 2 semester. Tapi itu tergantung dengan penelitianku, dan project bersama perusahaan-perusahaan minyak dari Arab)", jawab Gavin sambil menghabiskan bir dan mencomot satu biscuit lagi dari toples.
"So who's the other flatmate?", tanya Malik kepada Diva.
"Oh yeah, you guys will love her! She is also from Indonesia. Malik, Lisa dan Adelia antusias mendengarnya. Yesss siapa tau mereka bisa tukaran lauk juga. Semoga cewek itu pinterrrr masak rendang, gumam Malik dalam hati.
"She moved her stuffs last night, when we were BUSY with Waterford", jawab Diva sambil mulai tertawa. Adelia dan Lisa yang sedang mengunyah lantas berhenti dan ikut tertawa. Mereka masi geli mengingat kisah lari dari para pekerja konstruksi tadi malam. Lisa sudah mulai memukul-mukul meja makan. Gavin dan Malik yang tidak tau cerita, hanya bisa saling memandang. Sedetik kemudian Malik menemplekan salah satu jari telunjuknya di dahi dengan posisi agak miring. Bibirnya melafalkan kata "Crazy" dengan bibir tebalnya sambil matanya menatap 3 gadis gila di meja makan. Gavin sekarang ikut tertawa ngakak.
Tidak berapa lama, pintu kaca flat mereka seperti sedang berusaha dibuka. Penghuni baru itu sepertinya masih kesusahan menggunakan kunci magnet flat. Ketika akhirnya pintu terbuka, ia langsung mengarah ke common room, dan langsung mengarahkan kaki mereka ke dapur.
"Hello, I'm your new flatmate. My name is Maretha from Indonesia. And this is Bastian, my boyfriend. He lives downstair", katanya ramah. Di belakangnya, menyusul Bastian yang berjalan malu-malu menatap Diva dan Adelia. Wajah-wajah yang cukup akrab dengannya.
Adelia yang sangat terkejut langsung menopangkan wajahnya ke meja dengan bantuan tangan kirinya. Apa-apaan ini? Dia punya feeling yang gak enak banget kalau gadis itu menjadi teman serumahnya yang baru. Bagaimana pun… bagaimanapun…
Diva mencolek-colek paha Adelia di bawah meja. Walaupun Diva tidak pernah melihat Bastian mencium atau memeluk Adelia dengan mesra, tapi ia tau pasti bahwa Adelia memiliki hubungan yang sangat aneh dengan cowok itu. Ada aura-aura konspirasi, begitu kata Diva tentang hubungan Adelia dan Bastian. Saat itu Adelia hanya tertawa. Ia hanya bilang, mungkin Ravi yang terlalu bersemangat menjodohkan Adelia dengan Bastian.
"I'm studying finance, so does he. Kalian…kalian semua tinggal disini?", Tanya Maretha ketika menyadari bahwa setidaknya ada 3 orang Indonesia yang ada di meja makan. Diva yang paham akan pertanyaan Maretha, langsung berinisiatif menjawab.
"Oh no no no. Only Adelia in room 2. Lisa from Japan house, and Malik from, out of no where", kata Diva asal. Malik yang tadinya merasa diperkenalkan dengan terhormat oleh Diva dan bersiap-siap untuk tersenyum manis, gagal dan malah melotot kearah gadis itu. Lisa dan Diva sudah mulai tertawa sambil menepuk-nepuk tangan mereka.
"Damn you Diva", seru Malik becanda sambil menjambak pelan sedikit rambutnya gadis itu. Hihihi.