Chereads / Kawin Paksa (My Flatmate Husband) / Chapter 46 - BAB 46: Lamaran Tiba-tiba

Chapter 46 - BAB 46: Lamaran Tiba-tiba

Hisyam kembali berjalan pelan kearah Adelia, yang tiba-tiba mengabaikan tatapan-tatapan yang menghujaninya. Ada yang menatap dengan iri, kesal, kagum, bingung, dan marah. Cowok itu kemudian berlutut dengan satu kaki, setelah mengeluarkan sebuah kotak beludru dari kantong celananya. Ia membuka kotak itu, dan sebuah cincin berwarna emas putih dengan taburan berlian yang sangat halus menghiasi permukaannya. Elegan, moderen, namun benar-benar indah. Adelia terkejut ketika Hisyam menyodorkan kotak kecil itu bersamaan dengan buket bunga itu.

"Will you be my wife?", tanyanya sambil tersenyum manis ke arah Adelia. Gadis itu terkejut dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Tidak hanya Adelia, bahkan Diva, Lisa dan Kotoko melakukan hal yang sama. Kaget, namun tidak senang. Bukan iri, sama sekali bukan. Ada was-was di dalam hati mereka, karena semua tau, Adelia harus menolaknya. Harus! Mereka tidak mau Adelia terjebak dengan cowok toxic itu seumur hidup.

"How is it Adelia? Will you marry me?", tanya Hisyam lagi. Adelia sedang bersiap-siap menjawab. Ia bingung. Kalau ia tolak, ia kuatir Hisyam akan mengacaukan pesta yang baru berjalan tidak sampai setengahnya ini. Mereka baru membuka 1 botol champaigne, dan beberapa botol bir. Kebab saja baru habis setengah loyang. Bagaimana kalau pesta ini malah menjadi medan pertempuran ketika cowok ini marah? Tapi bila ia menerimanya....

"Say yesss say yess say yessss!", teriak Maretha memberi semangat sambil bertepuk tangan dengan bahagia. Hisyam tersenyum ke arah Maretha. Akhirnya, ada yang mendukungnya. Gavin yang tidak tahu menahu, ikut bertepuk tangan dan memberi Hisyam semangat. Bastian, Malik, Marvin dan Justin masih tanpa reaksi. Mereka cukup paham bila ini sebuah dilemma yang berat untuk Adelia.

"But Hisyam, I'm still 23 lah. Just today 23. I'm not thingkin about marriage yet... (Tapi Hisyam, aku masih 23 lah. Hari ini aku berumur 23. Aku belum memikirkan tentang pernikahan dulu...)", jawab Adelia sehati-hati mungkin, tidak ingin cowok itu marah.

"That's ok princess. That's ok. Hisyam dah bilang dengan mama papa, mereka setuju nak ikat Adelia, agar tak ada yang mengganggu. Bila masanya tiba, kita akan menikah. Ok?", jawab Hisyam sambil berdiri, menyerahkan buket bunga ke pelukan Adelia dan memegang bahu gadis itu. Ia kemudian menatap tajam cowok-cowok yang saat ini sedang marah menatapnya. Tapi genggaman di bahu Adelia seakan memberikan pernyataan bahwa, bagaimanapun, Adelia adalah miliknya. Masih miliknya.

"Hisyam, I...I...", Adelia mencoba tersenyum, dan ingin mengatakan tidak

"Kita coba ya my princess. No girlfriend anymore. Calon istri sahaja. Ok?", tanya Hisyam sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Adelia yang sedang kebingungan. Dengan refleks, gadis itu mengangguk-angguk takut. Lalu ia menyesal, karena wajah Hisyam sudah menggambarkan kalau ia MENANG!

"Yes! Thank you God!", kata Hisyam sambil mengambil cincin dari kotak itu dan memasangkannya di jari Adelia. Tangan gadis itu gemetar. Bukan, bukan getar bahagia, tapi getar kengerian. Ia menatap tangan mungilnya yang terlihat jauh lebih cantik berkat cincin dengan taburan berlian seperti pasir di sekeliling emas putih itu. Ia bukan cewek matre, perhiasan itu tidak lantas membuatnya bahagia. Tapi saat ini, ia tidak punya pilihan lain. Hisyam langsung memeluknya dengan erat.

"Ok then! Let's the party starting!", teriak Hisyam dengan penuh semangat sambil mengangkat salah satu lengannya ke atas, dan memberikan instruksi kepada Marvin agar segera memulai musiknya lagi. Marvin yang emosi, tidak punya pilihan. Bagaimana pun, ini adalah ulang tahun Adelia. Setidaknya mari kita selesaikan apa yang sudah kita rencanakan. Musik pun bergema, dan suasana pesta kembali dimulai. Hisyam mengambil segelas champaigne yang belum ada pemiliknya, dan meminumnya dengan cepat dan kembali menatap Adelia.

"Thank you my princess. Do you like my gift?", tanyanya. Adelia mengangguk-angguk enggan. Seakan-akan ia punya ekspresi lain yang bisa ia tampilkan.

"Ok, I will prepare the foods. You got talk to others", kata Adelia sambil berusaha kabur dan menghambur ke arah Lisa, Diva dan Kotoko. Hisyam tersenyum penuh kemenangan. Namun ia bingung, karena ruangan itu penuh dengan musuhnya. Ia kemudian menghampiri Gavin yang sepertinya tidak tahu apa-apa dan mulai mencoba mencari bahan obrolan dengan cowok bule itu.

"Congratulation on your engagement!", kata Maretha sambil menjabat tangan Hisyam. Cowok itu mengucapkan terima kasih. Setidaknya ada 1 orang lagi yang mendukungnya.

"Take care of her, and don't let her go fooling around with other guys hahahaha", kata Maretha lagi. Hisyam sebenarnya bingung, apa maksud Maretha. Selama ini Hisyam tidak pernah melihat Adelia mengganggu cowok-cowok lain. Jadi apa maksudnya? Tapi ya sudahlah, setidaknya lingkaran terdekat Adelia, sudah mengetahui bahwa sekarang Hisyam adalah tunangannya!

Pesta berlangsung meriah, atau semua orang mencoba untuk memeriahkannya. Alkohol banyak membantu disini. Wine dan alkohol botolan yang tadinya di simpan di kulkas, akhirnya keluar juga. Justin berusaha untuk sesadar mungkin, karena ia harus menyupir pulang. Padahal saat ini, ia benar-benar ingin mabuk habis-habisan. Ia kecewa dengan Adelia. Alih-alih memilihnya dari Hisyam, gadis itu malah setuju untuk menjadi istrinya! Hatinya cukup tersayat-sayat, dan ia sebenarnya tidak ingin berlama-lama berada di flat ini. Tapi Malik masih terlalu bersemangat. Cowok itu sedang ngobrol akrab dengan Bastian tentang perkuliahan dan Jakarta.

"Ternyata kita sekelas ya di Selasa malam!", Malik sangat antusias mengetahui bahwa Bastian mengambil jurusan yang benar-benar sama dengan dirinya. Artinya, ia bisa belajar banyak dari cowok itu. Sepertinya Bastian juga teman yang menyenangkan. Akhirnya dia memiliki teman yang mengambil jurusan finance.

"Iya, beberapa mata kuliah lo, uda gue ambil semester lalu. Kalo lo mau, gue bisa email-in bahan-bahan kuliah, tugas-tugas atau power point dari dosen. Gue pinjemin catetan dehh!", jawab Bastian yang akhirnya di sambut pekik hebat dari Malik.

"Owwww lo baik bangettt!", kata Malik yang mempererat pelukannya. Bastian tiba-tiba memasang muka kengerian, yang akhirnya disambut derai tawa dari Diva dan Lisa. Adelia yang memperhatikan mereke berdua, tersenyum dengan lega. Entah kenapa. Maretha yang menyaksikan pelukan, dan juga menyaksikan senyum aneh Adelia, merasa sangat risih.

"Hanya perasaanku atau memang benar, semua orang disini menjadi terlalu akrab. Bahkan Bastian yang biasanya anti sosial, kenapa bisa membaru gampang di flat ini? Sesering apa ia berkunjung kesini pada semester yang lalu? Hemm, syukurlah aku sekarang ada disini", gumam Maretha dalam hati.

"Bastian, udah malam. Lu gak pulang?" tanya Maretha. Bastian yang masih lanjut ngobrol dengan Malik, menatap aneh kepada Maretha. Saat ini Malik dan Bastian sedang berdiri berdua, memegang kebab di tangan mereka. Justru sebenarnya Maretha lah yang seharusnya menatap aneh kepada Bastian. Sejak kapan cowok aneh dan dingin itu bisa langsung akrab dengan seseorang? Hanya karena mereka mengambil satu jurusan yang sama? Setelah satu semester pun, Bastian bisa dibilang hanya akrab dengan genk yang itu-itu saja. Ia malas bila harus membuka obrolan dengan teman-teman sekelas yang lain.

"Ntar aja deh, gue masih pengen kebab ama kue", katanya asal. Padahal kebab yang di tangannya saja, sudah kebab yang kedua. Mau makan sebanyak apalagi dia? Maretha mendengus kesal. Gagal deh waktu valentine berdua saja dengan pacarnya. Tau gini, mereka reservasi saja di KFC terdekat. Sudah dipastikan semua café dan restoran romantis, fully booked dengan pasangan bucin.

"Adelia! Your mom is calling you!", kata Lisa sambil menyodorkan HP milik Adelia. Nama "mama" tertulis di layar HP itu. Adelia bingung, apakah ia harus ke kamar dan menjawabnya sendirian? Bagaimana bila mereka juga ingin berbicara dengan Bastian? Akhirnya Adelia menjawab panggilan video itu disitu juga. Ia tadinya sudah mengirimkan foto-foto estetik dari berbagai hidangan yang disajikan pada pesta ulang tahunnya, termasuk kue ulang tahun buatan Kotoko dan 30 kebab yang tersusun menggugah selera. Ia berusaha sesedikit mungkin memfoto puluhan botol alkohol hihihi.

"Halo mama! Temen-temen serumahku sedang bikin pesta nih untuk aku! Liat nihhhh", kata Adelia sambil menukar kamera yang tadinya mengarah ke wajahnya, menjadi mengarah ke arah sebaliknya. Adelia berjalan pelan ke seluruh ruangan sambil menyorot semua hal. Makanan-makan yang sudah mulai habis, botol-botol alkohol kosong, kue ulang tahun yang sudah tinggal 1/3, dan juga wajah-wajah yang hadir dan memperkenalkan mereka dengan singkat. Ia yakin orangtuanya tidak begitu detail memperhatikan satu persatu.

Ketika ia menyorot Bastian dan Malik, Adelia memastikan bahwa cowok itu menyapa mamanya dengan ramah. Tidak saja Bastian, bahkan Malik sendiri sudah pernah di ajak video call dengan sang mama. Adelia ingin sang mama tau, lingkungan akrab seperti apa yang ada di sisi Adelia. Malik dan Bastian berhai-hai dengan mama Cecilia dan papa Adnan, dan mereka sedikit menceritakan bagaimana serunya suasana pesta, dan betapa Adelia sudah mulai mabuk hihihihi. Setelah Adelia merasa cukup, ia meneruskan menyorot orang-orang lain, seperti Marvin yang sedang mengatur music, Gavin yang sudah mulai beberes botol-botol alkohol kosong, dan juga Maretha yang sedang terduduk bête sendirian hihihi.

Ketika ia merasa sudah menyorot semuanya, Adelia pamit kepada orang-orang karena ia akan meneruskan panggilan video itu di kamarnya. Beberapa tamu tampak mengangguk dan mempersilahkan.

"Wah, seru banget Del. Mama seneng kamu hepi. Mana tadi Bastian?", tanya sang mama. Saat ini Adelia sudah berada di kamarnya. Sendirian.

"Ada tadi kan ma, biarin aja. Dia lagi asik ngobrol ama temen cAdel. Ternyata mereka satu jurusan", jawab Adelia lagi. Kemudian gadis itu terus saja berbicara kepada mama papanya, seakan-akan ia tidak ingin mengakhirinya. Bagaimanapun, ini adalah ulang tahun pertama dirinya tanpa sang mama. Walau biasanya mereka merayakannya bertiga saja, atau berenam bersama Bastian dan kedua orangtuanya, atau terkadang merayakannya bersama karyawan sang mama ketika hari itu bertepatan dengan event penting kantor. Tidak ada yang seperti hari ini. Adelia merasakan kehangatan yang luar biasa dari teman-teman yang sudah seperti saudara ini.

"Tok tok tok", suara pintu di ketuk. Adelia yakin itu adalah Hisyam.

"Udah dulu ya ma, kasian tamu-tamu Adel. Bye mama", pamit gadis itu kepada orangtuanya. Tepat setelah panggilan telfon itu berakhir, Hisyam muncul dengan sebuah kado yang berukuran besar.

"Ravi bilang ini kado dari Indonesia", katanya sambil memberikan bungkusan besar itu kepada Adelia. Gadis itu antusias! Dari mamanya kah? Kok tadi gak bilang apa-apa?

"Can I sleep here tonight?", tiba-tiba Hisyam bertanya, yang sukses memadamkan antusiasme Adelia untuk membuka kado itu. Cowok itu berjalan mendekati Adelia yang sedang duduk di kursi meja belajarnya, dan mulai memeluk kepala gadis itu yang sudah mulai lembab akan keringat.

"Please Hisyam, my friends are still here. Lisa mungkin akan menginap disini", kata Adelia berbohong. Hisyam terlihat kecewa. Tapi pada saat yang sama, Tiba-tiba HP milik Hisyam bergetar, dan ia cepat-cepat membaca pesan yang ada di situ. Ia sangat serius membacanya. Sepertinya teman-temannya memanggilnya untuk menghadiri acara diluar sana. Semoga.

"Ok lah tak apa. Kawan Hisyam pun nak datang nih. Ok bye. See you soon princess", katanya. Ia membungkukkan dirinya ke arah Adelia. Bau alkohol yang keras menerpa indera penciuman Adelia. Hisyam mencium bibirnya pelan, lalu mulai agresif dan mendominasi, dan itu membuat Adelia tiba-tiba merasa jijik. Tapi ia tetap tersenyum manis. Cowok itu beranjak keluar dari kamar Adelia. Fiuh, gangguan telah pergi.

Adelia menatap kotak besar yang dibungkus kertas kado berwarna ungu. Warna kesukaan Adelia. Hanya beberapa orang yang mengetahuinya. Hemmm kira-kira dari siapa ya? Kemudian ia melihat sebuah bungkusan paperbag berwarna coklat. Ia tidak tahu siapa yang meninggalkannya dikamar Adelia. Ia mengintip isinya, ternyata tidak dibungkus oleh kerta kado. Ia mengeluarkan isi paperbag itu. 3 botol parfum… botol parfum couple yang pernah Adelia beli di Fremantle bersama Justin! Sebuah kartu kecil menempel pada salah satu botol…

"Menantikan hari-hari, minggu-minggu, bulan-bulan, dan selamanya denganmu"

Adelia tahu siapa yang telah memberikan kado ini. Justin. Tapi, apa kiranya yang ada di benak Justin setelah melihat proses lamaran tadi? Raut wajah Justin tadi tidak karuan, begitu juga dengan Adelia. Justin juga tadi tidak berusaha menghentikan Hisyam, begitu juga dengan Adelia. Adelia menarik nafasnya yang sesak. Sekuat apapun ia ingin menghentikan Hisyam dan berbalik menyapa Justin, entah kenapa ia terus merasa tidak berdaya. "Kenapa aku plin plan dan gak bisa tegas gini ya? Malah nerima ginian lagi", gumam Adelia sambil menatap cincin berlian yang ada di tangannya. Kontan ia melepaskan cincin itu dan beralih ke kotak besar berwarna ungu itu.

Ia merobek-robek kertas kado itu dengan brutal, seakan-akan ia ingin melimpahkan emosinya pada malam ini. Adelia terbelalak tidak percaya dengan isi kado itu! Sebuah rice cooker mini dengan berbagai fitur moderen! Rice cooker terimut yang pernah ia lihat, berwarna silver buatan entah cina, jepang atau korea. Itu tidak penting! Yang penting itu adalah RICE COOKER! Ia berteriak dengan kencang! "The best gift ever!!!!", katanya berteriak. Hanya orang-orang yang paham lah, bahwa sebuah rice cooker mini ternyata lebih indah, berkesan dan berguna dari pada sebongkah cincin berlian!

Adelia berusaha mencari nama pengirim. Ia menyesal karena tadi membukanya dengan brutal. Haduh, siapa tau nama pengirim ada tertulis di keras kado. Sedangkan kertas kado itu sudah menjadi serpihan-serpihan yang seperti akan siap di daur ulang. Ia mencari-cari kartu, tulisan atau apa saja yang bisa mengindikasikan nama si pengirim. Nihil. Ketika ia sudah hampir frustasi melihat ke segala arah, dengan iseng ia membuka rice cooker itu. Siapa tau di dalamnya sudah ada nasi matang.

Ternyata ada sebuah kartu di dalamnya.

"Terima kasih untuk tehnya. Aku harap bisa memakan sesuatu yang dimasak di sini. B. Abraham".

Adelia tertawa ngakak. Ia segera memeluk erat mesin ajaib itu dan membawanya keluar. Ketika ia berjalan keluar, beberapa orang memperhatikan "bayi barunya" dan berteriak kegirangan!

"Wow the gift from Indonesia. This is AMAZING Adelia. Who is this wonderful person who gave you this? (Wow hadiah dari Indonesia. Ini sangat menabjubkan Adelia. Orang luar biasa mana yang memberikanmu ini?)", tanya Diva antusias. Lisa dan Kotoko pun melonjak-lonjak kaget melihat alat ajaib yang memiliki banyak tombol itu. Hanya orang-orang yang paham yang melihat benda itu seperti emas.

"Someone who's really kind and special", jawab Adelia sambil mengelus-elus rice cooker itu dengan penuh kasih sayang. Ia ingin memberi tahu sang pemberi hadiah bahwa ia SANGAT-SANGAT SUKA dengan barang itu. Namun ia tidak berani menatap matanya. Terlalu banyak orang di ruangan itu. Terlebih lagi ada Maretha dan Justin.

Sebaliknya, Bastian yang masih ngobrol dengan Malik, melihat sekilas ketika Adelia dengan penuh cinta menghargai barang yang dibelinya. Ia tahu bahwa selama ini Adelia cukup kerepotan harus memasak nasi menggunakan microwave, tapi ia tak kunjung membelinya. Padahal harganya tidak terlalu mahal. Mungkin karena ia merasa, hidup di Perth cuma sementara. Kenapa repot harus beli rice cooker? Bastian sengaja membeli rice cooker yang memiliki fungsi lain, seperti membuat bubur, membuat yogurt, bahkan memanggang kue!

Adelia akhirnya mengalihkan tatapannya dari rice cooker serba guna itu, dan menatap sekilas ke arah Bastian, si cowok misterius. Ia mengatupkan kedua tangannya dan mengucapkan "thank you" tanpa suara. Bastian yang kebetulan juga sedang menatap Adelia, mengerti arti tatapan itu, kemudian mengalihkan pandangannya sambil tersenyum malu. Adelia paham, itu sudah cukup.

Walau pesta ulang tahun sempat kacau karena ulah Hisyam, namun tidak dipungkiri, teman-teman yang hadir pada malam ini telah membuat hatinya jauh lebih indah. Ia bersyukur telah diberi teman-teman serumah dan sahabat-sahabat yang luar biasa di Perth. Adelia kembali mengelus rice cooker lucu itu. "Dan kamu, kita akan berteman akrab. Kamu menjadi kado paling indah pada malam ini", gumamnya dalam hati.

Bastian sungguh tidak menyangka, hadiah simpel dari dirinya, bisa di apresiasi seantusias itu oleh Adelia. Bahkan gadis itu lebih girang daripada disematkan cincin oleh Hisyam. Oh iya, cowok brengsek itu berani-beraninya mengklaim Adelia sebagai tunangannya. Oh andaikan Hisyam tau…