Adelia menyusun cilok bumbu kacang dengan apik di 3 kontainer dengan hati-hati. Siang ini, ia akan bertemu dengan Malik dan Lisa sebelum perkuliahan sore mereka di mulai. Ia menaruh sedikit sisa cilok itu di piring kecil. Ia akan memberikannya sedikit kepada Diva untuk mencicipi. Ia belum pernah mencoba rasa cilok Indonesia. setelah semua kontainer tertutup rapi, ia segera masuk ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap ke kampus.
Tidak lama setelah Adelia masuk ke kamar, Bastian tiba di flat 27 untuk menjemput Maretha. Gadis itu tepat sekali baru saja keluar dari kamarnya, sehingga ia langsung mempesilahkan ccowok itu masuk.
"Sana duduk aja di meja makan. Udah aku buatin cemilan. Aku mandi bentar ya", kata Maretha. Bastian menggangguk. Ia melihat cilok saus kacang yang (ia kira) dibuat oleh Maretha. Ia sungguh tidak percaya. Makanan kesukaannya ketika jaman SMA dulu! Entah berapa kali mamanya marah ketika ia ketauan memborong cilok yang dijual memakai gerobak ala kadarnya di samping sekolahnya. Tapi Bastian tidak perduli.
Tapi cilok ini pasti donk di buat dengan bahan-bahan premium. Dari warnanya saja, Bastian bisa tahu kalau cilok ini berisi potongan keju blok. Dari wanginya saja Bastian tahu kalau ada udang giling atau sejenisnya yang menjadi kaldu. Belum lagi kacangnya, yang sepertinya terbuat dari kacang yang dibeli di coles. Pasti enak! Bastian tanpa aba-aba langsung mencomotnya dengan garpu yang sudah diletakkan dengan manis di piring itu. Efek baru keluar dari kukusan, membuat cilok itu lembut dan benar-benar wangi. Kuah kacang yang berlemak, sedikit pedas, sedikit asin, sedikit manis, sungguh memanjakan lidahnya.
Tidak menunggu lama, cilok itu sudah habis dalam waktu 10 menit. Rasanya sangat lezat, bahkan jauh lebih lezat dari yang dijual di dekat SMA-nya dulu. Bastian langsung mengambil persediaan teh kantong Adelia dan menyeduhnya dengan air panas. Ia sudah hapal mana the yang paling ia suka dari seluruh the yang ada di laci ini. Ia mengambil sebuah gula batu dari laci yang sama. "Bagi ya Del", bisik Bastian pelan. Ketika Bastian tengah menikmati teh yang begitu harum...
"Loh Bastian, ngapain disini?", tanya Adelia. Cowok itu tersenyum tipis. Ya mau ngapain lagi dia disini selain menjemput nyonya? Hari ini nona Adelia terlihat sangat cantik dan apik. Ia mengenakan gaun putih yang sangat cocok untuk di pakai di kantor. Sebuah blazer cantik berwarna hitam melengkapi penampilannya menjadi begitu anggun. Ia bahkan menggunakan stocking berwarna hitam dan sepatu berhak yang sangat indah! "Apakah ia akan berjalan hampir 2 km ke School of business seperti itu?", gumam Bastian.
"Eh aku bagi teh kamu ya. Tiba-tiba pengen teh abis makan cilok", kata Bastian sambil mengayunkan gelas porselen putih biru Adelia yang sudah berisi teh celup. Adelia menggangguk. Tapi sedetik kemudian ia memandang heran Bastian.
"Hah? Cilok? Cilok dari Mana Tian?", kata Adelia. Ia kuatir kalau cilok sisa untuk Divalah yang telah dimakan oleh cowok itu. Dan benar saja, Bastian menunjuk sebuah piring kosong dengan sisa-sisa kuah kacang di meja makan. Hahahaha Adelia baru saja akan tertawa ngakak, sampai…
"HAH, Cilok apaan?", tiba-tiba Maretha muncul dan curiga dengan apa yang terjadi di dapur. Apalagi ia memandang sebuah piring kecil sisa sebuah makanan yang ia tak tahu itu apa, dan pacarnya sedang meminum teh dari gelas yang bukan miliknya. Kemudian ia melihatn Adelia yang tampak sangat cantik, dengan rambut mengkilap yang sudah ia ikal-ikal berjam-jam. Ia tampak cantik sekali dengan make-up "pura-pura natural". Apa ia akan melamar kerja, atau apa?
"Kamu ngapain ngelayanin pacar orang?", tanya Maretha sambil mendelik ke arah Adelia.
"Loh apaan sihhhh? AKu justru yang nanya, kenapa cilok yang uda aku siapin untuk Diva, malah abis ini. Siapa yang makan?", tanya Adelia sambil pura-pura marah. Bastian langsung menutup mulutnya dengan tangan kirinya.
"Upps, jadi itu punya kamu ya hahahaha maaf. Aku kira itu disiapin Maretha buat aku. Katanya ada cemilan buat aku di dapur", kata Bastian sambil tersenyum geli. Adelia sih mulai tertawa. Sebenarnya Adelia sih tidak masalah. Cuma salah paham kok. Tapi tidak Maretha. Ia berjalan ke arah rice cooker dan membuka tutupnya.
"Ini nihhh aku bikinin kamu bubur ayam!", kata Maretha. Bastian dan Adelia mendelik menatap rice cooker malang itu. Rice cooker itu beru berumur beberapa hari, dan memang Maretha sudah menggunakannya berkali-kali tanpa seijinnya. Sedangkan bila teman-temannya yang lain selalu mengetuk pintunya dan meminta ijinnya.
"Bukannya itu rice cooker Adelia? Kamu udah ijin belon mau make itu?", tanya Bastian. Adelia masih belum move on dengan tampang bengongnya. Dasar nenek sihir, pikirnya.
"Bukan urusanmu Sayang, ini urusan flat aku. Lagian semua yang ada di ruangan ini ya untuk di share. Kalo gak mau, ya bawa aja rice cooker ini ke dalam kamar. Lagian ngapain kamu bikinin Bastian teh segala. Kamu kira aku gak punya teh?", tanya Maretha dengan kesal ke arah Adelia. Gadis itu masih belum dapat berkata-kata menjawab Maretha. Tapi ia pun sebenarnya malas menjawab. Ia tahu sekarang Maretha hanya iri dan kesal karena terkesan Bastian lebih suka dilayani oleh Adelia. Padahal ini murni salah paham yang disebabkan oleh cowok itu.
"Akuuu... aku yang ambil sembarangan. Aku pernah minum teh disini, ya ini gelasnya. Aku tadi ambil sendiri kok. Aku lupa dimana kamu nyimpen persediaan teh-teh kamu. Sorry ya Del", kata Bastian lagi. Maretha masih melengos.
"Ya udah ni makan buburnya", kata Maretha sambil mengambil mangkuk putih miliknya. Ia masih mencoba unggul di depan Adelia.
"Gak usah, aku uda kenyang. Ayo berangkat", kata Bastian sambil menyambar tasnya.
"Tapi.. tapii...", Maretha sepertinya masih ingin mengomeli Bastian, tapi ia kesal karena melihat Adelia masih di sekitar. Tanggap akan keadaan, Adelia langsung menyambar 3 kontainer cilok itu dan pamit. Siapa yang peduli Bastian akan memakan bubur itu atau tidak. Yang jelas sepertinya cowok itu menikmati cilok Adelia hihihi.
"Okey bye semuanya, aku hampir telat nih", katanya kabur secepat kilat.
-----------------------
Setelah selesai kuliah, Adelia cepat-cepat berjalan bersama Lisa menuju KV. Mereka akan mencoba makan sesuatu dengan cepat dan meneguk sebotol alkohol yang sudah dipersiapkan Adelia di kulkas tadi siang. Rabu malam adalah Waterford night, dan ini adalah waterford pertama Adelia dalam semester ini. Ia ingin kembali lagi bersosialisasi dengan anak-anak asrama yang lain.
Dan benar saja, mungkin karena kehidupan kampus sudah mulai berjalan normal, waterford sudah mulai penuh sesak. Adelia, Diva dan Lisa seperti biasa memulai aktifitas mereka di meja bilyar. Taruhan beberapa botol alkohol dengan cewek-cewek dari Don Watts benar-benar membuat mereka berhemat membeli alkohol. Lisa memang begitu lihat dalam bermain bilyar.
"Hey Adelia. How are you?", Steffanie, salah satu teman serumah Hisyam menegurnya dengan ramah. Adelia beberapa kali pernah ngobrol dengannya di flat Hisyam, atau mereka kadang bertegur sapa bila bertemu di coles atau di waterford. Dia berasal dari pesisir Timur Australia, karena itu ia memutuskan untuk tinggal di asrama, karena ia tidak memiliki saudara di kota Perth. Gadis yang ramah dan baik. Mereka berbincang-bincang ringan sambil memperhatian Lisa dan Diva menghajar para cowok-cowok dari asrama Erica Underwood dengan permainan bilyar-nya.
"How are you with Hisyam?", tanya Steff. Adelia menunjukkan cincin berlian di tangannya dengan senyuman datar. Steff menatap wajahnya.
"You're not that happy, I suppose (Kamu tidak bahagia, ku rasa)", katanya lagi sambil menegak minuman alkoholnya. Adelia tersenyum ramah. Ia tidak tahu mau berkata iya, apa tidak.
"You should be careful. He's toxic", kata Steff. Adelia mengangguk sepelan mungkin, karena otaknya sedang berfikir. Ia tahu Hisyam mungkin pacar yang toxic, tapi apa maksud steff dengan "toxic" disini.
"What are you talking about? Something that I don't know Steff? (Apa yang kamu bicarakan? Apakah ada sesuatu yang aku tidak tahu Steff?)", tanya Adelia penuh selidik. Steff mencoba mengatur nafasnya. Ia sudah memikirkannya lama. Ia sayang kepada Adelia, karena ia gadis yang sangat lugu dan baik. Peristiwa kekerasa di flat 25 yang lalu juga sudah sampai ke telinganya. Begitu juga peristiwa di flat Adelia ketika Hisyam di usir dari sana oleh Bastian dan Marvin. Ia bertekadn, Adelia harus kabur dari cowok itu.
"What I mean toxic, is, He is really taking something toxic..., you know…", kata Steff tertahan. Ia mengisyaratkan bila Hisyam mungkin pengguna narkoba. Adelia terperanjat. Maksudnya, selama ini Adelia mungkin tidak menyadarinya. Mungkin karena selama ini Adelia tidak memiliki satupun teman atau saudara yang pernah memiliki masalah dengan obat-obat terlarang. Mungkin karena itu ia tidak mampu mengenalinya.
"It has been ages He has that problem. I think he kinda stopped when you guys close in the beginning. But his friend kept on coming. Even his ex girlfriend start coming again... upss (Masalah ia dengan ini sudah berlangsung lama. Aku rasa ia agak berhenti ketika kalian awal-awal berkencan. Tapi teman-temannya mulai datang kembali. Bahkan mantan pacarnya mulai datang lagi...upss)", Steff kelepasan bicara. Adelia mendelik.
"Steff, speak!", pinta Adelia. Ia memohon agar Steff mengeluarkan apa yang ia ketahui. Ternyata selama berkuliah di Australia, Hisyam memang memiliki masalah dengan obat-obatan terlarang, tapi ia selalu punya cara untuk lari dari kejaran polisi atau pihak berwajib lainnya. Ia selalu bisa mempertahankan nilai-nilainya dan tugas-tugas kuliahnya. Lain halnya dengan sang pacar, Kirra, ia terjerat pihak berwajib dan terpaksa di rehabilitasi selama satu semester di salah satu rumah sakit mahal di Perth.
Adelia tidak percaya ini. Disaat Hisyam begitu posesif terhadapnya, ia malah asik-asiknya mengkonsumsi barang terlarang dan asyik masyuk dengan mantan pacarnya. Kalau begitu, perempuan berjaket kulit yang waktu itu ia lihat, pasti lah Kirra. Adelia tiba-tiba gelap mata. Bukan karena cemburu buta, tapi karena akhirnya ia menemukan cara untuk keluar dari pertunangan paksa ini. Ya, ini dia. Adelia memutar-mutar cincin berlian itu. Ia siap melemparkannya ke muka Hisyam malam ini.
Adelia mencoba mengingat-ingat perlakukan Hisyam selama ini. Memang cowok itu terkadang bersikap sangat manis, dan juga sangat protektif. Tapi setelah beberapa bulan mereka dekat, Hisyam mulai lebih sering menghabiskan waktu dengan teman-temanya dari pada Adelia. Dan sungguh, Adelia sebenarnya juga tidak keberatan, karena justru ia senang cowok itu tidak terlalu mengekang hidupnya. Dan setiap kali temannya meneflon, Hisyam akan langsung berlari secepat kilat dan tidak akan bisa dihubungi lagi. Ternyata…
"Diva, Lisa, I'm going back first, ok. I'm having period pain (Diva, Lisa, aku balik dulu ya. Aku sedang sakit datang bulan)", kata Adelia pamit kepada kedua sahabatnya itu. Lisa dan Diva yang masih berjoget-joget dengan riang, melambai ke arah Adelia. Mereka percaya Adelia baik-baik saja, karena Steff sepertinya akan ikut pulang bersama Adelia.
Sepanjang jalan, Adelia mengepalkan kedua tangannya di lipatan tangannya. Matanya mulai panas karena menahan amarah. Kaki mungilnya berusaha berjalan dengan langkah-langkah besar. Untung saja hari ini ia memakai celana kulot dan sepatu datar. Rambutnya yang tadi saat kuliah bergelung-gelung sempura, saat ini sudah tergerak berantakan.
"What ever you do, please don't tell him that I told you ok? (Apapun yang kamu lakukan, mohon jangan bilang kepadanya bila aku yang memberi tahumu, ok?)", pinta Steff. Adelia menggangguk. Karena langkah yang gegap gempita, mereka cepat sekali sampai di flat 25. Steff masuk duluan. Ia sudah memberi aba-aba kepada Adelia setidaknya menunggu 15 menit setelah ia masuk, baru Adelia memencet bel. Agar tidak terkesan mereka pulang bersamaan. Adelia setuju.
Setelah 15 menit yang di sepakati. Adelia memencet bel. dan Steff membukakannya dengan hati-hati. Steff kemudian langsung kabur ke dalam kamarnya dan mengunci pintu, namun menempelkan telinganya dengan kepo. Dalam hati ia kuatir akan keadaan Adelia. Ia akan berjaga-jaga bila ia harus meneflon RA atau satpam kampus.
Adelia menarik nafas, dan memegang gagang pintu kamar Hisyam. Ia tau, cowok itu tidak pernah mengunci pintunya. Ia selalu lupa. Ketika Adelia menempelkan telinganya ke celah pintu itu, ia bisa mendengar sayup-sayup musik lagu hip hop. Hisyam ada di kamarnya. Dan ia pasti belum tidur. Toh masih jam 10 malam. Adelia membuka pintu itu dengan satu hentakan. Ia tidak bisa percaya apa yang baru saja ia lihat. Matanya terbelalak dengan marah!