Malik dan Justin berusaha keras untuk mengawal 7 orang yang setengah mabuk di halte bus menuju Northbridge. Tim sudah mulai mendendangkan musik-musik dalam bahasa Cina, sementara Kylie, Tum dan Tam mulai tertawa-tawa tidak jelas dengan bahasa Inggris ala kadarnya. Lisa sudah menghabiskan 2 batang rokok kretek dari Indo, sementara Adelia berusaha keras untuk membaca pesan-pesan di Hp miliknya. Agak susah ketika membaca sesuatu di benda kecil itu, dimana tulisan-tulisannya tampak sangat buram.
Ketika bus yang dari tadi mereka tunggu datang, mereka bersorak-sorak sambil berteriak, seakan-akan itu adalah bus pembagian sembako gratis. Malik meringis melihat cewek-cewek itu melompat-lompat dengan rok mini dan sepatu hak runcing mereka. Ketika pintu bus itu terbuka, masing-masing masuk dengan nada ceria sambil menempelkan kartu mereka masing-masing di tempat scanner. Supir bus yang sudah terbiasa dengan keadaan Jum'at malam hanya mampu tersenyum manis menatap 9 pelanggannya itu.
Seperti perkiraan mereka, bus menuju kota justru tidak seramai bus yang dari kota menuju pemukiman (suburb). Masing-masing mereka mendapatkan kursi. Tom, Tam dan Tum menduduki kursi paling belakang, Kylie duduk bersama Tim di depan Tim Tum dan Tam, sedangkan Malik dan Adelia duduk berseberangan dengan mereka. Lisa dan Justin duduk persis di depan Adelia dan Malik. Lisa yang setengah mabuk sangat sumringah menyenderkan kepalanya di bahu Justin dan memeluk lengannya. Justin hanya bisa tersenyum dan terdiam terpaku.
Adelia, walau sudah agak mabuk, namun dapat melihat dengan jelas kemesraan mereka. Tapi kok dia tidak terlalu cemburu ya? Alih-alih teringat pada masa-masa indah mereka di Fremantle, saat ini justru Adelia sangat kacau. Ketika ia menatap Justin, yang terbayang-bayang justru sosok Bastian! Tatapan lembutnya ketika mata Adelia sembab, genggaman tangannya ketika tangan gadis itu gemetar, atau sentuhannya ketika sedang mencepol rambut Adelia beberapa hari yang lalu. Saat itu entah kenapa Adelia merasa tubuhnya tersengat dan merinding. Apa Bastian itu semacam hantu?
Tanpa sadar Adelia menepok jidatnya ketika pikirannya sudah terlalu penuh dengan Bastian. Malik kaget menatap gadis itu. "Astagfirullah. Napa lu mak?", tanyanya. Adelia kaget. Bener juga, ngapain dia nepok jidat. "Nyamuk Lik", jawabnya asal. Malik lebih terperanjat lagi.
"Mana ada nyamuk di Perth! Apalagi di bus kayak gini! NGawur lu!", ejeknya. Adelia yang tadinya sudah kalem, melotot kearah Malik. Apalagi saat ini Lisa dan Justin ikut menoleh ke belakang. "Gue bilang nyamuk ya nyamuk monyoonggg", jawab Adelia pelan sambil mencubit lengan Malik. Malik mengerang kesakitan, dan seperti biasa acara debat mereka dengan cela-celaan seperti sepasang suami istri yang sudah menikah 40 tahun.
Adelia memandang keluar jendela dengan begitu seksama. Walau ia menyadari dari ekor matanya, beberapa kali Justin mencuri-curi pandang ke arahnya. Adelia tidak bergeming, ia pura-pura termenung. Padahal emang bener sih dia sedang melamun. Setelah malam ini, ia harus mengambil keputusan yang cepat tentang Hisyam dan Justin. Bagaimanapun, ia tidak mau di gantung dan menggantung kedua cowok ini. Ia ingin mengambil keputusan cepat sebelum liburan musim panas dimulai. Ia ingin menikmati liburan ini dengan sebaik-baiknya.
Ketika akhirnya mereka turun di halte bus terdekat dari Northbridge, mereka sudah tidak semabuk sebelumnya. Satu persatu anggota tim turun dari bus setelah memberikan kiss bye kepada sang supir dari jauh, dan keluar dari pintu belakang. Mereka mulai berjalan ke arah northbridge sambil terus cekikikan tanpa alasan yang jelas. Tom seperti biasa sudah mulai melanturkan kata-kata aneh, mix antara bahasa Inggris, bahasa Thailand dan bahasa hutan belantara. Kylie, Tam dan Lisa seperti biasa mengapresiasi cowok itu dengan tertawa yang berlebihan. Asap sudah mulai mengepul dari mulut Lisa, Malik dan Tim. Cuaca malam ini kering dan tidak begitu dingin. Dengan bantuan alkohol, para cewek-cewek justru merasa gerah dengan pakaian serba mini mereka.
Mereka memulai club hoping mereka dengan memasuki klab malam bernama Library. Tampilan luarnya seperti sebuah toko buku mahal dengan logo dua kuda berdiri dengan kaki mereka. Ketika mereka memasuki club itu, musik menghentak-hentak langsung mengisi gendang telinga mereka. Sontak kelima cewek-cewek menjadi tidak tahu diri dan berjoget mengikuti musik sang DJ. Justin, Malik, Tim dan Tom seketika panik mengawal para cewek yang sudah menyebar kearah kerumunan. Perjanjian di awal adalah, mereka akan berdansa secara berkelompok. Tidak ada cerita berpisah-pisah kesana dan kemari.
Seperti biasa, Tom dengan keahlian "penari latarnya" mulai berdansa liar dan asik sendiri. mereka memberikan jarak agar ia bisa bergerak bebas atau ya supaya gak tiba-tiba kena timpuk cowok itu. Kylie dan Tam berusaha mengimbangi Tom dengan berdansa tidak kalah seksinya. Tum dan Adelia berdansa berpasangan sambil menyanyikan lagu yang sedang di kumandangan sang DJ: September. Padahal ini sudah bulan Desember hihihi. Malik dan Tim hanya bergerak-gerak santai sambil mengawasi situasi, sementara Lisa sudah berdansa berpasangan dengan Justin. Harusnya sih mereka semua sudah tidak terlalu mabuk, tapi Lisa seperti terlalu manja menempel di Justin. Modus banget gak sih?
Ketika lagu mulai lebih panas, mereka semua saling bergandengan tangan dan mulai bergoyang-goyang dengan kecepatan lebih dan seperti agak kesurupan. Tam dan Tum mulai melompat-lompat dengan sepatu hak mereka, melenggak-lenggok tubuh mereka yang kurus kering. Benar kata cewek Thailand itu. Percuma keramas dan mendandani rambut mereka sebelum club. Cuma butuh waktu 30 menit sampai seluruh rambut mereka basah kuyup. Tapi siapa yang perduli? Lampu-lampu sorot, musik berdentum, serta mahluk kiri kanan yang tidak berhenti bergerak, membuat mereka tertular virus ajojing. Sejenak, hilang sudah beban, fikiran dan tekanan selama satu semester.
setelah lebih dari 30 menit di lantai dansa, mereka merapat ke arah bar. Perjanjiannya adalah, mereka akan meminum 1 botol untuk tiap 1 club. Pemberhentian pertama ini, mereka membeli sebotol minuman alkohol yang termurah yang dijual disitu. Justin mentraktir mereka semua! Wow amazing! Malik seperti biasa memesan air botol mineral. Setelah cheers dengan menghantamkan botol-botol mereka, semua menghabiskan minuman mereka dengan beberapa kali teguk saja. Efek alkohol yang diminum terlalu cepat itu, menimbulkan pusing yang luar biasa di kepala mereka. Akhirnya mereka kembali ke lantai dansa dan berajojing lebih liar lagi, seakan-akan mereka mesin kuda liar yang baru selesai diberi makan.
Pemberhetian kedua mereka adalah nightclub Paramount. Ini merupakan club kedua favorit Adelia. Suasananya yang luas, musik dansanya yang benar-benar menghentak serta banyak pengunjung internasional, membuat suasana begitu unik. Efek alkohol dari club sebelumnya membuat mereka semakin liar berdansa di club ini. Tam, Tum, Lisa dan Kylie membuat formasi seakan-akan mereka kpop band dan mencoba berdansa dengan seragam. Sementara Tom sudah kelelahan luar biasa. Cowok itu memeluk salah satu tiang di gedung itu dan mulai menggoda-goda cowok yang terlihat di depannya. Malik, Tim dan Justin ngeri melihatnya. Mau melarang mereka juga seram (takut di goda), mau dibiarkan, kuatirnya malah menimbulkan konflik lagi. Hadeeuhhh.
Ketika Adelia mulai bergabung dan meliuk-liukkan badan mungilnya di tengah-tengah kpoper gadungan itu, pas banget musik dari BTS berkumandang. Lagu yang menghentak-hentak itu sukses membuat Adelia berdansa begitu gemulai hingga rambutnya yang tidak ia ikat, ikut berkibar-kibar lembut mengikuti gerakannya. Matanya menatap Dj, dan sesekali tertutup untuk menghayati gerakannya. Kelihatan sekali ia berusaha (terlalu) menghayati gerakannya atau mungkin melampiaskan energi negatif dari tubuhnya. Apapun itu, telah berhasil menyihir Justin untuk berjalan sambil berdansa, mendekat ke arah gadis itu.
Ingin rasanya Justin memeluk Adelia, menyeretnya dari sana dan memilikinya untuk dia sendiri saja. Pedih rasanya ketika beberapa cowok asia dan bule menatap tubuh yang berdansa cukup seksi tersebut. Beberapa pasang mata memandang, dan bahkan beberapa sudah mulai mendekati rombongan cewek-cewek itu. Justin sungguh tidak rela. Ketika Adelia membuka matanya, ia dapat melihat tatapan Justin menembusnya di balik remang-remang lampu disko. Beberapa meter lagi, cowok itu akan sampai tepat di dadanya. Ini pertanda yang tidak bagus. Ada Lisa dan yang lainnya disini. Tepat ketika mereka akan bertubrukan...
"Justtinnnnn", Lisa menghambur dan memeluk cowok itu! Cewek itu sudah mulai mabuk lagi setelah botol pertama di Library. Lisa menuntun Justin untuk berdansa berdua. Adelia merasa aman, kemudian menyeret Kylie untuk berdansa bersamanya. Jujur, sebenarnya Adelia ingin sekali saja bisa memeluk dan berdansa dengan Justin. Bukankah mereka pernah berjanji untuk bersama? Mungkin malah...selamanya? Bahkan baik Adelia dan Justin saat ini, sedang memakai parfum couple yang mereka beli di Fremantle. Justin. Saat ini sungguh dekat, tapi rasanya sangat jauh. Sampai kapan mereka bisa seperti ini?
Setelah menghabiskan 40 menit berliuk-liuk di lantai dansa, Malik menginsyaratkan mereka untuk berkumpul di dekat bar lagi! Kali ini, cowok Arab itu membelikan semuanya air mineral botolan, yang harganya justru lebih mahal dari minuman alkohol mereka. Tapi perjanjiannya begitu. Alkohol, air mineral, alkohol, air mineral. Dan ini masih club kedua. Mereka meneguk air mineral itu dengan cepat-cepat untuk mengganti cairan keringat yang telah keluar malam ini. Padahal baju yang melekat ini saja bila di peras, keringatnya mungkin lebih banyak dari sebotol air mineral itu.
Para cewek pamit ke toilet untuk buang air kecil atau memperbaiki apa yang harus di perbaiki disana. Benar saja, ketika mereka mengamati diri mereka di cermin, kelima cewek itu tidak tahan untuk tidak cekikikan. Beruntung untuk Kylie yang telah mengikat rambutnya ala Ariana Grande, ia tidak perlu kuatir dengan rambut yang sudah mencang mencong. Bahkan ketombenya sudah tidak terlihat lagi karena tergenang begitu banyak keringat dan minyak. Sukurlah Tum mebawa sisir di tas mungilnya itu. Malangnya sang sisir yang harus dipakai bergantian 4 cewek pada malam ini.
Mereka saling bergantian memperbaiki tatanan mereka. Hanya Adelia yang malam ini membawa Lipstik, sehingga benda malang itu harus dipakai bergantian dengan 5 cewek. Iyuuuhhh. Jadilah kelima cewek itu memiliki warna lipstik yang sama. Tidak ada gunanya lagi mendempul muka mereka dengan bedak. Beruntung Tam membawa kertas minyak. Ia dengan semangat membagi-bagikan kertas itu untuk sekedar menghilangkan minyak di hitung dan bawah mata mereka.
Begitu keluar dari toilet, bahkan menuju Malik and genks saja, para cewek itu terus menerus bergoyang beriringan seperti kereta api. Anehnya kerumunan memberikan mereka jalan sambil ikut bersorak-sorak dengan mereka, yang membuat para cewek-cewek ini makin menggila dengan alunan lagu dari Rihanna. Tom yang menyadari para dayang-dayangnya sudah selesai berdandan, langsung ikut ke lantai dansa sambil menyeret Tim, Malik dan Justin. Mereka kembali membentuk formasi 9 dengan dansa yang sangat random.
Akhirnya mereka keluar dari Paramount dan berjalan agak jauh menuju Metro nightclub. Klab yang memiliki 3 lantai itu benar-benar penutup yang sesuai untuk malam ini. Rencananya mereka akan berada disana setidaknya sampai jam 2 pagi. Ketika mereka melewati clab Connection, Tom meminta dengan sangat agar mereka bisa mampir. Malik dengan tatapan panik langsung menggeleng-geleng kepalanya dengan kuat. Sangkin kuatnya, kepala itu hampir mau copot.
"No no no no Tom, we can try other club, but not that. Not tonight ok? You, tomorrow want to go there with Tim? Fine. Ok, I will let you (Tidak tidak tidak tidak Tom, kita bisa coba klab lain, tapi bukan yang itu ya. Tidak malam ini, ok? Kamu, besok mau pergi kesana dengan Tim? Baik. Ok, akan aku biarkan)", pinta Malik. Tim langsung melotot ke arah Malik dan menoyor kepala si Arab itu hahahahaa. Dia kesal, kenapa harus menjadi tumbal. Mereka semua tau kalau klab itu adalah salah satu klab yang LGBTQ friendly. Bukannya mereka anti kepada tempat itu, hanya saja sudah komitmen pada malam ini, tidak ada flirt flirt atau goda-goda. Jelas sekali si Tom mau masuk kesana karena ingin mencari mangsa.
Ketika mereka sampai di Metro, suasana sudah begitu meriah. Malam ini ada penampilan live music yang membawakan lagu-lagu retro ala tahun 90 dan awal 2000. Sebahagian besar lagu-lagu itu akrab di telinga Malik, Justin, Lisa dan Adelia. Mereka acap kali ikut bernyanyi dan menggoyangkan badannya. Temen-temen mereka dari Cina dan Thailand tidak begitu hafal dengan lagu-lagu itu, tapi mereka ikut berdansa, karena kebetulan lagu-lagu itu "dance friendly".
Dan di klab kali ini, mereka akan mengkonsumsi 2 botol. Ronde pertama adalah alkohol termurah yang dipersembahkan oleh Tom, yang diikuti oleh sesi dansa selama sejam lebih. Tim mentraktir minuman ronde kedua, yaitu air mineral botolan. Waktu mereka tinggal 1 jam lagi sebelum mereka harus benar-benar keluar hidup-hidup dari Northbridge. Mereka bahkan belum memikirkan akan memakai moda transportasi apa mereka pulang. Bus pasti sudah gak ada. Taksi pasti susah banget, begitupun mereka harus memesan 3 taksi.
Para cewek-cewek masih terlihat begitu semangat, walau para cowok yakin kaki mereka semua sudah mau patah. Atau mungkin hak sepatu mereka yang sudah mau patah! rambut mereka sudah kusut masai, dan baju-baju mereka sudah mulai menceplak badan mereka. Air mineral botolan itu bahkan bisa menjadi bensin yang membakar semangat mereka untuk terus mengikuti musik yang sudah berganti menjadi hip-hop dan R&B. Malik sudah tidak tahan dan sungguh mengantuk. Tom sendiri bahkan sudah kelelahan dan melorot di salah satu tiang (lagi) di gedung Metro. Tiba-tiba...
"Adelia my princess!!! You are here! I knew you'll be here! (Adelia tuan putriku! Kamu disini! Aku sudah tau kalo kamu akan ada disini!)", tiba-tiba Hisyam dan gerombolan teman-teman Malaysianya menyerbu mereka. Hisyam langsung tanpa ragu-ragu memeluk dan mengangkat tubuh Adelia dari lantai. Gadis itu tidak sanggup memberontak. Entah itu karena pengaruh alkohol, atau karena ia sudah capek dimana waktu telah menunjukkan pukul 1.30 pagi.
"Let's Partyyy!!!!", teriaknya dan menggiring gerombolan itu ke lantai dansa bersama gerombolan teman-temannya. Adelia sebenarnya enggan. Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, ia tidak membalas satupun pesan dan telfon dari Hisyam. Saat itu alasannya adalah karena ujian. Ketika ia baru saja berencana untuk menelfon cowok itu besok, ia sudah muncul disini dalam keadaan yang kikuk. Tapi Adelia tidak berani menolaknya juga. Ia kuatir akan membuat teman-temannya tidak nyaman. Ia ikuti saja permainan Hisyam sampai selesai malam ini. Eh maksudnya pagi ini.
Setelah beberapa lama mereka berdansa, Adelia merengek minta pulang. "I'm very tired Hisyam. I want to go back with my friends", pinta Adelia. Hisyam menggeleng. Ia berkata sengaja menghindari alkohol malam ini, karena ia ingin mengajak Adelia pulang. Jadi? Sejak tadi Hisyam mencari keliling Northbridge hanya untuk mencari Adelia? Bagaimana ia tahu kalau malam ini ia berencana untuk clubbing dengan teman-temannya? Seketika Adelia merasa sangat jengah.
"Ayo, kita pulang my princess", ajaknya. Adelia menolak. Ia datang bersama teman-temannya, jadi ia akan pulang bersama teman-temannya. Ia bolak balik menggeleng.
"Kalau kamu nak pulang, where you want to sleep?", tanyanya. Hemmm bener juga. Kalaupun mereka memanggil 3 taksi malam ini, sang taksi harus mengantar mereka pulang satu persatu ke tempat tujuan. Tum dan Tam akan menginap bersama, Tom dan Tim akan menginap di rumah Malik dan Justin, sementara Kylie dan Tim akan pulang kerumah mereka masing-masing. Adelia dan Lisa rencananya akan menginap di rumah Malik juga. Tapi dengan adanya Hisyam di depan mereka, tentu saja Adelia tidak berani menyinggungnya. Walau bagaimanapun, status mereka masih pacaran, dan Hisyam adalah orang yang posesif gila.
"Ok aku akan pulang dengan Hisyam. Tapi Lisa ikut ya. Adelia sudah janji kami akan pulang bersama", pinta Adelia sambil menatap Hisyam dan Adelia secara bergantian. Lisa mendelik! Ia tidak mau ikut campur dengan urusan Adelia. Tapi disisi lain ia juga tidak tega dan kasihan bila gadis itu nanti di perjalanan akan celaka dengan pacar toxic-nya ini. Tapi disisi lain juga, ia masih ingin menginap di rumah Justin! Oh sungguh sebuah dilemma. Adelia sontak menggenggam tangan Lisa dengan erat. Hisyam tidak mampu menolak.
"Ok this girl with us. Let's go.", katanya sambil membuat isyarat pergi. Ia pamit dengan teman-teman Malay-nya sedangkan Lisa dan Adelia pamit dengan genk 8 dan Justin. Dalam hati mereka, sama-sama berdoa agar Adelia dan Lisa di beri keselamatan sampai asrama kampus. Hadehhhh.
Sepanjang perjalanan pulang, Adelia dan Lisa berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Hisyam. Bagaimana ujian mereka, kemana saja mereka setelah ujian, kenapa Adelia tidak meminta ijinnya bila akan pergi clubbing malam ini, sampai sudah berapa cowok yang mengganggunya. Lisa yang tidak setiakawan, langsung pura-pura tidur setelah pertanyaan ke-5. Padahal itu adalah rencana dari Adelia!
"I'm sorry my princess…", tiba-tiba Hisyam meminta maaf. Adelia bahkan sudah lupa, untuk apa ia meminta maaf sekarang. Sudah entah berapa kali cowok itu meminta maaf. Apakah sebuah kekerasan bisa dengan mudah terhapus dengan sebuah permintaan maaf?
"Hisyam tak akan buat macam tu lagi sayang. Hisyam sayang sangat dengan princess Adelia. Percaya dengan Hisyam sayang…", gombalnya lagi. Adelia hanya tersenyum. Bila beberapa hari yang lalu Hisyam mengatakan ini, mungkin Adelia akan berteriak-teriak histeris dan berlari, menyuruhnya pergi. Tapi kali ini, ia bisa lebih tenang. Toh sudah berlalu juga. Toh sebentar lagi ia akan mencampakkan cowok ini. Ia harus tenang. Jangan sampai arah dari mobil yang melaju cepat ini, malah melenceng terbang ke arah Swan river. Ia belum mau menjadi mayat mengapung.
"It's ok lah Hisyam. Kita bicara nanti ya. I am very tired now. I just want to sleep", pinta Adelia sambil memijat-mijat kepalanya. Hisyam memelankan laju mobilnya dan ikut memijat-mijat kepala Adelia. Gadis itu tersenyum lembut kearah Hisyam. Bila dipikir-pikir, sebenarnya cowok ini kadang bisa begitu sweet dan baik. Tapi entah kenapa, bila ia sedang error, ia bisa begitu ganas dan menyeramkan.
Untuk mencairkan suasana, Adelia bolak-balik menceritakan tingkah polah Tom yang selalu lucu di tiap club yang mereka datangi, sampai sesi-sesi love and hate Malik dan Tim yang selalu menjahili Tom. Ia sengaja mengalihkan perhatian Hisyam dari Justin. Jangan sampai Hisyam curiga. Tanpa sadar Adelia menepok jidatnya.
"Adelia, ada apa? Kenapa pukul diri sendiri?", tanya Hisyam. Adelia melotot kearah Hisyam. Eh iya. Kenapa ya? Apa terlalu banyak mikirin Justin?
"Eh ini…nyamuk….", jawabnya asal sambil tersenyum.