"Derrtttt....Dreetttt.... Dreetttt", HP Milik Adelia yang terletak persis di samping tempat tidurnya bergetar hebat, tanda seseorang sedang menelfonnya. Adelia refleks mengangkatnya tanpa mengecek siapa yang telah menelfonnya.
"Haloooo, siapa? Mama? Aduh ma Adelia baru bangun. Nanti telfon lagi ya. Byeeeee", pinta Adelia manja. Kenapa juga mama telfon pagi-pagi begini. Adelia kembali meletakkan telfonnya di meja belajarnya. Ia mengintip sebentar tadi, waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi. Masih ada waktu sejam lagi sebelum Hisyam datang untuk menjemputnya. Ia ingin tidur lagi. Ia kembali menyematkan salah satu tangannya di antara bantal dan wajahnya, dan mulai memejamkan matanya lagi.
"Hemmmm siapa sih yang menelfon pagi-pagi? Berisik!", tiba-tiba ada suara berat seorang cowok yang berbunyi di belakang Adelia. Tepatnya bibir itu sepertinya berada di tengkuk Adelia! Gadis itu terkejut dan refleks membalikkan badannya. Ia melihat ke arah suara, dan ternyata ada Bastian yang sedang BERBARING DI SEBELAHNYA!
Tidak hanya itu, ia baru menyadari bahwa lengan tegap cowok itu sepertinya dari tadi melingkar di pinggang Adelia, dan menjadikannya sebagai guling hidup! Salah satu kaki bastian bahkan menimpa salah satu kaki Adelia! Dan dilihat dari kemungkinan, sepertinya mereka berdua sudah tidur berdua di tempat tidur ukuran single berdua, SEMALAMAN!
Adelia kontan berdiri dengan oleng, sambil mencoba menyeimbangkan badannya memegang meja belajar. Ia meraba-raba bajunya, pinggulnya, dan wajahnya sampai rok gaunnya. Ia menatap cermin pajang yang ada di sebelah lemarinya. Ia mencari hal-hal mencurigakan yang mungkin terjadi ketika 2 orang dewasa berbeda lawan jenis berada di ruangan bersama, semalaman!
"Bastian! Kenapa kamu ada di kamarku! Kamu apain aku hahhh?", tanya Adelia dengan murka sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Bastian mencoba duduk, sambil memegang kepalanya yang sakit luar biasa. Ia memang tidak terbiasa meminum alkohol. Apa yang ia minum tadi malam, sudah jauh di ambang batasnya. Ia mencoba-coba mengingat kejadian tadi malam. Hal terakhir yang ia ingat adalah, ia masuk ke kamar Adelia untuk menumpang toilet. Hanya itu... Tapi kok bisa jadi bobo bareng gini ya? Malah nyenyak lagi tidurnya. Diam-diam Bastian mengekeh dalam hati.
"Heh, sembarangan. Aku juga bingung kenapa bisa ada disini. Kamu kali yang menjarain aku di sini. Coba aja liat posisi aku nih! Aku tidur dempet gini ama dinding, sampe tidur kejepit kayak daging asap gini. Kamu yang tidur di ujung kan, nah berarti kamu yang nidurin aku disini, dan ngunci aku", jelasnya sambil terus memegangi dahinya. Pandangannya kemudian ia layangkan ke seluruh tubuhnya. Ok, celana jeans, kaos, semua masih di tempatnya. Bahkan risleting masih tidak berubah posisi.
Adelia panik, benar juga. Sepertinya mereka berdua tidur dengan aman tentram dan damai. Bayangkan saja, semalaman mereka tidur berpelukan seperti itu! Kepala Adelia pusing membayangkannya. Kok bisa, kok bisa, kok bisa!!!!! Apa yang terjadi tadi malam? Kok Adelia tidak bisa mengingat apapun? Begitu juga dengan Bastian.
"Kalo aja sampai aku kenapa-kenapa, mama papa aku akan bunuh kamu!", ancam Adelia. Bastian menatap Adelia dengan tatapan tak percaya. Ia tertawa mengekeh membayangkan wajah papa Adnan, mama Cecilia, mama Wien dan papa Abraham yang tersenyum penuh kemenangan.
"Yang bener aja Del, yang ada juga jadwal pernikahan kita dipercepat doank. Mereka udah menanti-nantikan kita bisa sedekat ini", jawab Bastian sambil menunjuk Adelia dan dirinya secara bergantian sambil tertawa kekeh. Bastian kembali membaringkan tubuh tingginya di tempat tidur Adelia, dan kali ini memeluk guling gadis itu. Bastian rindu tidur dengan guling! Adelia tidak percaya kalo Bastian masih juga bercanda saat ini. Ini sangat serius! Mereka tidur bersama! Bagaimana bila telah terjadi sesuatu di antara mereka?
"Bastian! Ini gila! Aku bener-bener gak inget apa-apa. Yang jelas, aku gak ada maksud mau nawan kamu disini. Kamu aja kali yang doyan. Sekarang keluarrrr keluarrrrr sebelum ada yang liat kamu dikamar akuuuuu!", pinta Adelia. Bastian mencoba mengumpulkan nyawanya. Ya iyalah, siapa juga yang mau tetap tinggal di kamar Adelia. Bagaimana kalau kejadian ini sampai ke telinga Maretha? Iya masih belum ingin bangkit. Bau tubuhnya, tubuh Adelia, bercampur dengan parfum yang mereka gunakan tadi malam menempel di bantal dan tubuh Bastian. Memabukkan, kembali.
"Ting nonggggg.... Ting nongggg", suara bel berbunyi. Seketika Adelia melompat ketakutan. Ia refleks melihat jam digital yang juga berfungsi sebagai radio AM/FM di meja belajarnya. Pukul 7.30 AM. Jangan sampai Hisyam datang. Jangan sampai cowok itu kecepetan dateng dan memergoki Bastian ada di kamarnya. Bisa gawat! Adelia melongok keluar kamarnya, dan jantungnya berdetak begitu keras sekarang. Hisyam sedang berdiri di balik pintu kaca flatnya! Ia sudah berpakaian rapi casual serba putih! Adelia menepok jidatnya.
"Haduhh gimana donk! Ada Hisyam!", katanya panik ke arah Bastian, yang saat ini sudah berdiri dan bersiap-siap menuju pintu keluar. Bastian tersenyum licik. Ini saatnya membuat pembalasan kepada Adelia yang keras kepala. Selain gadis itu masih juga berhubungan dengan cowok toxic itu, ini akan menjadi pembalasan sempurna setelah gadis itu menuduh ia telah memperk*sanya. Bastian berjalan ke arah pintu sambil tersenyum. Tangan usilnya bergerak slow motion seakan mengejek Adelia. Ia ingin membuka kenop pintu dan menunjukkan wujudnya keluar dari kamar Adelia, tepat di depan hidung pacarnya.
"Jangaannn! Tunggu disini!", Adelia memegang tubuh besar Bastian dengan tatapan memohon. Ia mendorong cowok itu agar kembali duduk di tempat tidur. Bastian dengan setengah tertawa terdorong pelan sehingga kembali terduduk dan berbaring di tempat tidur Adelia. Adelia kemudian mengambil sebuah kimono indah berwarna pink dengan lukisan jepang. Ia keluar dari kamar, dengan sebelumnya mengancam Bastian. "Jangan keluar. Tunggu disini!".
Adelia segera berlari ke arah pintu dan membukakannya untuk Hisyam. Cowok itu tersenyum melihat penampilan Adelia yang sangat berantakan. Ia berkacak pinggang dan memasang tatapan pura-pura marah. "Wild Party huh?", tanyanya sambil mencubit hidung Adelia.
"Hisyam, aku mandi bentar ya. Kok sudah datang? Kan janjinya jam 8", tutur Adelia panik. Hisyam tersenyum dan mengangkat plastik bertuliskan subway. Ternyata cowok itu membawakan sandwich, yang sepertinya ia ingin sarapan dengan Adelia. Adelia mengangguk-angguk senang.
"Tapi tunggu disini dulu ya, aku mandi dulu", pintanya sambil menyalakan tivi dan membuka balkon. Suasana common room masih sangat berantakan. Gelas-gelas plastik berserakan, gagang sapu dan pel ada di atas meja makan, dan kartu-kartu bertebaran di atas sofa, di atas meja depan tivi, bahkan ada yang masuk di gelas-gelas plastik! Parah! Adelia tidak ada waktu untuk memikirkan soal itu. Saat ini ia sedang mencoba menghindari perang dunia ke-3. Ia segera lagi ke kamarnya.
Ketika ia masuk ke kamarnya, Bastian sedang berbaring santai sambil bermain HP miliknya! Adelia panik! Tapi ia tau, mengeluarkan Bastian dari kamarnya bahkan merupakan resiko yang jauh lebih besar.
"Kamu tunggu disini dulu, jangan keluar. Aku mau mandi dulu, sambil membuka kimononya dan menyambar handuk besar berwarna putih dari dalam lemari. Dengan kecepatan super, Adelia berusaha keramas dan menggosok seluruh badannya dengan sabun yang ia keluarkan 2 kali lipat lebih banyak dari biasanya. Akhirnya setelah 15 menit, ia keluar hidup-hidup dari pancuran, dan menuju wastafel untuk menyikat gigi dan membersihkan mukanya. Ia menatap mukanya, mulus tanpa coretan. Padahal seingatnya, permainan kartu telah membuat mukanya seperti badut.
Setelah selesai, ia mencoba menggapai baju yang akan digunakannya. Kok tidak ada? Ternyata ia baru ingat, kalau ia ke kamar mandi hanya menyambar handuk. Bahkan kimono pink tadi, ia buka di kamar. Kenapa gak sekalian dia bawa masuk ke kamar mandi?! Adelia menepok jidatnya. Baju ala salsa, sudah teronggok lembab di sudut meja toilet. Ia melongok ketika membuka pintu kamar mandi. Saat ini, Bastian sudah duduk di kursi meja belajarnya, dan melihat-lihat jurnal harian Adelia. Gadis itu berang! Siapa yang memperbolehkan cowok itu membuka-buka barang-barang pribadinya?
"Bastian, ambilin kimono itu donk", perintah Adelia dengan suara pelan sambil menunjuk kimono pink yang tergeletak di lantai dekat meja belajarnya. Ia kuatir Hisyam mendengarkan. Bastian berbalik dan menatap pintu kamar mandi. Terlihat kepala Adelia melayang, dengan tangan kecil yang menunjuk-nunjuk kimono. Ia terkikik geli, gadis itu lupa membawa baju ganti atau kimono ke kamar mandi. Tapi Bastian masih ingin mengerjai Adelia.
"Ogah", katanya usil sambil tersenyum jahil. Adelia tidak percaya dengan cowok itu. Ia tau Bastian cecunguk, ia tahu Bastian itu dingin dan menyebalkan, tapi ia tidak tahu kalo cowok itu ternyata MESUM dan JAHAT!
"Tiaaannn pleaseeee", katanya memohon lagi. Bastian menggeleng-geleng dan memutar tubuhnya, kembali ke posisi menatap meja belajar Adelia dan membaca kembali jurnal Adelia. Sungguh jurnal yang aneh. Segala resep masakan, daftar belanjaan, siklus haid, rekomendasi klab, wine, jadwal buka tutup semua mall ada disitu. Sinting!
Ketika akhirnya Bastian tetap menolak, Adelia memberanikan diri berjalan keluar hanya mengenakan handuk lebar yang menutupi bagian dada sampai bawah lututnya. Ia berdoa kencang agar Bastian tetap membaca dan tidak membalik badannya untuk menatap tubuhnya. Ketika akhirnya Adelia mencapai lemarinya, dengan santainya Bastian memutar kursi itu sehingga ia bisa menatap bebas tubuh Adelia yang hanya terbungkus handuk.
"Badan cuma kayak lemper gitu aja ngerepotin amat sih?", celetuk jahil Bastian. Adelia mendelik ke arah cowok itu, ia tidak menyangka di sergap tiba-tiba dengan tatapan super mesum Bastian. Teganya ia bilang dirinya seperti lemper! Ia mengambil salah satu gaun putih musim panas yang baru ia beli sebulan yang lalu, dan mencomot pakaian dalam serba putih dari lemarinya. Adelia masuk kembali ke dalam toilet dan memakai bajunya disana. Beberapa menit kemudian, ia keluar dari toilet dan mulai memakai make-up tipis dan menata rambutnya.
"Biarinnnnn, mau kayak lemper, mau kayak buntelan tepung diiket-iket, aku bangga sama badanku. Gini-gini, banyak tauuu yang mau sama badankuu!", tutur Adelia emosi. Bastian merasa tidak nyaman dekat kata-kata itu.
Banyak yang mau sama badan Adelia. Rasanya gak benar, atau ga boleh. Mungkin sampai saat ini pun, begitu tergodanya Bastian ingin menyerahkan tubuhnya pada Maretha, ia tetap menolak. Pacarnya itu secara halus selalu menggodanya, namun Bastian masih ingin menunggu saat yang tepat. Dan ini, di hadapannya ada cewek yang bangga kalau badannya banyak diinginkan oleh banyak cowok. Badan yang seharusnya akan menjadi milik Bastian seorang… di masa depan.
Adelia mengeringkan rambutnya dengan asal sambil mencoba membubuhkan foundation di saat yang bersamaan. Bastian geleng-geleng kepala melihatnya. Se-multitasking-nya perempuan, gak seperti ini juga kok. Ia kontan berdiri, mengambil sisir bergigi jarang dan merampas hair dryer itu dari tangan Adelia. Ia membantu mengeringkan rambut gadis itu sambil menyisir halus rambutnya. Adelia tadinya ingin marah, tapi sepertinya niat Bastian baik. Ia membungkam bibirnya dan kembali fokus untuk mendempul wajah dan matanya yang seperti panda.
Bastian tidak pernah punya adik, apalagi adik perempuan. Bermain salon-salonan seperti ini, menimbulkan perasaan hangat yang tidak bisa ia gambarkan. Begitu juga dengan Adelia. Jantungnya berpacu kencang karena Hisyam ada di luar sana, namun hatinya teduh karena mendapat perlakukan lembut dari Bastian. Tangan besar cowok itu melayang lembut menyisir rambut Adelia. Hati Adelia…hati Adelia menghangat. Semakin kesini, cowok it uterus saja menampilkan begitu banyak sisi dan kejutan-kejutan. Kemana saja mereka selama berpuluh-puluh tahun ini?
"Tok... tok... tok...Delia, sudah kah? Hisyam lapar lah", tiba-tiba Hisyam mengetuk pintu kamar Adelia. Kontan keduanya panik dan saling menatap.
"Sedikit lagiiiii", kata Adelia sambil mengambil alih pengering rambut karena ia telah selesai berdandan. Bastian kontan masuk ke dalam toilet. Untuk berjaga-jaga saja. Dan benar saja, Hisyam tiba-tiba masuk ke dalam kamar Adelia. Gadis itu menepuk jidatnya menggunakan sisirnya. Kok ya bisa lupaaaa mengunci pintu tadi? Bastian yang sudah selama di dalam toilet, kontan mengepalkan kedua tangannya. Satu untuk Adelia yang bodoh tidak mengunci pintu. Kedua untuk Hisyam yang… yang… masih saja berani mendekati Adelia.
"Hisyamm, I'm not ready", turut Adelia panik. Ia refleks menatap pintu kamar mandi.
"Adelia kenapa? Ada laki-laki kah kat sini?", tanya Hisyam curiga sambil menatap seluruh kamar Adelia. Ia bahkan berjongkok untuk melihat dibawah tempat tidur! Sukurlah Bastian berinisiatif masuk ke toilet tadi. Ketika Adelia mematikan pengering rambutnya, sedetik kemudian, suara pancuran air berbunyi.
"Siapa tuh?" tanya Hisyam. Ia bersiap akan membuka pintu toilet.
"Hisyam jangan! Itu Kotoko!", seru Adelia panik. Hisyam melepaskan tangan dari gagang pintu toilet itu. Benar juga, toilet yang berada di flat mereka digunakan oleh 2 orang. Masing-masing memiliki pintu ke toilet yang sama. Jadi sebelum menggunakan toilet, kita harus memastikan tidak ada orang di dalam. Adelia mencoba meyakinkan Hisyam bahwa membuka pintu itu, sama saja seperti mengganggu privasi temen setoilet Adelia. Syukurnya sepertinya Hisyam mengerti, karena toh ia juga berbagi toilet dengan Josh, karena kamar mereka berdekatan.
"Ok, sudah siap kan? Mari makan", ajak Hisyam sambil menggandeng tangan Adelia keluar. Sejenak Adelia bernafas lega. Kembali ia melirik toilet yang suara pancuran air masih terdengar.
Mereka bedua akhirnya duduk di meja makan. Sepertinya Hisyam membereskan sedikit area dapur agar mereka bisa makan dengan nyaman. Adelia menyeduh teh andalannya, dan Hisyam menata makanan-makanan mereka di piring Adelia. Adelia hanya berharap sandwich berisi aneka keju, potongan tuna dan aneka saus itu bisa membantu meredakan pengarnya pagi ini. Tapi mungkin ia butuh alkohol untuk meredakan ketegangannya. Adelia menatap lebih dari 200 botol bir korona yang tersusun rapi di dekat tong sampah dan di krat-krat botol bir.
Ketika akhirnya mereka mulai makan, terdengar salah satu pintu kamar terbuka dan berjalan ke arah pintu keluar. Cowok itu memakai jaket bertudung (yang ternyata milik Adelia) dan menutup tubuh dan kepalanya. Ia berjalan cepat ke arah pintu keluar dan mencoba tidak terlihat. Hisyam mengintip sebentar kearah pintu yang terbuka itu dan curiga dengan orang yang baru saja keluar. Cowok tinggi besar dengan jaket yang sepertinya terlalu pendek dan terlalu ketat di tubuhnya.
"Siapa tu?", tanya Hisyam. Ia tidak bisa melihat wajah cowok itu.
"Errhmmm, pacar Kotoko", jawab Adelia semantap mungkin.
Ketika Bastian turun dan memasuki flatnya, ia berpapasan dengan Ravi yang sedang menikmati sarapannya. Cowok India itu tersenyum penuh arti sambil memperbaiki letak kacamatanya.
"Hemmm... sleeping with your mistress? (Hemmm... tidur dengan simpananmu?)", tanyanya penuh arti. Bastian panik dan refleks melihat kekiri kekanan dan kebelakang tubuhnya. Bagaimana kalau ada yang dengar?! Ravi tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya. Kontan Bastian berjalan cepat, mengambil salah satu bantal dari sofa dan membenamkannya di kepala Ravi. Dasar RA kepo!