Suasana mulai sepi di restoran Maya Masala daerah Northbridge. Rombongan pesta ulang tahun yang memenuhi ruangan ketiga restoran itu sudah pulang, sedangkan 2 ruangan lain hanya tersisa beberapa meja saja yang terisi. Para pelayan senior sudah mulai di pulangkan satu persatu oleh sang manager untuk menghemat jam kerja, sehingga hanya pekerja bergaji rendah seperti Adelia dan beberapa pemula yang tinggal untuk membersihkan sisa-sisa pekerjaan. Manager berkata Adelia harus siap untuk pulang pukul 10 malam.
Ketika akhirnya shift malam itu selesai, Adelia mulai mengisi buku absennya dan pamit kepada pemilik restoran dan managernya. Ama, sang chef memanggilnya khusus. Wanita paruh baya asal India itu menyodorkan ia sebungkus snack samosa isi kentang dan sayuran lezat andalan restoran itu. Adelia merasa senang, seakan-akan lelah yang ia jalani selama 5 jam terakhir terbayar sudah. Ia meninggalkan restoran yang sudah mulai gelap itu bersama para pelayan pemula sepertinya.
"Delia....", sapa seseorang yang tampaknya sudah menunggunya di dekat pintu masuk restoran. Cahaya lampu yang tidak begitu terang masih dapat memperlihatkan wujud cowok yang memanggilnya. Hisyam. Ngapain ia selarut ini di Northbridge? Cowok itu langsung menyambar tangan Adelia dan menggenggamnya dengan lembut. "Let's go home...", bisiknya lembut. Adelia tersenyum.
Bukan hanya kali ini Hisyam pernah menjemputnya sepulang kerja. Cowok ini sengaja memindahkan shift pekerjaannya menjadi Kamis dan Jum'at hanya agar dapat pulang bersama Adelia. Ia kerja sebagai pembantu koki disalah satu gerai yang menjual kebab. Ia bekerja rabu, kamis dan Jum'at, mulai pukul 4 sore sampai 9 malam. Klop kan?
Adelia memamerkan bungkusan samosanya, dan Hisyam tidak kuasa bertepuk tangan dan mengucek-ngucek rambut Adelia yang sudah tidak keruan wanginya. Antara keringat, bau bawang bombay, bau daun kari, dan asam masakan dan rokok. "Let's gooooo", kata Hisyam sambil menggiring cewek itu ke mobilnya.
---
Mereka akhirnya sampai di parkiran asrama mereka. Ketika Adelia akan turun, Hisyam menarik tangannya. "Aku tak pergi ke Waterford tempo hari. Anything happened?", tanyanya. Adelia tercekat, ia lupa-lupa ingat kejadian dengan Dave yang menurutnya sangat mengancam jiwanya. Tapi ia ingat betul apa yang terjadi dengan Justin... eh maksudnya Bastian. Ia ingat. Ia ingat ciuman pertamanya...
"Ohhh tidak ada Hisyam, tidak ada apa-apa yang terjadi", Adelia mencoba berbohong. Mungkin ia pembohong yang payah. Ia harus bertindak. Ia memegang tangan Hisyam dan tersenyum manis.
"How do you see me Hisyam?", tanyanya mencoba mengalihkan pembicaraan cowok itu. Cowok itu mengernyitkan dahinya, dan sekarang memegang salah tangan Adelia dengan kedua tangannya. Ia menciumnya dengan lembut. Mengelusnya beberapa kali, dan menciumnya lagi. Adelia merasa tersentuh. Cowok ini begitu manis…
"What do you mean?", tanyanya pura-pura bingung. Tapi sebenarnya ia tahu kemana arah pembicaraan ini. Hisyam memberikan Adelia senyum jahilnya. Cowok itu memiliki alis yang tebal tapi mata yang kecil. Namun mata itu selalu menantang dan hampir tidak ingin berkedip bila menatap Adelia. Bila ada tatapan yang membuat dinging runtuh, mata Hisyam lah salah satunya.
"Hisyam, how many girls that you take home with you like this?", tanya Adelia berpura-pura ngambek, ia menarik tangannya dari genggaman Hisyam dan melipatnya di dadanya.
"Hemmm, I don't know, you're the only one who live at KV", katanya ngakak sambil memukul-mukul stir mobilnya. Adelia mencubitnya. Jadi maksudnya apa? Hanya karena Adelia tinggal di lingkungan yang sama, ia tidak mau memaparkan siapa-siapa aja cewek yang selama ini dekat dengannya.
"What I mean issss, are you seeing someone lately? Orrr …orrrrr, how many girlfriends did you have so far in Perth?", tanya Adelia lagi, hanya ingin memastikan apa cowok itu sekarang punya pacar atau enggak. Hisyam menoleh Adelia.
"I've never met someone like you before. You're so... alive", katanya mulai menggombal dengan wajah serius. Ketika ia mengatakan alive, tangannya seperti menggambarkan sinar matahari. Besar dan luas. Daahhhh alive, maksud lo hidup. Ya iyalahh Adelia hidup, masak mati sih? Adelia memutar matanya, ia belum menemukan jawaban yang cocok. Hisyam terdiam sebentar, ia manarik nafas dan mengeratkan kedua jari-jarinya di setir mobil itu. I menatap Adelia dengan lembut. Beberapa jarinya ia usapkan di pipi Adelia yang sudah berminyak.
"You made me hard to breath when you are not around, a fresh air flashes to me, whenever you are near, my heart beats like crazy, when you smile to me, and a hard punch is given to my tummy, when we are apart. What are you to me?", tanyanya sambil menatap lembut ke mata Adelia. Kali ini ia mengelus-elus dagu gadis itu.
Adelia berusaha mencerna tiap kata demi kata yang keluar dari mulut cowok itu. Adelia merasakan ketulusan dari setiap ucapannya. Ia sedikit merasa tersanjung. Tapi apa sebenarnya yang Adelia rasakan? Apakah ia menyukai cowok itu? Bukankah tadinya ia mengira kalau ia menyukai Justin? Lalu perasaan apa yang ia rasakan kepada cowok ini?
"You squuezes my heart when you're around me, I'm really comfortable, everytime you held my hands. When we talk, as if we had know each other for so many years... At most time, I just want to spend so many times with you. At most time, I want you to drive me crazy, like when you tried to... hug me", balas Adelia. Sebenarnya ia ingin bilang kiss. Tapi entah kenapa ia kuatir. Tapi apa yang ia katakan tidak sepenuhnya bohong. Ini benar-benar apa yang ia rasakan bila bersama Hisyam. Walaupun ia belum jadian, ketika bersama cowok itu, ia merasa mereka sudah berpacaran selama bertahun-tahun lamanya.
Hisyam menatapnya dengan senyum penuh arti. "So, I'm somewhat so special for you?", katanya sambil menggeser badannya lebih mendekati Adelia. Adelia tercekat. Nafasnya naik turun. Tidak ada alkohol di antara mereka, semua kejadian ini begitu nyata!
"Maybe...", kata Adelia setengah berbisik. Memang selama ini ia belum pernah punya hubungan dengan siapa-siapa. Tidak mau, tidak sempat atau tidak ada kesempatan. Jadi, Hisyam adalah cowok yang terdekat dengan hatinya, so far.
"So do you think we should make it... official?", tanyanya. Apakah Hisyam sedang mengajaknya jadian? Dan kenapa sekarang tangan kanannya memeluk pinggang Adelia sedangkan tangan kirinya membelai-belai kepala Adelia. Sepertinya sebentar lagi, akan ada kejadian yang tidak bisa ia hindarkan.
"Mayyyybeeee....", jawad Adelia masih dengan setengah berbisik. Ia menggigit bibirnya. Ada kilatan cahaya di mata Hisyam. Apa gadis itu mengundangnya?
Dengan sekali hentakan, Hisyam membenamkan bibirnya ke bibir Adelia setengah memaksa. Ketika ia merasa Adelia tidak meronta, ia kendurkan kekuataannya dan menciumnya dengan lebih lembut dan pelan. Ia membiarkan Adelia bernafas. Entah kenapa Adelia kali ini tidak terlalu terkejut, bahkan mengharapkan ini terjadi. Ia membalas dengan lembut, kedua tangannya sudah memeluk kedua bahu Hisyam. Sesekali mereka melepaskan ciuman, saling tersenyum, dan kemudia melanjutkan lagi.
Tanpa mereka tahu, Bastian melintasi mobil mereka dan menyaksikannya. Cowok itu tertegun. Entah ia iri, ingin marah, lega namun juga jijik. Saat ini ia tidak bisa menganalisa perasaannya kepada Adelia. Ia pernah berkata, biarkan itu menjadi urusan mereka nanti ketika mereka akan bersama. Setelah lulus SMP pun, mereka jarang sekali bertemu. Ia bersekolah di sekolah khusus cewek, begitu juga Bastian yang bersekolah disekolah khusus cowok. Ia tidak memiliki perasaan apapun karena mereka amat jarang bertemu. Tapi kali ini, mereka bisa terus menerus berpapasan, sehingga ada berbagai macam rasa yang timbul. Kesel, marah, iba, bingung, jijik, salut, semua positi dan negatif menjadi satu.
"Yah baguslah setidaknya ia gak bersama bule-bule ga jelas", gumam Bastian. Setidaknya Bastian mengetahui Hisyam yang tinggal di flat 25. Ia sedikit lega. Sekarang, ia bisa lebih leluasa bila ia ingin bersama Maretha. Benar kan? Bastian melanjutkan langkahnya berjalan ke flatnya sendiri. Ia baru saja selesai kuliah dan makan malam bersama Maretha. Bukankah ia juga berhak untuk bahagia?
Setelah ciuman itu akhirnya selesai, Adelia pamit duluan dan meninggalkan Hisyam di mobil. Cowok itu baru saja mendapat panggilan telfon dari temannya, dan meminta Adelia untuk keluar dari mobilnya. Adelia menurut dan berjalan ke arah flatnya. Ia melihat sesosok cowok tinggi berbadan langsing dengan rambut depan menutupi dahinya.
"Justin?", tanyanya. Cowok itu menatap Adelia. Ia melihat Adelia keluar dari mobil Hisyam. Ia mungkin juga menyaksikan apa yang mereka lakukan di mobil itu.
"Bang Justin ngapain disini?", tanya Adelia. Cowok itu mendekat ke arah Adelia. Ia tersenyum manis, namun kemudia ia melirik ke arah mobil Hisyam. Cowok Malaysia itu masih menatap Adelia dengan tajam.
"Baru nganterin Lisa. Tadi dia minta di temenin beli sesuatu di city", katanya. Adelia mengangguk-angguk. Ada rasa cemburu sedikiitttt yang melanda hatinya, mengetahui mungkin saat ini Lisa sudah resmi berpacaran dengan Justin. Padahal baru saja ia tadi bermesraan denagan Hisyam, yang secara resmi menjadi pacarnya. Justin memperhatikan terus mobil Hisyam. Adelia mencoba melihat arah tatapan Justin.
"Ohhh that...hihihi he's my boyfriend", jelas Adelia, seakan ingin mengatakan kalau bukan kalian saja yang pacaran. Justin mengangguk-angguk.
"Keliatannya dia pacar yang pencemburu Del, udah kamu langsung masuk ke flat aja. Ntar dia marah kalo kamu terlalu lama ngobrol ama aku", kata Justin sambil beranjak menjauhi Adelia. Hisyam masih terus menatap tajam kearahnya dari dalam mobil. Adelia tersenyum dan menggangguk.
"Bye Justin", katanya. Adelia sekilas melihat ke arah mobil Hisyam dan melambaikan tangannya. Hisyam tidak tersenyum.