Sudah 2 bulan sejak Adelia jadian dengan Hisyam, sementara Bastian pacaran dengan Maretha. Sesekali Bastian melihat Adelia bergandengan tangan bersama cowok Malaysia itu menuju mobilnya atau ketika Hisyam berjalan untuk naik ke flat 27 tempat Adelia tinggal. Terkadang Bastian melihat mereka berdua bercanda di lorong-lorong supermarket coles. Bastian hanya berharap Adelia bisa menjaga dirinya. Tapi ia melihat cowok itu sepertinya cukup sopan, baik dan terlihat sangat menyayangi Adelia.
Begitu juga dengan Adelia, ia sesekali berpapasan dengan Maretha ketika ia akan berangkat kuliah di pagi hari. Ia bisa membayangkan mereka berdua akan sarapan bersama, melihat dari apa yang dibawa gadis itu. Kadang Adelia melihat mereka berdua di perpustakaan, sedang belajar bersama atau yaaa cukup bersama saja. Kelihatannya gadis itu baik dan sayang kepada Bastian. Entah kenapa Adelia tidak merasa cemburu atau tertekan. She is happy for them.
Ia sendiri sekarang begitu bahagia bersama Hisyam. Cowok itu, walaupun lebih muda setahun dari Adelia, namun sangat dewasa. Omongannya kadang terlalu manis, kadang ia terlalu posesif, tapi sangat-sangat gentlement. Ia tidak akan memperbolehkan Adelia memegang belanjaan, ia akan membukakan pintu mobil untuknya, menarik kursi untuknya, sampai sering sekali mencium punggung tangannya. Ia memiliki julukan khusus untuk Adelia. "Princess Delia".
Adelia tidak mengerti latar belakang keluarga Hisyam, namun sepertinya ia berasal dari keluarga kaya. selain dari tinggal di asrama, hal-hal lainnya bisa dibilang lebih dari mewah. Mobilnya BMW miliknya kelihatan mencolok dibandingkan mobil-mobil penghuni asrama yang lain. Hisyam juga selalu mengajak Adelia ke restoran-restoran yang tidak murahan, dan kerap membelikan gadis itu hadiah atau apa saja yang menurut Adelia lucu. Entah itu jaket, tas tangan, buku, apapun yang menurut gadis itu tunjuk, ia akan membelikannya. Sering Adelia menghindarinya, namun cowok itu merasa senang bila bisa memberikan gadis itu sesuatu, terutama dari gajinya bekerja sebagai asisten chef di restoran kebab. Nahh, ngapain coba dia masih kerja disitu?
---
Hari Sabtu pagi bagi Adelia adalah waktu untuk meluruskan kaki dan tangan, setelah sehari sebelumnya ia bekerja berjam-jam di restoran Maya Masala. Namun hari ini Ravi membutuhkan bantuannya untuk newsletter KV. Ravi mendengar bila Adelia memiliki bakat dan minat di bidang design grafis, dan mungkin sedikit fotografi. Jadi hari ini ia mengundang gadis itu untuk datang ke flat 26 membicarakan kemungkinan merekrut Adelia menjadi tim newsletter KV.
Adelia membawakan bubur ayam Perth legendarisnya, lengkap dengan kontainer berisi teh yang rencana akan ia seduh di flat 26 itu. Ravi sangat antusias melihat 2 kontainer bubur itu! Mereka memutuskan untuk mengadakan rapat dengan santai sambil makan bubur dan meminum teh yang baru diseduh Adelia di flat itu. Wangi bubur bercampur teh langsung menyeruak common room flat 26. Mata Ravi bolak-balik merem-melek menikmati sarapannya.
"Ting nongggg....", bel berbunyi. Sekilas Ravi dan Adelia melihat ke arah pintu kaca itu, mereka saling berpandangan, siapakah yang akan membuka pintu itu? Ravi sepertinya masih enggan melepaskan sendok buburnya. Sedangkan Adelia, heeyyy dia kan tidak tinggal di flat itu!
Tidak berapa lama, Bastian keluar dari kamarnya dan membuka pintu utama itu. Ternyata itu Maretha, pacar Bastian. Ketika Maretha dipersilahkan masuk, Bastian baru menyadari bahwa ada Adelia di common room flatnya. Ravi dan Adelia seperti sepasang kekasih yang sedang menikmati sarapan bersama. Bastian sedikit iri melihat bubur dan teh itu. Ia menatap bingung kepada Ravi dan Adelia.
"OH She? The RA team was thingking of hiring Adelia as our Designer and Photographer for KV Newsletter. She is showing me some of her work in Indonesia. Apparently she was into this kinda business, and she was good at it", kata Ravi sambil memuji-muji Adelia dengan jempolnya. Gadis itu hanya mengangkat-angkat bahunya sambil tersenyum ke arah Bastian dan Ravi secara bergantian.
"Enjoying your breakfast?", tanya Bastian iri. Ravi tersedak dan tertawa. Ia memberikan jempol sambil menunjuk bubur dengan tangannya yang lain.
"Bastian, this teaaaa...heemmm... better than any other tea that I drank before", katanya tambah membuat Bastian itu iri. Cowok itu menyipitkan matanya, walaupun yaaa gak kelihatan juga sih dibalik rambut-tambut bak tirai di dahinya itu. Adelia tertawa mesem-mesem sambil menyeruput tehnya.
"Bagi donk tehnya!", pinta Bastian. Adelia mempersilahkan, dan refleks mengambil sembarang gelas untuk menuangkannya ke Bastian dan Maretha. Ia sendiri heran, kenapa ia bersikap baik dan tidak kasar kepada Bastian. Tumben. Apakah karena ada gadis itu? Malu donk kalo kasar-kasar hihihi.
"Loh, orang Indo toh?", tanya Maretha menatap Adelia. Gadis itu baru saja menuangkan 2 gelas teh untuk Bastian dan Maretha. Adelia mengangguk sambil tersenyum manis. "Dari Jakarta?", tanyanya lagi. Adelia kembali mengangguk. Maretha tiba-tiba memasang muka serius. Ia tidak suka ini, kenapa Bastian tidak pernah bercerita bahwa ada mahasiswa Indonesia lainnya yang tinggal di asramanya.
"Kalian udah lama kenal?", tanyanya kepada Bastian, sambil melihat ke arah Adelia, Ravi dan Bastian secara bergantian. Mulut Bastian kelu dan kaku. Ia tidak ingin hubungan barunya ini di nodai oleh kecemburuan. Mereka sedang dalam tahap "bulan madu". Ravi dan Adelia saling berpandangan. Walaupun Ravi tidak paham bahasa Indonesia, tapi ia sangat memahami apa yang sedang terjadi. Mereka merasa, harus membantu Bastian.
"Well, we all know each other, I mean, we all are neighbours. Bastian and Adelia both are new student this semester", jawab Ravi mantap. Ia tidak berbohong. Adelia mengangguk dengan cepat berkali-kali. "Aku tinggal di lantai atas", jawabnya manis. Maretha memperhatikan gaya Adelia. Cewek itu mencepol rambutnya asal-asalan, tanpa make-up, dan sepertinya belum mandi. Ia mengenakan sweater putih kedodoran, celana piyama, dan kaus kaki bergaris-garis. Sangat kekanak-kanakan. Kelihatan gadis itu juga tidak terlalu intelek. Cantik tapi bodoh. Ia sedikit lega. Bukan tandingannya.
"Ada bubur lagi gak?", tanya Bastian. Adelia menggeleng sambil tersenyum. Mereka sama-sama melihat 1 kontainer berisi bubur yang sepertinya belum ada yang punya. Adelia langsung menyeretnya kearahnya. "Sorry, this is for my boyfriend", katanya sambil tersenyum jahil. Entah ia ingin memproklamirkan kepada Bastian kalo "bukan hanya elooo yang punya pacar", atau ingin memberikan ketenangan bagi Maretha. Bastian mendengus, yang membuat Ravi tertawa ngakak. Ia buru-buru menghabiskan teh buatan Adelia dan mengajak Maretha masuk ke kamarnya.
"Love birds", ejek Ravi sambil mencibir ke arah kamar Bastian. Kemudian dia menatap Adelia. "I really thought you guys will ended up together as a couple. Really!", Ravi berspekulasi. Adelia hanya tersenyum. "I mean, you guys looks good with one another. Maybe I was wrong, becuase you guys are the only Indonesian I know", katanya. Adelia tertawa. Oh andaikan saja Ravi tau apa yang sebenarnya terjadi. Ya, mungkin saja mereka akhirnya akan bersama nanti. Mau tidak mau.
---
Setelah selesai meeting pagi bersama Ravi, Adelia melangkahkan kakinya menuju Flat Hisyam. Ketika cowok itu membukakan pintu flatnya, ia tidak mengijinkan Adelia untuk masuk.
"Emir is sleeping in my room", katanya. Adelia tidak masalah. Ia hanya menyodorkan bubur yang telah ia buat untuk cowok itu dan pamit pulang. Lagi pula nanti malam mereka akan pergi ke salah satu klab terkenal untuk merayakan ulang tahun salah satu teman Emir dan Hisyam. Mungkin mereka sedang beristirahat untuk pesta nanti malam.
Adelia kembali ke flatnya dan bersiap-siap untuk melakukan ritual SPA ala Perth. Maksudnya ya ritual spa dirumah, karena sekarang lebih mahal bila ia harus melakukan perawatan kulit dan rambutnya di SPA beneran. Ia sudah melengkapi seluruh kebutuhannya untuk kegiatan yang satu itu. Lulur, krim untuk rambut, masker, gunting kuku, vitamin kuku, serum wajah, serum rambut, sampai body butter. Ia ingin terlihat fresh dan wangi malam ini. Sekilas ia melirik gaun merah maroon yang akania kenakan nanti malam. Seksi, tapi tidak muraha. Ia memegang lembut coat kuliat dengan aksen bulu-bulu di bagian leher yang dibelikan Hisyam minggu lalu. Mahal dan sangat nyaman.
Setelah menghabiskan 3 jam ritual salon-salonan, ia mandi dan mengeringkan rambutnya. Sekarang ia telah wangi, fresh dan glowing walau hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan rok panjang motif batik yang ia beli di jogja. Rambutnya yang lurus panjang ia biarkan bernafas setelah perawatan paripurna.
"Ting nongggg", Adelia tau saat ini semua penghuni flat sedang keluar melakukan berbagai hal. Ia berinisiatif membuka pintu. Ia terkejut melihat siapa yang berdiri di balik pintu kaca itu. Bastian.