Adelia mematut-matut dirinya di cermin panjang kamarnya. Gaun maroon selutut tanpa lengan itu pas sekali dengannya. Bahannya mengkilap dengan aksen sedikit rumbai halus mengkilap di bagian bawah roknya. Adelia bisa membayangkan ilusi apa yang akan diciptakan gaun ketika ia berdansa nanti. Sepatu runcing yang akan ia kenakan mungkin sedikit tidak nyaman, tapi sepatu hitam mengkilap itu sangat cocok dengan gaun dan jaket kulit panjang pemberian Hisyam. Ia menabung sebulan dari Maya Masala untuk membelinya. Ia bersyukur ketika ia membelinya, tepat ada diskon 50%. Ukuran yang tersisa hanya 38, ukurannya. Di saat seperti ini ia beruntung memiliki badan serba mungil.
Ia mengoreksi lagi riasannya. Ia berhati-hati mengoleskan seluruh produk make-up yang bisa ia temukan di kotak ajaibnya itu, ia tidak ingin membuat Hisyam malu. Ia menghabiskan waktu tepat sejam hanya untuk menghias wajah dan rambutnya. Setelah super wangi akibat hair SPA di siang hari, ia hanya perlu menjepit rambutnya di beberapa sisi agar tidak terlalu berantakan bila nanti ia harus berdansa gila-gilaan.
"Ting nongggg", sebuah bel berbunyi. Adelia bisa menebak. Itu pasti Hisyam. Ia merampas tas tangan yang ukurannya sedikit lebih besar dari dompetnya sehari-hari. Isinya hanya ada uang 55 dollar dengan berbagai pecahan, paspor, HP dan kunci flatnya. Ia menyemprotkan sedikit parfum di pergelangan tangannya, menggosoknya pelan dan ia tempelkan sedikit di area lehernya. Aroma mawar langsung menjalar ke seluruh bagian atas tubuh Adelia.
Hisyam sudah berdiri di balik pintu kaca flatnya. Adelia menahan nafasnya dan mengagumi pacarnya itu. Hisyam memang tampan. Dengan kulitnya yang sedikit sawo matang, badannya yang proporsional, dan matanya yang super tajam. Malam ini ia mengenakan celana hitam dari, kemeja berwarna biru dengan sedikit corak garis di berbagai bagian. Seperti sebuah keluaran brand ternama. Ia mengenakan jaket dengan merek yang sama dengan Adelia, tapi tanpa aksen bulu di bagian lehernya. Ya, ini memang jaket couple. Ia memasukkan salah stu tangannya ke saku jaketnya dan menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan yang lain.
"Hello handsome", kata Adelia ketika ia membukakan pintu kepada cowok itu. Hisyam maju dan melangkah, menabrakkan tubuhnya pelan ke tubuh Adelia. Ia mengecup pelan bibir Adelia yang sudah berwarna merah maroon. Untung saja lisptick itu "kiss proof", sehingga Adelia tidak perlu kuatir akan menempel di bibir cowok itu. Hisyam menghirup aroma wajah dan rambut Adelia. Ia merasa mabuk kepayang.
"Hello my Princess Delia", jawabnya sambil tersenyum manis. Delia dapat merasakan nafasnya di ujung hidungnya. Tanpa berbicara lebih banyak, ia menggenggam tangan Adelia dan membawanya berjalan cepat, seakan-akan ingin mencuri gadis itu dari flatnya. Mereka berdua tertawa cekikikan sampai akhirnya memasuki mobil BMW Hisyam. Ketika Adelia sudah mendudukkan dirinya dengan rapi di kursi penumpang depan, Hisyam merogoh sesuatu dari kursi belakang. Ia meletakkannya di pangkuan Adelia. Sebuah buket bunga mawar merah berukuran sedang. Mawar itu ukurannya sangat besar, tidak seperti mawar-mawar yang pernah Adelia lihat di Indo. Wangi mawar merebak, entah itu dari buket bunga, atau dari tubuh Adelia. Yang jelas, wajahnya pasti bersemu merah.
"To my precious princess, tapi ternyata, my princess lebih cantik dari this flowers", katanya menggoda. Adelia tersenyum dan tersipu malu. Ini pertama kalinya ia menerima bunga dari seorang cowok. Ia menghirup wanginya. Mirip dengan parfum yang sedang ia gunakanya sekarang. Apakah selama ini Hisyam menyadari bahwa ini adalah wewangian favoritnya? Adelia membelai pipi cowok itu dengan lembut.
"You're so sweet, I think it would hurt my teeth", kata Adelia bercanda sambil tertawa cekikikan. "You're so kind, I feel like keeping your forever", kata Adelia lagi. Itu hanya sebuah kata-kata yang sering ia baca di kartu ucapan, novel, atau drama. Hanya sepaket dengan ucapan gombal yang lain, tapi entah kenapa ia hanya ingin mengucapkannya sekarang. Padahal, ia belum yakin akan masa depannya sebenarnya. Namun saat ini, ia sangat nyaman, sangat tersanjung, sangat bahagia bersama Hisyam. Cowok ini memperlakukannya bak PUTRI.
------
Mereka memasuki sebuah club yang cukup mewah di daerah Subiaco. Adelia tersenyum simpul. Biasanya ia hanya ke daerah ini hanya untuk membeli buah di pasar buah dan sayur setiap hari Minggu bersama Malik, Lisa dan Justin. Ia belum benar-benar mengeksplorasi daerah ini. Tidak menyangka, ada sebuah tempat yang cukup mewah, dengan musik yang asik dan makanan yang super lezat. Kelihatan dari para tamu yang hadir, hanya yang memiliki reservasi dan super kaya yang bisa menikmati suasana disini.
Yang berulang tahun pada malam ini adalah Irawan, sahabat Hisyam dan Emir. Hanya saja, beberapa bulan terakhir ini Irawan jarang terlihat karena ia pulang beberapa saat ke KL. Ia telah lulus dari Curtin semester yang lalu, dan kembali untuk bekerja beberapa bulan di perusahaan orangtuanya. Namun sepertinya ia bosan, dan ia kemudian mendaftar lagi untuk mengikuti kelas pasca sarjana yang akan dimulai semester depan. Sama seperti Adelia setelah ia menyelesaikan program bridgingnya.
Mereka berkumpul di salah satu sudut klab itu, dimana puluhan tamu undangan Irawan berkumpul untuk makan malam yang ringan. Menu malam ini adalah aneka finger food yang kelihatan mahal, dikemas dalam aneka bentuk ukuran kecil yang indah. Makanan-makanan itu ditusuk menggunakan tusuk gigi, sehingga para tamu tinggal haaaappp dan mencampakkan si tusuk gigi itu. Aneka wine putih dan merah berjejer bersama gelas-gelas yang mengkilap. Lagi, sebuah piramida gelas-gelas sampanye sudah menunggu untuk acara utama, di samping sebuah kue ulang tahun bertingkat dua dengan motif salah satu tim sepakbola favorit Irawan.
"Hey Hisyam! You came! Sihat my brother?", tanya sang ultah kepada Hisyam. Mereka saling berjabat tangan ala penyanyi rap dan berpelukan erat. Irawan melihat ke arah Adelia dan tersenyum. "Awwww you are still with this kebab girl? So cute you twoooo", katanya sambil melambai ke arah Adelia. HAH? Kebab girl? Adelia tersenyum namun ia tidak tahan untuk tidak melihat mimik Hisyam. Cowok itu memejamkan matanya dengan lembut dan tersenyum, kemudian menggeleng. Teman-temannya yang mendengar percakapan itu tersenyum kaku. Suasana menjadi kikuk.
"Kau butaaaa keeer? Tak nampak kah gadis Indon ni lebih lawaaaa. More beautiful!", kata Emir mencoba mencairkan suasana. Irawan terkejut dan membuka matanya lebih lebar ke arah Adelia. "Hah? You're Indon?", tanyanya. Namun kemudian dia merasa bersalah karena mengucapkannya, seakan-akan ia baru saja melecehkan Adelia. Sekarang muka Hisyam menjadi lebih tegang. Adelia merasa bersalah, karena ia kah suasana menjadi aneh seperti ini? Ia buru-buru menyodorkan tangan kecilnya kearah Irawan.
"Hi Irawan, I heard so much about you! Hisyam said you are some computer genius!", kata Adelia dengan super semangat sambil menyibakkan rambut indahnya dengan sekali sentakan lehernya. Seakan-akan ia ingin mengatakan, siapapun kebab girl itu, "I am better". Irawan membelalakkan matanya. Ia tidak menyangka gadis ini penuh semangat juga. Ia menyambut satu tangan Adelia dengan kedua tangannya dan menggoncangkannya dengan penuh semangat juga.
"Hahahahah ya ya ya, aku nih nak kena culik Bill Gates laah", katanya mencoba bercanda sambil tertawa. Ia menatap sekilas Hisyam dengan masih kuatir. Adelia mengatupkan kedua tangannya seakan-akan sedang berdoa, "Happy birthday Irawan. All the best for you! Letss Party!!!", kata Adelia yang kemudian merentangkan tangannya dengan penuh keceriaan. Suasana menjadi lebih bersemangat. Beberapa yang berkumpul kikuk tadi menjadi lebur bersama musik, makanan dan minuman alkohol.
Setelah beberapa tusuk makanan, 2 gelas wine super mahal, Adelia dan Hisyam mulai turun berdansa. Cowok itu memegang pinggul Adelia dan berdansa ala-ala gangster kulit hitam seperti di video clip. Matanya terus menatap mata Adelia dengan posesif. Bahkan aura yang di keluarkannya pun sangat mendominasi dan mengancam. Ia mendelik tajam pada teman-temannya yang menatap Adelia, seakan ia akan menerkam temannya yang mengkhianatinya. Padahal, siapa juga yang berani mengganggu Adelia?
Setelah sejam lebih berajojing ria dengan Hisyam dan beberapa teman perempuan mereka, Adelia harus pamit untuk memberbaiki apapun yang bisa di perbaiki di toilet wanita. Toilet itu sangat besar, bersih, terang dan nyaman. Begitu terangnya sampai Adelia bisa melihat bedaknya mulai luntur dan rambutnya sudah mulai awut-awutan. Setelah menggunakan kamar kecil, ia mencoba memperbaiki tatanan rambutnya, dan melap keringat di bagian leher dan wajahnya. Ia paham, next ia harus membawa sebuah sisir kecil bila pergi ke acara seperti ini.
"You must be wondering about the kebab girl, aren't you?", tanya seseorang di samping Adelia. Seorang gadis dengan gaun hitam tanpa lengan, dengan rok hanya setengah paha. Tubuhnya tinggi dan sexy, dengan rambut sependek leher dengan potongan indah. Pasti biaya potongnya mahal. Adelia pernah melihatnya di pesta ulang tahun Emir, dan beberapa kali ketika mereka sedang ngumpul bareng di Northbridge. Entah itu untuk makan malam bersama atau berpindah-pindah club di sana. Namun Hisyam tidak memberi kesempatan kepada Adelia untuk benar-benar berteman akrab dengan cewek-cewek Malaysia itu.
"Who's kebab girl?", tanya Adelia ramah. Adelia tidak tahu apa niat cewek ini mendekatinya. Adelia bisa merasakan aura iri, dengki, konspirasi, atau apapun itu. Tapi ia tetap memasang wajah bersahabat, lugu dan naif.
"Hisyam ex-girlfriend. They both work in that kebab place before. I didn't know they broke up already. Karena itu I macam shock, when he told us that He's with you now....", jelasnya pelan. Adelia tersenyum dan hanya mampu berkata ooohhh. Memangnya dia bisa bilang apa lagi?
"She took off this semester, she is hospitalized. I haven't heard about her recently", katanya lagi. Adelia kaget dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Is she ok? Dia sakit apa?", Adelia membayangkan gadis kebab itu korban kecelakaan, kakinya remuk, atau pasien kanker, atau mungkin buta? Kenapa Hisyam meninggalkannya? Ada rasa bersalah mendalam yang tiba-tiba menghantui hati Adelia. Apakah saat ini ia tengah bersenang-senang di atas penderitaan gadis lain? Cewek Malaysia itu tersenyum dan kelihatannya sedikit mendengus. Seperti, apa yang telah ia rencanakan telah berhasil. Menanamkan sesuatu di benak Adelia.
"She is not that sick. She is not in that kinda hospital. It's a rehab center. Drug addict rehab somewhere in Perth", katanya lagi sambil meninggalkan Adelia di toilet sendirian. Hahh.... drug addict? Jadi mantan pacar Hisyam adalah seorang pecandu narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi di sebuah rumah sakit di Perth. Jadi mereka mungkin baru berpisah beberapa bulan ketika akhirnya ia dan Hisyam berhubungan. Dan saat ini keberadaannya belum di ketahui, masih disitu, atau sudah keluar. Kenapa Hisyam tidak pernah menceritakannya?
"That's why Hisyam is still working in that stupid kebab place. He was hoping Kirra will find Hisyam in that place. If I were you, I would be worry. I heard that she's back…", katanya lagi sambil keluar dari toilet.
Adelia kembali memperbaiki riasannya, dan suasana hatinya. Ya... malam ini. Adelia ingin bertanya dengan jelas. Walaupun itu mungkin hanya masa lalu bagi Hisyam, tapi Adelia tidak ingin dihantui. Ia tidak ingin dibanding-bandingkan apalagi menjadi pengganti. Ia jadi paham kenapa Hisyam masih tetap bekerja di gerai kebab itu. Ia menunggu cewek itu kembali. Benarkah? Tapi bagaimana dengan perhatian yang luar biasa dari Hisyam kepada Adelia selama ini?
Ketika Adelia keluar, suasana semakin kacau karena alkohol sudah lebih terserap ke tubuh para tamu. Mereka mulai melompat-lompat dan berdansa, bernyanyi mengikuti kemauan sang DJ. Makanan di meja sudah habis dan mulai diangkut oleh beberapa pelayan, dan diisi oleh lebih banyak alkohol dan air putih mineral botolan mahal. Adelia mengambil salah satu botol air mineral itu. Ia harus waras malam ini. Ia harus menginterview Hisyam. Tapi, dimana cowok itu?
Adelia berjalan mengarungi kerumunan itu, berharap menemukan pacarnya. Tapi nihil. Ia mencoba mencari wajah-wajah yang ia kenal. Irawam, Emir, atau si cewek Malaysia tadi. Siapapun! Dengan panik, ia menarik salah satu teman Hisyam yang paling ia kenal wajahnya.
"Where is Hisyam?", tanyanya panik. Sang cowok yang sudah setengah teler menggelengkan kepalanya dan mengangkat tangannya setinggi dada memimik "tak tahu" kepada Adelia. Adelia terus menarik orang lain dan menanyakan hal yang sama, namun tidak ada yang bisa menjelaskan kemana Hisyam. Apakah masih di gedung itu, atau sudah keluar.
Mobil! Mobil! Adelia ingat kalau mereka datang ke klab itu menggunakan mobil. Adelia segera keluar dari klab itu dan setengah berlari ke arah mobil di parkir. Sialnya, mobil itu diparkir menggunakan Valet, dan Adelia lupa nomor plat mobil Hisyam. Ia mencoba bertanya kepada petugas valet, tapi sang cowok tidak mau memberikan informasi apapun.
Adelia berdiri terpaku di pinggir jalan, tepat di samping petugas Valet. Cowok bule itu menjadi serba salah. Ia berusaha menenangkan Adelia yang mulai menangis di pinggir jalan. "Should I call someone for you?", tanyanya.
Ya...Adelia harus menelfon seseorang. Ia mengambil HP dan menemukan 1 nomor yang mungkin akan membantunya malam ini…