Erlan sedang menelpon Dokter Rina menanyakan hasil pemeriksaan Manda tadi. Erlan menghela nafasnya ketika Dokter Rina mengatakan bahwa Manda kurang tidur, banyak pikiran yang membuat dirinya stres dan hal itu juga yang memicu panas tubuh Manda. Erlan memijat keningnya yang berdenyut, kepalanya sudah ingin pecah karena terlalu banyak yang harus ia pikir dan lakukan. Jika sudah begini Erlan jadi semakin ragu untuk keluar kota, tapi proyek kali ini benar-benar besar bagi Erlan dan Erlan tidak bisa meminta orang lain untuk mewakilinya di hari pertama Erlan dan kliennya bertemu, bisa terkesan jelek nanti.
Tapi perasaan Erlan juga kurang nyaman jika meninggalkan Manda dalam keadaan sakit begini. Erlan menuju gudang ia teringat jika ia ingin mengambil sesuatu yang dulu ia simpan di dalam gudang. Manda keluar dari kamar untuk mencari Erlan. Ia berjalan tanpa alas kaki ke sana dan kemari.
Manda menuju garasi untuk melihat apakah mobil Erlan masih disana atau tidak. Manda melihat satu persatu mobil dan motor didalam garasi hanya satu mobil yang tak ada, mobil yang sering digunakan Pak Mar jika mengantarkan orang rumah. Erlan jarang pakai mobil itu, jadi tak mungkinkan dia pergi dengan mobil itu?
Manda menutup pintu garasi menuju teras depan. Manda memanggil nama Erlan tapi laki-laki itu tak kunjung menyahutinya.
Erlan keluar dari gudang sambil membawa kotak berisi mainannya semasa kecil, ia akan menyumbangkan mainan itu kepada panti dekat sini. Karena kemarin tak sengaja Erlan melihat anak kecil yang berebut mainan di tepi jalan dan ternyata mereka anak panti asuhan tersebut.
Erlan menaruhnya di dekat kran air taman belakang ia akan meminta tolong Pak Mar atau Bik Surti untuk mencucinya dahulu. Erlan naik ke kamarnya, ia mengerutkan dahinya ketika Manda tak ada didalam kamar. "Kamar mandi kali ya?" pikir Erlan.
Erlan merebahkan tubuhnya, menjadikan tangan kirinya sebagai bantalan kepalanya lalu ia memejamkan matanya. Sebuah deringan ponsel membuat Erlan tidak jadi memejamkan matanya. Erlan meraba kasur dengan tangan kanannya mencari sumber getaran itu.
Ponsel Manda yang bergetar, panggilan dari nomor tak dikenal. Erlan menatap aneh nomor ini, ia hendak mengangkatnya tapi sambungan itu keburu berhenti. Erlan menggeserkan layar ponsel Manda membuka kunci ponsel itu. Erlan membuka daftar panggilan yang masuk. Erlan mengecek apakah Manda pernah pernah berhubungan dengan orang ini, tapi tak ada artinya Manda tak pernah berhubungan dengan orang ini.
Sebuah pesan masuk kedalam ponsel Manda.
("Manda, ini Permana. Maaf aku ganti nomor. Oh iya kapan kira-kira kita bisa bertemu?")
Erlan menyatukan kedua alisnya, Permana?
Erlan mencari di daftar nomor ponsel Manda. Dan benar saja ia menemukan nama yang sama. Permana Lolipop? penjual lolipop tapi kenapa dia mau bertemu Manda? Manda belum bayar emangnya?
Erlan mengecek di pesan masuk milik Manda mungkin saja Erlan menemukan sesuatu. Erlan mendapatkan nama yang sama, ia membaca seksama pesan satu demi satu pesan dan balasan itu. Tak ada yang aneh memang hanya orang itu yang menyapa Manda dan Manda membalas dengan kata-kata yang biasa saja tapi lama kelamaan laki-laki ini sedikit mengganggu Erlan karena dia begitu mengenal istrinya dan meminta Manda untuk bertemu, kenapa Manda tak pernah bercerita padanya?
Sampai Erlan menemukan kata-kata dalam pesan itu yang membuat dirinya tak suka sama sekali, Erlan mengeraskan rahangnya lalu melemparkan ponsel Manda di atas kasur. Manda masuk kedalam kamar dan mendapati Erlan yang sudah rebahan di kasur, "Kamu dari mana?" tanya judes Erlan pada Manda.
"Cari kamu, aku kira kamu di depan aku cari kamu disana," jawab Manda sambil takut menatap Erlan. Ia masih merasa bersalah pada Erlan soal gaun tadi.
Erlan bangun dari tidurnya lalu berjalan keluar dari kamar, "Tuh di tanyain cowok kamu," kata Erlan sambil melewati Manda yang ada di dekat pintu.
Manda menatap Erlan yang turun tangga dengan kening yang berkerut. Siapa yang dimaksud Erlan sih? Manda menghela nafasnya kembali sambil mengelus perutnya yang membuncit, salah Manda juga yang tak berpikir dewasa.
. . . .
Manda bersedih hati, Erlan benar-benar marah sepertinya. Dia hanya diam, jika biasanya mereka setelah sholat berbicara sebentar atau cium kening seperti biasa ini Erlan tak sama sekali, ia langsung pergi dengan diamnya yang justru terkesan menakutkan bagi Manda.
Manda merebahkan tubuhnya di kasur, ini sudah malam dan Erlan belum kembali ke dalam kamar. Makan malam Erlan memilih untuk makan dibawah sedangkan Manda makan di dalam kamar karena Bunda yang memaksanya. Dan Erlan tak kembali-kembali.
Manda mematikan lampu kamar membiarkan lampu tidur menyala. Ponsel Manda bergetar membuat dirinya mencari ponselnya berada, Manda kembali menyalakan lampu mencari ponselnya.
("Kok cuma dibaca Man, aku ganggu ya? ya udah kalau gitu jangan lupa kabari aku ya.")
Manda membaca pesan itu dan juga membaca pesan sebelumnya. Ia mendesah kecewa, sekarang Manda paham apa maksud cowok yang tadi Erlan sebutkan. Ini pasti karena pesan Permana dan Permana yang bilang dulu ia pernah mengajaknya nikah, tapikan itu waktu kecil anak kecil suka main mama papa, pasaran, nikah-nikahan dan sebagainya.
"Ya Allah Nak, maafin Bunda ya." Manda mengelus perutnya, kembar merindukan elusan ayahnya tapi malah Manda membuat Erlan marah begini. Ditambah insiden pesan dari Permana, lengkap sudah.
Manda memilih tidur lebih dulu bukan karena ia tak mau menunggu Erlan tapi efek obat yang diberikan membuat matanya mengantuk. Manda menyampingkan tubuhnya ke sisi kanan dimana biasanya Erlan tidur, Manda mengelus perutnya.
23.57
Erlan masuk kedalam kamar, ia sengaja masuk malam-malam menghindari Manda. Jika kalian jadi Erlan kalian pasti akan memilih menghindar. Laki-laki bernama Permana itu benar-benar membuat Erlan marah, dia mengungkit semua kenangan dimasa lalu Manda.
Dipikiran Erlan jangan-jangan Permana yang membuat Manda banyak pikiran sampai Manda harus stress dan sakit seperti ini. Dan yang paling membuat Erlan marah adalah laki-laki itu bisa-bisanya melamar Manda padahal jelas-jelas Manda sudah bilang jika ia sudah menjadi seorang istri!
"Dasar pebinor, perebut bini orang! gak punya otak tuh manusia! belum tahu siapa Gue kali ya! lihat aja ya sampai tuh orang deket deket Manda lagi!"
Erlan memilih untuk tidur di sofa.Erlan mengambil bantal tidurnya lalu menaruhnya di sofa sebelumnya Erlan membenarkan letak selimut Manda agar Manda lebih hangat dan nyaman. Erlan menarik bawahan sofa agar lebih panjang dan menarik sofa agar ia dapat menatap Manda yang sedang tertidur.
Erlan memiringkan posisi tidurnya, kenapa Erlan sekarang takut ya. Permana adalah cinta pertama Manda, sedangkan Erlan adalah orang yang baru dikehidupan Manda. Yang tiba-tiba datang dan menjadikan Manda seorang istri, menarik Manda dengan kehidupan asing bahkan membuat Manda tidak bisa menikmati kehidupan diusia mereka yang seharusnya.