Satu hari berlalu dengan rasa gundah, Manda malas membuka matanya karena hari ini sama seperti kemarin. "Manda, kamu udah bangun Man?" suara Bunda membuat mata Manda terbuka.
"Man? hari ini jadi periksa kembarkan?" teriak Bunda dari luar kamar. Manda menepuk dahinya ia sampai lupa kalau hari ini adalah jadwal sikembar periksa.
"Iya Bunda sebentar."
Manda menyibakkan selimutnya lalu turun dari kasur dan menuju kamar mandi. Setelah selesai Manda menuju lemari bajunya mengambil baju lengan panjang berwarna coklat susu dan rok berwarna coklat kayu diatas mata kaki.
Manda memberikan krim diwajahnya lalu memoleskan wajahnya dengan bedak dan liptint, mengambil tas selempang warna putihnya lalu menuju rak sepatu dan sandal.
Manda mengambil flat shoes hitam coklat miliknya. Manda mengambil satu jepit rambut dan menjepit sisi kiri rambutnya membiarkan rambutnya yang ikal tergerai.
"Maaf ya Bun lama banget." Manda turun menuju Bunda yang ada di dapur sedang mengambil air minum. "Iya gak papa, yok kita berangkat sekarang."
Bunda memilih untuk mengendarai mobil sendiri, Manda yang memang tidak bisa mengendarai mobil atau motor hanya bisa iya-iya aja. Pada akhirnya ia sama saja duduk.
Bunda bercerita banyak seperti biasa, tapi kali ini Bunda sama sekali tidak menyenggol atau membahas hal-hal berbau Erlan. Manda merasa ada yang aneh dari mertuanya, karena Bunda sangat sering menceritakan Papa dan Erlan tapi sekarang setiap Manda mengarahkan kesana Bunda selalu memilih untuk mengubah topik.
Manda berpikir, jangan-jangan Bunda tahu jika ia dan anaknya sedang bertengkar. Dan apa Bunda juga tahu alasan mereka bertengkar, tapi jika ia kenapa Bunda masih baik dengan Manda.
Mereka sudah sampai di rumah sakit dimana biasanya Manda periksa. Manda dan Bunda langsung menuju ruangan Dokter Rina, mereka sudah membuat janji dan tak perlu mengantri.
Dokter Rina menyambut kedatangan Manda dan Bunda dengan senyuman. "Apa kabar Manda? sudah lebih baikan Manda?" tanya Dokter Rina.
Manda mengangguk, Dokter Rina meminta Manda untuk berbaring di brankarnya lalu mulai memeriksa bayi kembar Manda. Bunda tak henti-hentinya menatap layar itu sambil sesekali menanyakan pada Dokter Rina. Manda jadi teringat Erlan, biasanya Erlan yang paling antusias jika saat periksa seperti ini.
"Dok, saya sering ngerasain perut saya kayak mmm apa ya Dok kayak lagi laper tapi saya gak lagi laper, gimana ya dok jelasinnya," ucap Manda bingung. Dokter Rina terkekeh begitu pula dengan Bunda.
"Itu artinya bayinya gerak Man. Seringnya waktu tidur sana dudukkan?" tanya Dokter Rina, Manda mengangguk.
"Tapi Dok dari yang saya baca biasanya itu enam belas minggu baru bisa rasakan, kandungan saya masih empat belas minggu Dok," jawab Manda dengan sedikit khawatir.
"Usia tiga belas atau empat belas juga ada kok yang sudah merasakannya, itu termasuk wajar kok Man. Udah seberapa sering?" ucap Dokter Rina sambil mengelap perut Manda dengan tisu.
"Lumayan sering sih Dok, kadang kalau lagi tiduran lama dikamar bisa sepuluh lebih Dok, itu gak papakan Dok?" tanya Manda takut-takut. "Gak papa kok."
Manda menutup bajunya lalu merapikan baju terusannya, lalu berjalan ke kursi dekat Bunda di hadapan Dokter Rina.
"Masih sering pusing gak Man?" Manda menggeleng, ia sudah tak merasakan pusing, panasnya juga sudah tak terasa lagi. Mungkin benar, ia terlalu stres karena terus begadang sampai kemarin ia berhalu yang aneh-aneh.
Dokter Rina banyak memberi Manda wejangan, agar tidak ada kejadian seperti kemarin. Setelah selesai Manda dan Bunda periksa kembar mereka langsung pulang, tapi Bunda tak bisa mengantarkan Manda pulang karena Bunda harus ke kantor.
"Bunda telponin Pak Mar sebentar, maaf ya Man Bunda jadi gak bisa nganter kamu pulang," ucap Bunda dengan sedih. Padahal dirinya tadi sudah mengusahakan untuk mengosongkan jadwalnya satu hari ini.
"Gak papa kok Bun, Bunda kalau buru-buru Manda gak papa kok ditinggal, Pak Mar paling juga sebentar lagi sampai disini."
Bunda menghela nafasnya, ia jadi merasa bersalah pada menantunya. Ini adalah pertama kalinya ia menemani menantunya periksa malah dirinya sibuk sekali. "Maafin Bunda ya sayang. Bunda tinggal dulu ya, kamu disini biar Pak Mar yang masuk ke lobby oke?" Manda mengangguk ia lalu mengambil tangan Bunda untuk salim.
Bunda berjalan meninggalkan Manda menuju mobilnya. Manda menunggu Pak Mar di kursi panjang di lobby. Manda sesekali mengelus perutnya, ia kembali merasakan hal tersebut. Getaran yang halus didalam perutnya terasa, membuat hatinya ikut berdesir. "Anak-anak Bunda lagi pada napa nih?" tanya Manda pelan pada ketiga anaknya.
Manda melihat hasil USG kembar, salah satu diantara mereka ada yang terus aktif bergerak kata Dokter Rina. Bahkan Dokter Rina mencetak hasil USG diwaktu yang pas ketika salah satu dari mereka akan melakukan gerakan membuat seluruh wajahnya terlihat jelas. Manda tersenyum haru artinya anak-anaknya sehat semua.
"Ayah pasti senang banget lihat ini. Kayaknya Bunda harus yang mulai deh, Bunda coba ya semoga aja Ayah lagi gak sibuk dan mau angkat telpon."
Sambungan pertama operator yang menjawabnya. Manda kembali mencoba, kali ini terdengar nada sambung. "Halo."
Manda yang awalnya senang langsung luntur senyumannya, itu bukan suara Erlan. "H-Halo, Erlannya ada?" tanya Manda.
("Ada, tapi lagi meeting ada yang mau disampaikan?")
Manda menghela nafasnya, Erlan ternyata masih sibuk. "Oh gitu, engga ada kok. Terimakasih ya." Manda mematikan ponselnya ia harus menelan kekecewaan lagi. Akhirnya Manda memilih untuk mengirim hasil USG itu pada nomor Erlan. Berharap Erlan melihatnya lalu menelponnya balik untuk menanyakan keadaan dirinya atau kembar.
"Non Manda."
Manda memutar kepalanya, Pak Mar jalan cepat menuju Manda, "Maaf ya Non nunggu lama, saya tadi isi bensin dulu Non."
"Gak papa kok Pak, gak lama juga. Kalau gitu kita langsung pulang aja Pak," ucap Manda. Pak Mar mengangguk lalu mempersilahkan Manda berjalan terlebih dahulu.
Sampai diparkiran mobil, Pak Mar menekan kunci mobil sehingga membuat mobil itu mengedipkan lampunya dan mengeluarkan suara. Manda hendak membuka pintu mobilnya tapi ia terhenti ketika satu wajah yang tak asing masuk ke pengelihatannya. Orang yang baru saja lewat mirip sama Gerlan yang pernah ditunjukkin oleh Erlan dulu.
"Tunggu bukannya orang yang disamping orang yang mirip Gerlan itu, orang yang dulu di pesta Reno meminta tolong pada Aku? Kok bisa barengan kayak waktu papasan mereka bilang gak kenal deh."
"Non, ayo Non udah mulai panas kasian Non." Teriakan Pak Mar membuat Manda langsung tersadar.
Ia masuk kedalam mobil jok belakang lalu menutup pintu mobil kembali. "Kenapa juga aku pikirin mereka, ya sudahlah."