Chereads / DANGEROUS MAN / Chapter 13 - Pertikaian

Chapter 13 - Pertikaian

HAPPY READING!

ENJOY!

***

Bella memasuki sebuah ruangan dengan dominasi warna cat merah muda yang kontras. Western mematuhi perintah Mil untuk mengantarnya pada kamar baru yang akan menjadi tempatnya kini. Baguslah, setidaknya Bella tidak terlalu sering bertemu dan menatap manik tajam pria itu.

"Silahkan kau lihat-lihat dulu, nona. Jika ada yang kurang kau bisa memberitahuku dan aku akan langsung menurutinya." suara Western yang berdiri di belakang Bella berhasil gadis itu tangkap. Bella berbalik dan menatapnya tersenyum.

"Ini lebih dari cukup. Aku tidak membutuhkan apapun lagi. Terimakasih Western. Kau yang terbaik." Menyunggingkan seutas senyum. Western yang mendengar penuturan itu sedikit menunduk malu.

"Kau bisa saja, nona. Sebenarnya ini sudah tugas saya. Jika kau sangat suka dengan ruangan ini, maka itu sangat baik. Kau bisa langsung menempatinya dan memindahkan semua barangmu ke kamar ini." balas Western.

Bella sedikit menggeleng lesu. "Tapi aku tidak memiliki barang apapun disini."

"Maksud saya seperti dress dan beberapa pakaian anda yang masih berada di kamarnya tuan Mil. Sekarang kau bisa memindahkannya ke kamarmu. Dan nona-----lagi pula apapun yang ada di mansion ini adalah milikmu juga. Kau bisa melakukan apapun yang kau suka. Tuan sudah memberikan intruksinya pada saya." Western kembali tersenyum hangat dan lagi-lagi menunduk.

"Aku tidak akan melakukan hal itu Western. Lagi pula aku tidak terlalu butuh semua kemewahan ini." suara Bella mendadak lesu dan melemah. Ntah karena apa. Tapi mengingat ia tak mengenal sama sekali siapa Miler, membuatnya enggan untuk mengambil terlalu berlebihan apa yang diberikan pria itu padanya. Bella takut semua itu akan semakin membuatnya terikat dengan Miler.

"Nona, kau bisa melakukan apapun dan memutuskan apapun. Tapi tidak dengan membangkang pada tuan. Selamatkan dirimu dari kemarahannya, nona. Seperti yang saya bilang, perlahan, lambat laun, kau akan tau siapa tuan sebenarnya-----saya izin permisi sekarang, selamat beristirahat." di ujung kalimat Western tersenyum hangat. Layaknya seorang Ibu yang memberitahu pada putrinya.

Bella yang melihat wanita paruh baya itu meninggalkannya sendiri akhirnya hanya tercengang. Kembali rasa penasaran itu menyinggahi benaknya.

***

Ketiga kelompok kawanan mafia yang berwajah tampan layaknya dewa yunani itu kini tengah bersandar pada kursi putar yang membuat tubuh mereka bergoyang. Di sebuah best camp tempat dimana Phill menyusun rencana mengenai pembunuhan itu. Kini ketiganya telah kembali berada disana.

Kursi yang diduduki Miler memutar dengan tatapannya yang menatap lurus langit-langit ruangan. Sembari tangannya yang kembali memegangi batang mariyuana. Sebuah ruangan yang cukup gelap dan hanya diterangi beberapa lampu remang yang tersimpan di sudut ruangan. Sehingga bagian tengah dari ruangan itu hanya terkena sedikit sorotan dari cahayanya.

"Jadi kau ingin aku menyusun kembali rencana pembunuhan dari awal, Bung?!" suara yang penuh aura tajam itu akhirnya menekan dan menghunus dalam pergerakan Mil yang menghisap mariyuana-nya.

Tatapan Mil seketika berpaling menelik pada Phill. Batang mariyuana yang tadi di selipkannya diantara jemari tengah dan telunjuknya, kini ia remas kuat dan sengaja dijatuhkan. Sorot mata Mil lebih menajam ke arah Phill. Mengalahkan tatapan menghunus pria itu.

"Bisa kau berbicara dengan baik?! Kau harus tau dengan siapa kau berbicara!" sentak Mil pada akhirnya. Rahangnya terlihat mengetat kuat. Sorot maniknya bahkan terus berpatok pada satu titik.

Phill tergelak dan memiringkan sebelah ujung bibirnya. Tersenyum smirk. "Kenapa? aku benar bukan. Aku hanya bertanya dan kau hanya perlu menjawabnya. Lagi pula tanpa bantuan dab kerja cerdas ku kau tidak akan bisa menuntaskan dendam Ayahmu itu!" sombong Phill.

"PHILLLLL?!" Miler berdiri sarkastik dengan tubuh yang kini menegak. Ia menatap lurus dan fokus menelik manik mata Phill yang juga menatapnya. Miler yang terlihat seakan siap menerkam itu hanya mendapat respon Phill yang seolah menganggapnya enteng. Phill masih terduduk dikursi putarnya dengan sesekali memutar berlainan arah kursi itu.

Miler akhirnya jengah. Rahang tegasnya kembali mengetat kuat. Gemelutuk giginya bahkan mendominasi seisi ruangan itu. Petter yang tau perang akan dimulai hanya diam menunduk. Ia berusaha tenang meski tau rasa khwatir terhadap kedua rekannya yang akan saling membunuh itu menjalar bagaikan petir yang menyambar.

Langkah Miler yang tanpa aba-aba seketika langsung menuju keberadaan Phill. Diraihnya kuat kerah kemeja pria itu. Mil membuat tubuh Phill terangkat melayang di udara. Meski tubuh Phill memang tegap dan berotot, namun kekuatan dan keberanian Mil selalu mampu membuat pergerakan tubuh besar itu lumpuh. Mil menekan jemarinya yang melingkari area leher Phill. Dicengkramnya kuat seperti yang dilakukannya pada Bella malam itu. Bahkan mungkin kini cekalan itu jauh lebih berbahaya. Kilat kemarahan yang jelas tersirat memenuhi retina matanya seolah berkobar layaknya api yang membakar.

Srettt!

Senjata yang sedari tadi di simpan Mil di dalam saku celananya telah ia keluarkan. Mil melihat sekilas senjata berwarna hitam mengkilap itu dan mengarahkannya pada dahi Phill. Sebuah pistol keluaran lama yang selama ini menemani hidupnya dalam membunuh satu per satu musuh Ayahnya. Meski sudah lama dan legend. Tapi kekuatan dan tajamnya benda itu melebihi benda keluaran masa kini. Sekali pelatuk itu ditekan, maka sudah dipastikan seseorang yang terkena pelurunya akan mati dengan tragisnya. Sebuah pistol yang di desain khusus keluarga Stockdale itu kini di arahkan Miler pada rekannya sendriri.

Phill menghunus dan balas menatap tatapan tajam Mil terhadap dirinya. Meski tau ia akan mendapatkan serangan dari rekannya sendiri. Namun Phill merasa semua ini sebuah kesalahan. Apa yang dikatakannya jauh lebih benar daripada apa yang dilakukan Mil kini. Kenapa bisa Mil seemosi ini dan hampir ingin membunuhnya.

Petter yang sedari tadi hanya terduduk kini mengambil kendali. Pria itu meraih belati beracun yang terdapat racun mematikan dari seluruh penjuru dunia. Tembakan sari pistol dan belati itu sama-sama mempunyai kelebihannya masing-masing.Petter menodongkan ujung belati itu tepat pada pergelangan Mil yang memegangi kerah Phill.

"Sekali kau tekan pelatuk itu dan mengenai Phill, maka akan ku goreskan juga ujung belati ini hingga nanti racunnya akan menyebar ke urat nadi mu! Setelah itu kau sendiri yang tau apa yang akan terjadi!" suaranya menajam. Penuh penekanan terhadap tindakan Mil yang serius dan tatapan Phill yang selalu menantang. Membangkitkan jiwa iblis dalam diri Mil.

"Ayolah! Ini hal yang serius! Bukan waktunya untuk bercanda! Jauhkan pistol itu dan aku akan menjauhkan belati ini!" lagi ujar Petter. Meski suaranya terdengar berat seolah mengancam. Namun sebenarnya petter hanya ingin membuat perkelahian itu terhenti. Jika sampai Mil membunuh Phill, maka hancur sudah pertemanan dan misi mereka dalam hidup. Semuanya akan benar-benar berakhir.

"Apa kau pikir aku takut dengan ujung belati itu, hah?! Jiwa iblis yang kini singgah dalam jiwaku selalu membuatku yakin jika oranglain-lah yang akan takut denganku!" balas Mil datar. Tatapannya masih fokus mengunci pergerakan Phill.

"Sekarang, cepat, lakukan apa yang kau mau. Gores lengan ku dan aku akan menekan pelatuk dari pistol ini!" gemelutuk gigi dan rahangnya semakin menguat. Sorot mata yang semula hanya tatapan tajam kini mulai memerah. Bahkan telapak tangan yang memegangi pistol itu kini nampak mencuatkan urat-urat amarah.

Hening!

Satu detik!

Dua detik

DOOORRRRRRRR!

Suara yang kini memenuhi setiap sisi tembok bangunan tinggi itu terdengar nyaring menggema. Phill yang dapat merasakan getaran itu akhirnya menutup mata. Termasuk Petter yang seolah lesu tak bertenaga. Belati yang tadi ditodongkannya pada Mil kini telah terjatuh dan berdentingan dengan lantai.

Mil memundurkan diri dab meraih kilat jaket kulit hitamnya. Ia memasukan kembali pistol itu dan melangkah pergi.

"Lain kali berpikir jika berbicara denganku! Aku selalu menganggapamu melebihi apapun. Kau penting dalam hidupku. Menlenyapkanmu sama sekali bukan keinginanku! Dan-----satu hal lagi! Aku bisa mengurus dan menyusun perencanaan pembunuhan ini seorang diri! Bahkan tanpa bantuan dan melibatkan kalian berdua! Hanya karena kau mendapatkan kepercayaan ku untuk menyusun setiap rencana dan strategi pembunuhan, kau jadi merasa dirimu lebih pintar dari pada aku! Jangan lupakan satu hal, Phill! Kau hanya orang biasa yang sengsara sampai kemudian aku mengubah hidupmu!" suara dengan sekali tarikan nafas itu kembali menyeruak mengabsen setiap tembok yang kini ikut menjadi saksi itu. Suara dan derap langkah berat Milik Miler kini menjauh. Phill kembali membuka mata dan menatap kepergian pria itu nanar. Perkataan menohok Mil berhasil menyadarkan tentang siapa ia sebenarnya. Tapi apa yang sudah dilakukannya kini. Phill seolah lupa jika hidupnya bisa saja berakhir jika malam itu ia tidak bertemu dengan Mil. Mil rela memberinya kehidupan baru ditengah kerasnya dunia yang menuntutnya untuk mati. Mil hanya meminta Phill menjadi teman sekaligus rekan dalam menuntaskan setiap misi pembunuhan itu. Dan lihat apa yang dilakukan Phill kini. Kesalahannya dalam berucap kembali membuatnya rendah dimata Mil.

Petter menatap kepergian Mil yang kini sudah hilang dari pandangan, kemudian beralih menelik pada ruat wajah basah milik Phill. Tembakan itu hanya mengenai tembok dan tidak mengenai Phill sama sekali.

Petter menggeleng kuat dan ia ikut meraih jaketnya kasar. "Jika saja Mil tidak ingat atas jasa mu yang telah membantunya, sudah dipastikan kau kini sudah mati!" suara penuh penekanan itu berhasil dilontarkan Petter. Pria itu ikut berlalu dan meninggalkan Phill.

Kini diruangan yang didominasi warna cat serba hitam dan aura yang penuh kegelapan itu melingkupi setiap sisi Phill. Pria itu hanya terdiam ketika dua rekannya meninggalaknnya. Sebenarnya ini salah ucapan Phill, atau karena Mil yang memang terlalu membela Bella.

Phill hanya mengerang dan sesekali mengingat perkataan menghunus Mil.

"Artinya aku harus mengungkapkan siapa Bella sebenarnya. Hanya untuk membuat Mil percaya!"

***To Be Continued***