Happy reading!
Enjoy!
***
Sebuah ketukan nyaring menggema. Kepala pelayan atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Western itu tengah berlari untuk membukanya. Terlihat jelas wajah kusut dan lelah milik Phill disana. Western sempat berkerut sebelum akhirnya tersenyum dan kembali menunduk sopan.
"Mencari tuan Miler?" tanya Western kemudian. Phill nampak diam tak bergeming.
"Hemm," suara lemah itu terdengar. Western kembali mengangkat kepalanya menatap sekilas.
"Akan saya panggilkan." ujar Western. Kakinya hendak mundur dan berlalu.
"Tidak perlu! Aku akan menemuinya sendiri!" suaranya seketika datar dan menekan. Western terpaksa harus mengangguk dan terdiam. Phill dan Petter juga sudah dianggapnya sebagai tuan.
Kini langkah pria tinggi itu memasuki mansion luas milik Miler dengan leluasa. Kakinya lihai menapaki setiap anak tangga yang akan membawanya pada kamar Miler.
Setelah beberapa menit Phill sampai disana. Pria itu langsung membuka knop pintu tanpa mengetuk. Phill tau Miler akan marah dengan menganggap sudah tak sopan. Tapi mau bagaimana lagi, toh Miler juga tidak akan membukanya jika Phill mengetuk lebih dulu.
Phill tepat berdiri diambang pintu setelah berjalan beberapa langkah ke dalam. Dilihatnya Miler yang nampak kusut dengan tubuh yang terduduk di atas lantai di depan ranjang king size-nya. Phill menggeleng kilat. Senyumnya smirk melihat bagaimana miris dan hancurnya Miler. Baiklah, ini semua kesalahan Phill. Dia yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi kini.
"Mil?" suara itu terdengar berat dan serak. Phill masih merasakan sakit ketika ucapan menusuk Mil menghantamnya saat itu.
Miler menoleh sekilas lalu membuang muka. Ia tau jelas siapa yang sudah lancang masuk ke dalam kamarnya tanpa menunggu persetujuannya.
"Bisa keluar?!" balas Mil datar. Sungguh kondisi saat ini membuatnya malas meladeni pria itu.
"Hargai aku yang rela datang untuk meminta maaf!" tekan Phill.
"PHILL!" gigi Miler bergemelutuk.
Phill tersenyum miris dan smirk. Semarah itukah Mil padanya. Dan terlebih alasannya karena gadis itu? Well, itu sungguh menyebalkan bukan.
"Aku sudah menyewa club malam ini. Aku juga mengajak Pette untuk datang. Aku harap kau juga datang. Kami menunggumu. Anggap ini sebagai permintaan maafku. Dan-----aku ingin menunjukan sesuatu padamu!" baru saja langkah Phill ingin kembali keluar kamar. Kemudian kembali tertahan ketika suara khas itu terdengar mengejek.
Miler tertawa sebelum bersuara. "Kau tidak bisa menganggap jika semua ini akan berakhir. Dan jangan berharap aku akan datang!"
"Terserah!" kembali Phill berdecak dan berjalan cool. "Kau hanya akan menyesal jika tidak datang. Ada sesuatu yang penting yang harus kau tau!" lanjutnya sembari kaki yang menjuah dari ruangan yang didominasi aura tajam dan gelap itu.
Disuatu persimpangan tangga Phill melihat seseorang berjalan di sana. Kembali senyum licik itu terpatri. Phill mengubah arah lajunya dan menghampiri seorang wanita dengan balutan piyama bermodel kimono itu.
"Hallo?" wajah Phill sengaja sedikit memiring untuk melihat bagaimana terkejutnya wajah Bella yang kini memaksakan senyum samar.
"Kau teman-nya?" tanya Bella.
"Hemm," Phill menepiskan senyum lebarnya.
"Aku kemari untuk membujuknya bersenang-senang. Tapi dia menolak. Padahal aku tau dia sedang hancur, iya, kan?" dahinya mengernyit. Bella memaksakan senyum sembari mengangguk pelan.
"Kalau begitu bisa bantu aku?" tanya Phill lagi. Bella hanya berkerut tak mengerti.
Phill tersenyum dan menggeleng sekilas. Kini telunjuknya mengusap dagunya berpikir. "Hemmm-----untuk membawanya ke club? Malam ini? Aku yakin kau bisa." diakhiri dengan senyuman.
Bella menggeleng pelan dan tersenyum ragu. "Aku-----"
"Kau bisa! Iya, kan? Hemm?" mengedikan alis.
"A-kan ku coba." ragu Bella.
"Thank you! Kau sangat manis." Phill menampilkan senyum bersahabat yang kian melebar dihadapan Bella. Ntah itu tulus atau palsu. Tujuannya hanya untuk membuat gadis itu setuju untuk membantunya. Sementara itu ribuan rencana tengah dirancang Phill di kepalanya. Sebelum pergi dan kembali menuruni anak tangga, Phill tersenyum penuh arti menatap wajah Bella yang tengah menunduk.
"Lihat saja apa yang akan terjadi nanti. Mil akan tau siapa kau sebenarnya!" gumam Phill. Ia melepas pandangannya dari Bella dan berlari menjauh keluar dari mansion.
***
Di club.
Ditengah ruangan yang cukup redup. Bella celingak celinguk tak nyaman melihat beberapa kali ruangan dan area yang tak cocok untuknya. Semua sudah ia lakukan untuk membantu dan mengembalikan suasana di mansion. Terlebih hubungan Miler dan Phill yang kala itu tengah memburuk. Kini gadis itu sudah dapat membujuk Miler agar mau datang ke undangan club Phill. Dengan syarat Bella juga harus ikut. Dan apalah dayanya. Gadis itu hanya menurut tanpa menolak. Toh Bella sebelumnya juga bekerja di club, jadi untuk apa ia merasa takut. Lagi pula Bella yakin jika Miler tidak akan membiarkannya dalam bahaya.
"Apa kau berpikir, dengan ini hubunganmu denganku akan membaik Phill? Apa kau seyakin itu huh?" tertawa mengejek. Miler tersenyum miring sembari meneguk wine yang dituangkan Bella untuknya.
Phill yang merasa namanya disebut seketika mendongak menatap wajah Miler. Ia balas tertawa sinis. "No! Kau salah besar jika berpikir ini hanya untuk penebusan kesalahanku. Lagi pula aku sudah mengatakan jika aku ingin menunjukan sesuatu yang akan membuatmu berpikir jika bukan kau atau aku yang sudah bersalah. Perihal pembunuhan itu gagal-----"
"PHILLL!" Miler memotong cepat dengan tatapan yang menajam. Menyorot lurus pada Phill untuk memperingati pria itu. Bella ada disampingnya dan Phill dengan leluasa menyebutkan kata pembunuhan?.
"Sorry, maksudnya strategi hari lalu yang gagal. Itu bukan kesalahan ku ataupun dirimu. Tapi oranglain yang kau percayai itu!" Phill menelik sekilas ke arah Bella. Gadis itu hanya menundukan kepala. Sementara Miler sudah menghunus tajam ke arah manik Phill.
"Apa yang berusaha kau tunjukan, Phill?" Petter membuka suara setelah sekian lama sibuk mengutak atik layar ponselnya. Kini pria itu meraih gelas dan menuangkan sendiri wine pada gelas berkaki miliknya. Tatapannya tertuju pada Phill dan sesekali menatap Miler dan Bella.
"Aku hanya ingin membuktikan jika gadis-----eum maaf, maksudku orang yang kau percaya itu, aku memiliki sedikit informasi tentangnya. Setelah mengetahuinya aku harap kau tidak lagi menyalahkanku untuk semua ini. Aku hanya melakukan apa yang terbaik untukmu!" Phill berujar serius. Tatapannya kembali menelik pada Bella dan mendelik lagi.
"Bisa ikut aku sebentar? Hanya ke bar. Aku janji hanya sebentar saja. Tapi-----hanya kita bertiga! Bella bisa menunggu disini. Benar bukan?" Phill memiringkan wajah di hadapan Bella. Gadis itu seketika mendongak dan refleks mengangguk patuh.
"Pembodohan! Aku tidak akan meninggalkannya sendiri!" tekan Miler menggertak.
"Ayolah! Hanya sebentar saja. Dia akan baik-baik saja. Atau kau tidak akan tau apa yang berusaha aku tunjukan!" ucap Phill meyakinkan. Miler lebih dulu menatapi Bella yang kembali menunduk. Tangannya terulur dan menyentuh bahu gadis itu.
"Jangan macam-macam atau berusaha lari! Efeknya akan lebih fatal dari sebelumnya!" peringat Mile tegas. Bella hanya menghembuskan nafas lesu dan berusaha tersenyum samar. Sementara bahunya sudah naik turun bersamaan dengan nafasnya yang abnormal.
Kini langkah Miler, Phill, dan Petter telah menjauh dari sofa dipojok ruangan yang tadi mereka tempati. Ketiganya menuju bar yang cukup luas dan meninggalkan Bella disana seorang diri.
"Kita bisa memantaunya disini!" Phill menghentikan langkahnya dan meminta Petter serta Miler juga berhenti. Ditatapnya tubuh Bella yang mungil dari jarak yang cukup jauh. Sedikit tak jelas karena memang pencayaan dari lampu distro yang memutar berwarna-warni .
"Jangan berusaha main-main denganku, Phill!" peringat Miler menajam. Phill berdecak dan menggeleng.
"Terserah mau berkata apa! Tapi lihat apa yang akan terjadi! Apa wanita mu itu jujur atau-----kita bisa mengetahuinya setelah melihat ini!" tersenyum kecut.
Ketiga pria yang berpakai santai namun beraura menakutkan itu tengah menatapi Bella yang masih terduduk termangu. Ntah apa yang dimaksud perkataan Phill. Mereka masih menunggu apa yang akan terjadi. Sesuatu yang serius atau ini hanya permainan murahan Phill yang berusaha mendapatkan maaf dari Miler.
Seorang pria tengah mendekati sofa tempat Bella terduduk. Seketika tangannya terulur menyentuh bahu gadis itu. Dari perawakannya pria itu sudah berumur dan rambutnya yang terlihat setengah memutih. Ia duduk disamping Bella dengan senyuman ramahnya.
"Senang bisa bertemu dengan putri tunggal dari keluarga Goldberg lagi! Bagaimana keadaan Ayahmu? Dia masih aman atau-----sudah terbunuh?"
***To Be Continued***