Chereads / DANGEROUS MAN / Chapter 2 - Kematian lawan

Chapter 2 - Kematian lawan

HAPPY READING!

ENJOY!

***

TAK!

Satu peluru tepat melayang mengenai jantung pria paruh baya dengan balutan jas dan kemeja putih yang kini berdona darah itu. Darah segar seketika mengucur hebat tanpa henti. Nafasnya mulai menghilang bersamaan dengan denyut nadi yang kian melemah. Bahkan degup jantung itu seakan sudah hilang fungsi.

Seorang pria berparas layaknya iblis bercampur manusia itu tertawa merekah. Senyumnya melebar bersamaan dengan jari telunjuk yang tepat menekan pelatuk pistol hingga mengenai sasarannya itu.

Pria itu bertubuh tinggi. Dengan jas santai dan pakaian casualnya. Tatapannya nyalang namun kini terlihat jelas semburat kemenangan. Lagi, satu musuh Ayahnya terbunuh. Tepat mengenai jantung yang menjadi bagian terpenting dalam hidup.

"Bagus, Bung!" seseorang lainnya yang tadi memegangi tubuh pria paruh baya itu kini beralih dan membiarkannya tergapar tak berdaya menyentuh peluran. Tepat di rooftop perusahaan pria paruh baya itu. Miler telah berhasil menuntaskan janjinya pada sang Ayah. Perlahan satu per satu lawan dan musuh Ayahnya dulu sudah ia lenyapkan dengan mudahnya. Memang sudah menjadi kebiasaan baginya membunuh dan hidup dengan disertai noda darah. Itu bukan dosa. Melainkan hanya pembalasan dendam. Seorang Ayah yang berperan penting dalam hidup seorang anak seakan telah direnggut begitu saja. Ayah Miler meninggal tepat bersamaan dengan Ibunya yang juga meninggalkannya. Kedua orangtua yang menjadi cinta utama bagi anak harus lenyap dan meninggalkan Miler seorang diri.

Pria itu mematri. Amarahnya membludak. Kilat nyalang jelas terpatri memenuhi retina matanya. Tangannya terkepal kuat. Nafasnya terengah dan memburu hebat. Ditatapnya kejadian tragis yang menimpa keluarganya. Seorang pria paruh baya yang kini telah dibunuhnya merupakan salah satu komplotan dari beberapa orang yang mmebunuh Ayah dan Ibu Miler. Kekuasaan dan gelar yang tinggi membuat semua orang bahkan dunia iri terhadap keluarga Miler. Hidup serba mewah dan tak kekurangan. Adalah salah satu alasan mengapa musuh mengintai keluarga itu. Salah satunya adalah membasmi Ayah dan Ibu dari seorang anak kecil.

"Tepat sasaran. Hebat!" ujar seseorang lainnya.

Miler tertawa tanpa berhenti. Ia terus saja menyunggingkan senyum licik dan kecutnya. Kemudian beralih menatapi kedua pria yang menjadi rekannya dalam menuntaskan sebuah misi.

"Pesta?" ujajr Miler bertanya. Wajahnya yang memiliki garis rahang yang tegas tengah sedikit memiring menunggu jawaban.

"Oh, Bung! Kau selalu tau apa yang kami inginkan. Tentu saja berpesta. Mengahabiskan beberapa botol anggur dan-----" tersenyum kecut. Sebelah tangannya menyentuh dan mengusap bibir bawahnya dengan jempol.

"Berganti wanita tentunya." lanjutnya tersenyum kecut. Sontak Miler menggeleng dan ikut tersenyum. Alisnya terangkat naik turun.

"Lakukan!" perintah Miler memberi aba-aba.

"Malam ini? Kau serius?" Phill memastikan.

"Tentu saja. Ayo!"

"Oh tidak-tidak, Bung. Tunggu sebentar lagi. Aku akan menyewa dan memboking club termewah malam ini. Sementara itu kita akan bersiap. Bagaimana?" mengangkat alis tinggi. Miler dan Petter tersenyum dan menggeleng kecut.

"Kau tidak pernah berubah, Man!" Petter menggeleng.

Phill yang mendengar ejekan itu sedikit melotot tajam. Seketika tangannya mengangkat kuat kerah Petter menantang.

"Bung, wanita itu penting! Kita harus bersiap dalam menyambut selangkangan mereka!" menatap tajam.

Petter tergelak dan menghunus balik tatapan tajam Phill. Sembari tangannya yang menghempaskan kuat lengan pria itu dari kerahnya.

"Kita bisa pergi tanpa berdebat bukan? Dan kau Phill," menatap menantang.

Phill merespon dengan menggerakkan kepalanya.

"Akan ku berikan yang kau mau jika malam ini kau berhasil meniduri 10 wanita." tersenyum mengejek. Phill tergelak dan memukul keras bahu Petter.

"Kau menghinaku, Bung?! Kita lihat saja. Apa aku berhasil meniduri 10 wanita, atau kau yang akan mabuk 10 botol" menyeringai.

"Kesepakatan dibuat!" Petter mengulurkan tangannya dan meraih lengan Phiil untuk berjabat. Mereka saling menatap menantang. Penuh kelicikan dan strategi.

"Pria yang anti wanita sepertimu mana mungkin bisa mabuk 10 botol! Heuh, aku tidak yakin itu," Phill mencibir.

"PHILLLLL!" Petter meraih kerah pria itu. Diangkatnya kuat kerah baju yang juga terdapat noda cipratan darah tadi. Menatapnya tajam. Penuh penekanan. Sementara Phill hanya tertawa kecut dengan seringaian.

"Omong kosong! Ayo lepaskan!" Miler melerai perkelahian antar dua rekannya itu. Menatap tajam dan membunuh bergantian pada Phill dan Petter. Sembari lengannya menarik kuat lengan Petter yang memegangi kerah kemeja Phill.

"Kau siapkan pestanya! Aku ingin pesta kali ini lebih mewah dan elegan! Dan ingat satu hal. Aku tidak suka kekurangan! Lakukan yang terbaik!" menatap menghunus ke arah Phill. Pria itu mengangguk sombong sembari mengangkat jempolnya memberi intruksi seperti 'mantap'.

"Dan kau!" Miler beralih memandangi Petter. Diraihnya bahu pria itu kuat.

"Jangan kau dengarkan perkataannya! Kau akan mabuk 10 botol begitu? Heuh, kau hanya akan menyusahkanku kau tau itu?" tersenyum miring sembari menggeleng.

"Sekarang kalian berdua pergilah. Biar aku sendiri yang mengurus mayat menjijikan ini! Mayat penuh dosa tidak akan mendapat tepat yang layak setelah kematian. Akan ku buat pembalasan ku tidak hanya sampai disini!" menatapi tajam mayat pria paruh baya dihadapannya.

Kematian pria yang sudah setengah berambut putih itu merupakan kematian kedua kalinya dari para musuh Ayah Miler yang sudah menghancurkan hidup dan keluarga anak kecil itu.

Phill ikut menatap mayat dihadapannya. Ia tersenyum kecut dan mengusap wajah kasar. Kini langkah besarnya melangkah lebar meninggalkan rooftop itu. Sementara Petter hanya terdiam sembari menggeleng acuh. Tak lama pria itu juga ikut berlalu.

Miler menatap dan menghunus tajam mayat pria paruh baya itu. Rahangnya kembali mengetat hebat. Tatapannya nyalang seperti dulu ia melihat kematian tragis Ayah dan  Ibunya. Tangan kekarnya kini terulur dan menyentuh beberapa darah yang mengucur tiada hentinya dari dada si pria. Senyum kecut penuh kemenangan namun tersirat luka itu kembali merekah.

Srettt!

Miler menggoreskan darah itu tepat pada dahinya keras. Giginya sudah bergemelutuk kuat. Kembali tangannya mencekal kuat wajah itu dan menghempaskannya kasar. Wajah pria yang sudah tak sadarkan itu kembali menyentuh peluran dan lantai rooftop. Wajahnya jelas membentur keras. Darah segar kembali menghujani area rooftop.

"Mana mungkin aku membiarkan orang-orang sepertimu hidup dengan tenang. Keluargaku, kebahagian, dan segala kekuasaan. Semuanya direnggut begitu saja hanya demi tahta. Dan apa kau pikir kau akan selamat begitu saja? Tentu saja tidak. Aku yang masih hidup ini akan membasmi satu persatu yang menjadi lawan bebuyutan Ayah dan keluargaku. Meski sudah belasan tahun berlalu. Namun bayangan akan Ayah dan Ibuku yang menjerit kesakitan akan selalu terngiang jelas sebelum aku berhasil menuntaskan kalian semua. Kalian dan semua rekan kalian yang bersangkutan. Akan menerima akibatnya dengan sangat fatal!" Miler berdiri sarkastik. Ditendangnya kuat wajah pria itu. Ia murka, sangat murka. Rasa sakit akan kejadian tragis itu kembali menikam kuat ulu hatinya. Seorang anak kecil yang polos harus menyaksikan bagaimana kedua orang yang begitu disayanginya harus berakhir menyedihkan.

"Kejahatan dibalas dengan kejahatan! Dan darah, akan dibayar dengan darah!" sumpah Miler bergetar. Langkahnya kini mundur dan melihat sekeliling. Malam sudah gelap gulita. Tidak ada siapapun disana. Semua orang bahkan karyawan di perusahaan itu sudah Miler sekap di bagian gudang dan ruangannya masing-masing. Miler hanya ingin membunuh orang yang bersangkutan atas dosa yang sudah diperbuat. Sementara yang tidak bersalah tidak pantas dihukum.

Miler menangkap cekatan sebuah plastik berukuran besar dengan warna hitam. Langkahnya berlari dan meraih cepat plastik itu, lalu kembali mendekati mayat yang sudah tak ada artinya itu.

Miler memasukan brutal tanpa belas kasihan mayat itu ke dalam plastik. Diikatnya kuat dengan tambang yang juga ia temukan disana. Miler mengeluarkan korek gas di saku celananya. Menekannya dan api langsung keluar menghembus. Korek itu ia lemparkan sarkas tepat mengenai plastik yang terdapat mayat pria paruh baya. Miler sudah melakukan itu untuk yang kedua kalinya. Ia tidak mau mayat itu tenang setelah kematian menghadangnya. Seorang Miler tentu tidak akan membiarkan hal itu.

Api menyerbu kilat plastik hitam itu. Membakarnya dengan api yang kian lama kian memburu hebat. Miler kembali memundurkan dirinya menjauh. Jangan sampai api yang terus membara itu juga akan menenggelamkannya pada lahar panas dihadapaannya.

Miler menatap dari kejauhan. Lagi, senyum kecut penuh luka itu terpatri jelas menyinggahi sudut bibirnya. Bahagia dan haru, rasa itu menjalar memutari seisi ruang hatinya.

Ia menang. Untuk kedua kalinya. Dan masih tersisa lagi dua musuh yang merupakan bagian dari pembunuhan Ayah dan Ibunya. Kemana pun Miler akan berlari, ia harus menemukan keberadaan dua sosok iblis yang berbalut malaikat itu.

***To Be Continued***

Yuk tinggalkan jejak jika suka. Vote, komen dan support lainnya ditunggu :')