Tiba-tiba Rissa menghampiri mereka. "Makan siangnya sudah siap. Ayo kita makan sama-sama."
"Baiklah. Terima kasih ya." Milly bangkit berdiri, menarik tangan Nick bersamanya.
Seperti dugaannya, Charlos telah menyiapkan makan siang spesial. Tentu saja karena hari ini adalah hari ulang tahun anak kesayangannya. Menunya seperti menu di resepsi pernikahan saja.
Sajian prasmanannya antara lain: Nasi Hainam, Sapi Lada Hitam, Kakap Asam Manis, Ayam Pesta, Sapo Tahu Seafood, Mie Ulang Tahun, dan Sup Bakso Rumput Laut.
Ada pula stan: Dim Sum, Spaghetti, Lasagna, Ikan Gindara Bakar, Chicken Steak, Salmon Wellington, Snow White Sago, Crepes, Mangga Ketan, dan Es Krim Gulung.
Nick lebih suka makan nasi dengan sayur. Seperti dugaannya, Milly mengambil salad dan kentang tumbuk di stand Chicken Steak. Kekasihnya begitu menyukai kentang. Lalu ia menghabiskan dua porsi salmon. Setelah itu Milly selesai makan.
Charlos menghampiri mereka. "Hai, Nick!"
"Hai." Nick berdiri untuk menjabat tangan Charlos.
"Kulihat, kamu sedang bersama seorang gadis," kata Charlos sambil melirik Milly.
"Oh iya. Kenalkan ..."
"Namaku Millicent Jones." Tiba-tiba Milly berdiri lalu mengulurkan tangannya. Charlos menyambutnya dengan hangat.
"Aku Charlos."
"Senang sekali berkenalan dengan Anda, Pak."
"Ah tidak perlu formal begitu. Rissa tadi bercerita kalau kamu adalah pacarnya Nick. Santai saja ya. Kamu boleh memanggilku Charlos."
Milly mengangguk dengan segan. "Baiklah kalau begitu. Charlos. Kamu boleh memanggilku Milly."
"Oke. Milly," ulang Charlos.
"Oh iya, Charlos," kata Nick. "Aku pernah berjanji mengenalkan Milly padamu. Dia bekerja di bidang Wedding Organizer."
"Oh benarkah?" Charlos tersenyum pada Milly.
"Ya. Aku bekerja di Tie the Knot Wedding Organizer. Klienku baru-baru ini memutuskan untuk menikah di Hotel Golden Ring Batam."
Wajah Milly begitu berbinar-binar. Kekasihnya itu pasti senang sekali bisa berbicara langsung dengan Charlos. Sebaiknya ia memberi mereka privasi.
"Silahkan kalian mengobrol. Aku mau mengambil makanan lagi." Nick beranjak meninggalkan mereka berdua. Ia pergi mengambil Snow White Sago.
Saat ia sedang menikmati dessert manis dan dingin itu tiba-tiba ia melihat Cedric sedang berjongkok di pojok sambil menyendok es krim gulung. Ia menghampiri keponakannya itu. Ternyata Cielo juga sedang berjongkok di sebelahnya.
"Apa yang sedang kalian lakukan?"
Kedua anak itu terkejut bukan main. Mereka sama-sama meletakkan es krim itu di lantai, lalu menggesernya ke pantat masing-masing.
"Om, jangan bilang ke mamih ya." Cielo menatap Nick dengan matanya yang bulat dan besar.
"Oh, Om tahu. Kalian pasti tidak boleh makan es krim ya?" tebak Nick dan iya merasa yakin seratus persen benar.
Cielo mengangguk. Cedric diam saja sambil mengangguk, lalu ia terbatuk.
"Kata mamih kita berdua tidak boleh makan es krim, nanti batuk," kata Cielo. "Aku sih tidak batuk. Cedric yang batuk." Ia menunjuk adiknya.
"Kalian lebih takut dimarahi mamih kalian daripada batuk ya?" Nick berkata sambil menyipitkan matanya dan tersenyum separuh.
"Om, please jangan beritahu mamih ya." Cielo menatapnya sedih.
"Baiklah. Tapi kalian janji jangan makan es krim diam-diam lagi ya."
"Siapa yang makan es krim diam-diam?"
Nick menoleh. Akhirnya sang ibu mengetahui kelakuan anak-anaknya yang sebenarnya. Rissa menatap kedua anaknya dengan kejam.
"Mamih!" seru Cielo dan Cedric.
"Ayo berdiri!" perintah Rissa.
Kedua anak itu berdiri secara perlahan. Bukti kejahatan tersingkap. Dua wadah es krim gulung tergeletak tak berdaya di lantai tempat mereka berjongkok tadi.
"Kalian tahu kesalahan kalian?" tegur Rissa sedingin es krim gulung.
Cielo mengangguk. Cedric terbatuk-batuk lagi.
"Mamih, maaf," kata Cielo sambil menunduk. Lalu ia menyikut adiknya. "Ayo bilang maaf sama mamih."
"Mamih maap," ucap Cedric dengan suara imutnya.
"Sekarang kalian makan nasi dulu. Ibu Mala ada di sana. Ayo sana ke Ibu Mala." Rissa mendorong anak-anaknya untuk menghampiri Ibu Mala yang sudah menunggu mereka.
Ibu Mala adalah pengasuh kedua anak Rissa. Sejak Cielo masih bayi, Ibu Mala lah yang selalu membantu mengasuhnya. Dan bahkan hingga sekarang, Ibu Mala masih tetap mengasuh hingga anak ke dua mereka, dan pastinya hingga anak ke tiga mereka kelak.
"Sepertinya hari ini kamu senang sekali muncul tiba-tiba." Nick berdiri. Rissa menengadah untuk menatapnya.
"Kamu yang tidak suka memperhatikan sekitar," ujar Rissa. "Aku tidak mungkin muncul tiba-tiba. Aku kan bukan hantu."
Nick terkekeh. "Iya kamu bukan hantu, tapi tukang intip."
"Eh iya, bagaimana Milly? Apa dia marah karena aku memergoki kalian sedang berciuman?" Rissa bertanya dengan enteng seolah itu bukan perkara besar. Itu memang bukan perkara besar. Nick tidak keberatan Rissa melihat hal tersebut.
"Dia hanya merasa malu. Tidak marah sama sekali. Eh tunggu sebentar." Nick menatapnya curiga. "Jadi kamu memang sengaja mengintip kami?"
"Tidak juga. Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian. Aku memang benar-benar ingin mengambil minum untuk Cedric. Dia batuk-batuk terus sejak kemarin. Belum lagi dia makan es krim hari ini. Semoga dia baik-baik saja."
Nick mengangguk, ia memutuskan bahwa ia akan mempercayai omongan Rissa. Ia berbalik untuk melihat Milly. Tampaknya Milly dan Charlos sedang mengobrol serius. Nick tidak akan mengganggu.
"Apa kamu mau mengobrol denganku sebentar saja?" tanya Rissa. Nick menghabiskan Snow White Sago lalu meletakkan mangkuk kosongnya di meja.
"Baiklah. Kamu mau mengobrol apa?"
"Ayo kita duduk di sana." Rissa menunjuk ke luar.
Mereka berjalan bersama-sama menuju ke kursi yang berderet di sepanjang koridor. Nick memperhatikan beberapa anak panti sedang bermain petak umpet. Anak-anak perempuannya sedang bermain lompat tali.
Rissa memilih kursi yang di tengah. Nick duduk di sampingnya.
"Ada apa?"
"Apa hubunganmu dengan Milly serius?" Rissa menatapnya tajam.
"Kenapa kamu menanyakan hal itu? Apa aku tidak terlihat serius?" Nick menyandarkan punggungnya di kursi dan menatap santai ke arah anak-anak panti yang sedang bermain.
Rissa mendesah. "Kamu kan bisa jawab: 'Ya, aku serius' atau 'Tidak, aku hanya main-main'. Pertanyaan dijawab pertanyaan," tegur Rissa.
"Kamu kan bisa melihatnya sendiri. Aku tidak pernah mencium wanita sembarangan. Jadi tentu saja aku sangat serius padanya." Nick beralih menatap Rissa. Wanita itu tersenyum.
"Nah begitu baru jawaban."
Rissa tampak puas dengan jawaban Nick, seolah memang itulah yang ingin wanita itu dengar selama ini.
"Memangnya kenapa kamu bertanya seperti itu? Kamu pikir aku hanya bercanda?" Nick terdengar agak tersinggung.
Rissa mengedikkan bahunya. "Awalnya iya. Aku pikir kamu sengaja bilang kalau Milly adalah pacarmu supaya aku cemburu."
Nick tergelak. "Bagaimana bisa aku membuatmu cemburu? Kamu sudah memiliki Charlos. Ada-ada saja."
Rissa tidak tertawa. "Kamu tahu, ada terlalu banyak hal yang harus aku syukuri. Terutama hari ini. Aku bisa melihat secara langsung pacarmu itu. Aku senang sekali karena akhirnya kamu memutuskan untuk melupakanku."