Adeeva melirik jam dinding di apartemennya. Sudah pukul dua dini hari. Dia gagal tidur kembali setelah melakukan self-harm tanpa sadar. Selama ini gadis itu tidak pernah benar-benar sembuh. Dia masih sering kumat-kumatan seperti saat ini. Semuanya terjadi begitu saja, Adeeva yang terlihat tenang bagaikan air tanpa ombak nyatanya menyimpan banyak kesedihan.
Dia merasa tidak pantas di cintai. Dia merasa dirinya tidak pantas untuk siapapun. Bahkan, Adeeva sempat berniat meninggalkan Yudistira setelah mengetahui bahwa Yudistira amnesia. Biarkan saja Yudistira hidup tanpa ketidaktahuannya, dibanding dia harus di benci Yudistira nantinya. Tetapi, dia harus bertanggung jawab. Apapun yang terjadi, anggap saja ini perjuangan cinta Adeeva kepada Yudistira.
Semuanya terasa begitu rumit. Adeeva memang terlihat bahagia, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa gadis itu menderita di dalam. Dia merindukan orang tuanya, memikirkan mereka. Sayangnya, Adeeva begitu pengecut hingga tak berani untuk menemui keduanya. Dia takut. Bayang-bayang masa lalunya selalu berputar dalam otak saat ada seseorang yang mengungkit tentang orang tuanya. Rasanya terlalu menyakitkan saat orang yang paling dekat dengan kita adalah orang yang menginginkan kematian kita.
Adeeva memutuskan ingin mencari udara segar dengan jalan-jalan di koridor apartemen. Setidaknya dia memiliki tujuan, yaitu rooftop. Jadi, Adeeva tidak perlu merasa kebingungan harus melangkah kemana.
Gadis itu memakai sandalnya kemudian mulai membuka pintu apartemennya. Dia sangat terkejut saat hal yang pertama kai matanya tangkap adalah seseorang yang dia cintai. Itu Yudistira.
Hal ini tentunya membuat banyak pertanyaan dalam benak Adeeva. Perihal apa yang dilakukannya jam 2 pagi di depan apartemen miliknya.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Sir?" Tanya Adeeva.
Bukannya menjawab pertanyaan Adeeva, Yudistira malah maju dan berjalan ke arahnya hingga dia kembali masuk ke dalam apartemen. Kini wajah Adeeva dapat menangkap wajah tampan di depannya yang tampak pucat. Sepertinya Yudistira tengah sakit.
"Sir!" Sentak Adeeva yang sedikit terkejut dengan tingkah Yudistira yang terlalu mendadak.
Gadis itu menahan dada Yudistira yang mulai mendekatinya. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Adeeva dengan raut wajah ketakutan.
"Apa kau sakit?" Yudistira menempelkan punggung tangannya di kening gadis itu. Dia tidak merasakan suhu tubuh yang terlalu tinggi.
"Kau tidak demam. Lalu kenapa kau pucat?" Tanya Yudistira lagi.
Adeeva yang merasa semakin terdorong oleh tubuh kekar milik Yudistira, akhirnya terus menahan dada pria itu dengan kedua tangannya. Sayangnya, tangan Adeeva tak luput dari pandangan Yudistira.
Pria itu tertegun melihat bekas luka di pergelangan tangan Adeeva sebelah kiri. Luka yang cukup dalam dan terlihat baru. Ada apa dengan Adeeva sebenarnya?
"Apa yang terjadi padamu, Adeav?" Suara Yudistira terdengar seperti geraman sexy. Membuat jantung Adeeva maraton setelah mendengarnya. Dia berdebar sangat kencang, seperti habis berlari dengan kecepatan kereta api.
"Kau peduli padaku, Sir?" Adeeva balas bertanya. Dia merapikan rambutnya, kemudian menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Adeeva tersipu.
Sayangnya, Yudistira tidak terpengaruh. Dia tetap menatap pergelangan tangan kiri Adeeva. Tangan Yudistira bahkan sudah mencekalnya dengan lembut, kemudian meniup lukanya perlahan.
"Apa yang terjadi padamu?" Tanya Yudistira.
Adeeva berusaha menarik tangannya dari cekraman Yudistira. Dia tidak ingin Yudistira panik dan mengetahui apa yang dia sembunyikan. Biarlah rasa sakitnya dia saja yang tahu.
"Diam Adeav!" Adeeva terkejut saat Yudistira membentaknya. Dia sampai beringsut dan mengambil satu langkah kebelakang untuk menghindari. Yudistira tiba-tiba terlihat menyeramkan.
"Kau self-harm?" Sorot mata Yudistira kini menatap wajah Adeeva yang terlihat sedang ketakutan. Ada apa dengan gadis ini? Kenapa takut untuk sesuatu yang tidak seharusnya?
"Jawab atau aku benar-benar akan memperkosamu di sini." Ancam Yudistira. Damn it! Adeeva hanya diam, membuat Yudistira uring-uringan. Bagaimana bisa dia tidak kesakitan dengan luka yang diterima? Ini terlihat cukup besar. Tak ada seorang gadis yang memperlihatkan wajah tenangnya saat mendapat luka ini, kecuali dia telah terbiasa.
"Itu bukan urusanmu, Sir." Adeeva akhirnya buka suara. Namun, bukan itu jawaban yang Yudistira mau.
"Dimana kotak obatnya?" Adeeva membelalak saat mendapat pertanyaan yang begitu tiba-tiba. Ada apa dengan Yudistira? Kenapa sifatnya berubah-ubah seperti bunglon?
"Tidak perlu. Saya baik-baik saja, Sir!" Adeeva menarik tangannya dengan lembut, tetapi yang dia dapatkan malah sebuah ciuman ganas di bibirnya.
Iya, Yudistira menciumnya! Gadis itu membelalak saat semuanya terasa sangat tiba-tiba. Benda kenyal itu kini melumat bibirnya dengan rakus, kemudian mendorong Adeeva hingga jatuh ke atas sofa di apartemennya.
Adeeva terkesiap, tidak mempercayai penglihatannya. Kenapa... Yudistira menciumnya seakan dia sedang marah? Kenapa Yudistira harus marah?
"Balas ciumanku Adeav!" Pinta Yudistira saat bibirnya melepas pagutan itu sejenak. Satu detik kemudian, bibir itu kembali menempel dengan milik Adeeva, mereka berciuman dengan ganas. Yudistira adalah good kisser, sedangkan Adeeva... dia sangat buruk! Bahkan Yudistira dapat merasakannya.
Selang beberapa menit, Yudistira menghentikan ciumannya. Dia menarik bibirnya, namun wajahnya masih dekat dengan gadis itu. Nafas keduanya terengah-engah, terutama Adeeva. Dia segera meraup banyak oksigen yang tadi sempat menipis di paru-parunya.
"Ada apa denganmu Adeav?" Tanya Yudistira sekali lagi.
"Kau... mengkhawatirkan ku?" Adeeva membalas dengan ragu. Dia tidak mau kepedean, hanya saja... ekspresi wajah Yudistira dan tingkah lakunya seakan menjelaskan semua itu.
"Hm... aku mengkhawatirkanmu." Jawab Yudistira tanpa sadar. Bukan bibirnya yang berbicara, melainkan hatinya.
"Tapi kenapa Sir? Kenapa kau mengkhawatirkanku? Apa kau sudah mencintaiku?" Adeeva sampai mencekram kemeja Yudistira cukup kencang. Tidak! Yudistira tidak boleh mencintainya sekarang. Dia takut, Yudistira akan kecewa saat mendapatkan ingatannya kembali.
"Akan kucoba untuk mencintaimu."