Chereads / Inverse : New Love Story / Chapter 38 - 26-Aku Cemburu

Chapter 38 - 26-Aku Cemburu

Minuman yang terbuat dari anggur suling dengan kadar alkohol sekitar 35-60 persen bertengger di tangannya. Brandy, salah satu minuman favorit milik Yudistira yang akhir-akhir ini menjadi pelampiasan rasa kesalnya.

Gemerlap Las Vegas tidak Yudistira abaikan begitu saja. Dia ke sini tidak hanya untuk bekerja, melainkan juga sedikit bersenang-senang. Terbukti dengan keberadaan Yudistira di club malam yang cukup terkenal di sini.

Matanya terus memperhatikan banyak wanita yang bergoyang mengikuti irama musik. Pria tersebut seakan tengah mencari target untuk diseretnya ke atas ranjang. Satu persatu wanita di sana dia amati dengan sangat baik. Dia tidak bisa tidur dengan sembarang orang. Bagaimanapun juga, Yudistira harus memilah dengan sangat baik.

"Mana target mu kali ini?" Seorang pria yang mengenakan setelan formal menghampirinya, duduk di sebelah Yudistira kemudian mengambil alih brandy dari tangannya.

"Entahlah, aku sudah tidak berselera dengan wanita lain." Jawab Yudistira. Matanya yang sedari tadi mengamati para wanita kini beralih pada langit-langit ruangan yang sangat temaram.

"Kau benar-benar mencoba untuk mencintainya?" Tanya pria tersebut.

Yudistira berdeham sebagai jawaban. Kali ini dia sungguh-sungguh meskipun awalnya dia hanya penasaran dengan gadis itu.

"Tetapi, aku rasa Tuanku ini tidak sedang mencoba mencintainya." Balas pria tersebut.

Pandangan Yudistira langsung beralih pada pria di sampingnya. Sorot matanya terlihat tidak suka. Jika Yudistira sudah memutuskan, maka dia akan melalukan dan memastikan apapun untuk terjadi. Salah satunya, mencintai Adeeva.

"Kau sudah mencintainya, Yudis." Tangan pria tersebut menepuk pundak Yudistira, kemudian menenggak brandy di tangannya.

"Kenapa semua orang menyimpulkan seperti itu?" Yudistira terlihat tidak terkejut. Pasalnya, bukan hanya Evan yang mengatakan hal seperti itu. Melainkan, Adeeva juga pernah mengatakannya.

Ucapan Adeeva hari itu membuat Yudistira terus memikirkannya. Apa dia benar-benar sudah mencintainya atau ini hanya rasa kasihan padanya? Entahlah, Yudistira sendiri tidak tahu perasaan mana yang sebenarnya bersarang dalam hati. Dia masih sedikit ragu.

"Kau menyadap ponselnya. Kau marah karena Adeeva bertukar pesan dengan Zion. Apa itu belum cukup untuk membuktikan bahwa itu adalah perasaan cinta?" Evan melipat kaki kanannya, kemudian meletakkannya di atas kaki kiri. Meskipun dia hanya orang kepercayaan Yudistira, tetapi dia sangat bahagia dengan pekerjaan ini. Karena, Tuannya sangat hangat dan terbuka.

***

Adeeva berjalan dengan hati yang berat memasuki kamar hotelnya. Helaan nafasnya terdengar cukup berat. Seakan ada beban hidup yang juga ikut terangkat. Dia meletakkan tas beserta beberapa dokumen ke atas meja. Kemudian, gadis itu duduk di sofa dengan punggung yang bersandar sempurna.

Hari ini adalah hari yang cukup berat. Ini semua karena sifat Yudistira yang tiba-tiba sangat aneh. Entahlah, pria itu mendadak membuat Adeeva merasa serba salah. Adeeva sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Dia merasa sudah melakukan semua perintah Yudistira sebaik-baiknya.

Gadis itu memijat keningnya sejenak, membiarkan otak yang menegang sedikit lebih relax. Setelah tubuhnya mulai bertenaga, gadis itu menanggalkan blazer yang melekat pada tubuhnya, kemudian berjalan memasuki kamar mandi.

Dia mengisi bathtub, memberikan aroma lavender yang menjadi kesuakaannya. Kakinya yang dingin mulai memasuki bathtub, dia memilih untuk berendam berharap dapat mengurangi rasa penat pada tubuhnya.

Adeeva mulai memejamkan matanya sejenak, kemudian membukanya kembali saat suara dering ponselnya terdengar. Itu dari Yudistira. Dia harap, Yudistira tidak sedang dalam mood yang buruk.

"Ada apa Sir?" Tanya Adeeva sesaat setelah mengangkat panggilan dari Yudistira.

"Kau dimana?" Suara Yudistira terdengar sedang tergesa-gesa. Bahkan terdengar suara langkah kaki yang intens.

"Kamar mandi. Aku sedang berendam, Sir." Jawab Adeeva. Tak ada balasan lagi dari Yudistira. Pria itu memutus panggilan telefon dengan sangat cepat.

Pandangan Adeeva kini beralih pada tangan kirinya. Masih ada gambar bunga matahari yang kala itu Yudistira lukis di tangannya. Cantik. Seperti kata Yudistira hari itu. Adeeva sampai tidak berani melukainya setidaknya untuk saat ini.

Brak!

Suara pintu yang terbuka dengan kencang membuat Adeeva tersentak. Matanya membulat saat melihat Yudistira memasuki kamar mandi dengan nafas tersenggal. Pria itu seperti sedang panik.

Adeeva yang saat itu tidak mengenakan sehelai benangpun ikut panik. Dia menenggelamkan tubuhnya sampai ke leher. Setidaknya tubuhnya tertutup oleh busa.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Yudistira. Pria itu mendekat, berjongkok tepat di samping bathtub. Tangannya mengusap pipi Adeeva, menyelipkan anak rambut yang telah basah ke belakang telinga.

Adeeva mengangguk. "Hm. Aku baik-baik saja, memangnya kenapa Sir?" Tanya Adeeva.

Yudistira kini dapat bernafas lega, dia menarik tengkuk Adeeva kemudian menempelkan bibir keduanya. Memang, Yudistira melumatnya, tetapi tidak dalam waktu yang lama. Hanya beberapa detik kemudian dia melepaskannya dengan cepat.

"Kau tahu? Aku mendengar berita seorang perempuan meninggal di lorong kecil sebelah hotel ini. Kukira itu kau, Adeeva." Tubuh Yudistira luruh seketika, merasa sangat lemas setelah menegang cukup lama.

"Aku baik-baik saja, Sir. Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, kenapa kau terus memarahiku tanpa sebab?" Entahlah, Adeeva tiba-tiba memiliki keberanian lebih untuk bertanya.

Mendengar pertanyaan Adeeva, Yudistira mendongak. Mata keduanya bertemu dan terkunci. Tiba-tiba ingatan mengenai chat mesra Adeeva dan Zion terlintas di otaknya. Dia tidak suka. Meskipun itu hanya sebuah candaan, tetapi Yudistira benar-benar membencinya.

"Aku cemburu. Aku sangat cemburu saat kau memanggil Zion dengan sebutan sayang."