Gardona mengerjapkap matanya yang terkena sinar lampu. Saat Gardona melihat kedepan, didepannya sudah ada seorang dokter dengan kamera disampingnya.
Gardona bingung apa yang terjadi, dia tidak ingat kenapa dia bisa sampai di tempat ini. Ini bukan rumahnya. Gardona tersentak dari lamunanya ketika dokter tersebut bertanya-tanya tentang dirinya.
"Hai, dona apakah kau mengingat namamu?"
"Gardona Artia."
"Baik, apa kamu mengingat alasan mengapa kamu berada disini?"
"Aku tidak tau, aku hanya ingat bahwa aku masih ada di rumah ku tadi entah apa yang aku lakukan sampai aku tertidur kemudian terbangun di tempat seperti ini."
"Jadi, kamu tidak tau apa yang telah kamu perbuat?"
"Tidak, aku sama sekali tidak ingat."
Dokter itu tersenyum dan berkata,"Baiklah, kamu boleh pergi."
Gardona hanya mengangguk dan segera keluar dari ruangan yang dia sendiri tidak tau apa ruangan itu.
Saat sudah diluar Gardona melihat ke kanan dan ke kiri nya, dia teringat bahwa dokter tadi bilang dia harus pergi ke lorong sebelah kanan.
Gardona langsung menuju ke arah kanan, sesampainya di ujung lorong dia menemukan lift. Tapi lift tersebut terkunci, dia mencari petunjuk yang siapa tau bisa membuka lift tersebut.
Tiba-tiba suara mengejutkan Gardona. "Selamat datang di tempat penebusan dosa, siapakah namamu?"
"Gardona Artia."
"Gardona Artia, apakah kamu siap untuk menebus dosa yang telah kau lakukan?"
Gardona bingung tapi dia tetap menjawab, "Iya."
Setelah Gardona berkata seperti itu, tidak ada pertanyaan lagi hanya saja pintu lift yang tadi terkunci menjadi terbuka.
"Silahkan masuk Gardona."
Gardona segera melangkahkan kakinya ke dalam lift tersebut. Lift tersebut mulai bergerak menuju lantai atas.
Lift tersebut berhenti di lantai 5, pintu lift pun terbuka. Gardona segera melangkahkan kakinya ke luar lift. Saat Gardona keluar, Gardona disambut dengan keadaan yang sepi.
Lingkungan nya pun sangat kotor dan kumuh, terlihat sekali bahwa tidak ada yang membersihkan tempat ini. Gardona bingung harus pergi kemana dia.
Dengan berbekal keberanian dan insting, Gardona segera melangkahkan kakinya memasuki lebih dalam ruangan yang kumuh tersebut.
Saat sedang asik berjalan, tiba-tiba Gardona melihat ada seekor burung yang sepertinya terluka. Gardona menghampiri burung tersebut.
"Hai burung kecil, apakah kamu tersesat juga sama sepertiku? Sepertinya kamu terluka cukup besar, biar aku jahit lukamu itu."
Gardona segera mengambil peralatan menjahit nya yang memang dia bawa kemana mana. Gardona sangat suka menjahit, jadi dia selalu membawa peralatan itu kemanapun dia pergi.
Gardona menjahit sayap burung tersebut dengan sangat hati-hati dan telaten. Setelah beberapa menit Gardona menjahit sayap burung tersebut, akhirnya kegiatannya itu pun selesai.
"Nah, sekarang luka mu sudah aku jahit. Tinggal menunggu untuk sayapmu pulih dan kamu bisa terbang sebebas mu."
Gardona meletakkan burung tersebut ke tempat semula dan tersenyum. Tapi tiba-tiba pintu kayu yang berada di samping nya terbuka sangat keras. Hingga pintu kayu tersebut jatuh.
Brak...
Pintu tersebut menimpa burung yang ada dibawahnya, darah burung tersebut muncrat mengenai muka Gardona. Gardona yang awalnya tersenyum seketika shock dengan apa yang dilihatnya.
Baru saja dia mengobati burung itu, tapi burung itu mati dalam seperkian detik karena ulah seseorang. Gardona tersentak dari lamunanya ketika dia mendengar suara yang sangat mengerikan.
"Hiiii, hihihi ,hihi."
Tawa tersebut sangat melengking. Ternyata seseorang itu adalah seorang pria. Pria itu menoleh kearahnya dengan senyum nya yang terlihat sangat mengerikan.
"Jadi, kamu targetku selanjutnya?" pria itu menunduk memajukan wajahnya tepat ke depan wajahku masih dengan senyumannya itu.
"Sayang sekali padahal kau cantik, tapi aku harus membunuh mu karena itu pekerjaanku," setelah berkata seperti itu senyumnya semakin melebar.
Gardona semakin ketakutan. Seketika dia tersadar bahwa dirinya dalam bahaya, Gardona berbalik lari sekuat tenaga menjauhi orang tersebut.
Tapi saat Gardona menoleh kebelakang, Gardona semakin bingung. Karena pria itu bukannya mengejarnya malah berdiri sambil mengamati dirinya yang berlari.
Gardona segera bersembunyi di bangunan terdekat, didalam bangunan tersebut ada bekas sisa-sisa makanan juga minuman yang berserakan di lantai.
Itu menandakan bahwa bangunan tersebut ditinggali, tapi keadaan bangunan tersebut sangatlah tidak layak untuk ditinggali.
Gardona tersentak, dia terlalu asik mengamati sampai lupa bahwa ada bahaya yang mengincar. Gardona segera mencari tempat persembunyian yang ada disana.
Pilihan Gardona jatuh pada peti tua yang ada di sana. Tepat saat Gardona sudah masuk ke dalam peti itu, terdengar suara langkah kaki yang mendekat.
"Hei gadis kecil, kau dimana keluarlah!"
Gardona menutup mulutnya sekuat tenaga agar tidak mengeluarkan bunyi yang bisa membuat dia ketahuan.
Langkah kaki itu semakin mendekat ke arah peti yang dia tempatin. Tiba-tiba benda tajam berbentuk bulan sabit masuk ke dalam peti itu dan hampir mengenainya.
Gardona semakin ketakutan dia memejamkan matanya dan berdoa kepada tuhan agar dia diselamatkan dari pria itu.
"Ck...rupanya tidak ada disini," setelah itu terdengar suara langkah kaki yang menjauh. Gardona segera menghembuskan nafasnya yang sejak tadi dia tahan.
Gardona keluar untuk melihat keadaan. Dilihat tidak ada tanda-tanda pria itu, Gardona keluar dari tempat persembunyianya. Gardona lari sekuat tenaga mencari pintu keluar.
Di ujung sana Gardona melihat sebuah lift. Gardona sangat senang, tapi terdengar suara langkah kaki yang mengejar nya. Ternyata pria itu sedang mengejarnya.
Gardona berlari sekuat tenaga. Dia tidak mau mati, dia ingin bertemu keluarganya, dia rindu kepada keluarganya, pasti keluarganya tengah cemas menunggunya pulang.
Sampailah Gardona di depan lift tersebut. Gardona segera memencet tombol yang berada di samping lift tersebut. Gardona menunggu dengan sangat cemas, karena pintu lift tidak terkunjung terbuka.
Langkah kaki itu semakin mendekat. Gardona berdoa dalam hati, tepat pada saat itu pintu lift terbuka. Gardona segera masuk kedalam lift tersebut.
Pintu lift tertutup bertepatan dengan pria itu sampai di depan lift. Garfona menghela nafas lega karena berhasil lolos dari pria tersebut.
Lift bergerak ke atas dan berhenti di lantai 4. Saat pintu lift terbuka Gardona melihat perbedaan yang sangat jauh dari lantai sebelumnya.
Lantai itu sangat bersih, dan sunyi. Gardona melangkahkan kakinya menelusuri lorong yang ada di depannya. Di tengah perjalanannya, dia bertemu dokter yang tadi bertanya tanya kepadanya.
Dokter itu memanggilnya. Dokter itu berkata bahwa ini merupakan lantainya, dokter itu membawa Gardona ke sebuah tempat seperti ruang operasi.
Gardona belum menyadari ada hal yang aneh. Sampai dia melihat begitu banyak koleksi mata. Dokter tersebut berbalik dan berkata bahwa dia sangat suka dengan mata milik Gardona dan ingin memilikinya.
Disitu Gardona tersadar bahwa dokter itu ingin membunuhnya, kemudian matanya diambil untuk dijadikan koleksi. Seperti yang ada di ruangan tersebut.
Gardona segera melangkahkan kakinya ke arah pintu. Tapi pintu tersebut terkunci, dokter itu semakin lama semakin dekat. Tiba-tiba semuanya pun gelap.
Saat terbangun Gardona sudah berada di atas brankar dalam keadaan terikat. Dokter itu menyeringai dengan sangat menyeramkan. Di tangan dokter tersebut terdapan beberapa alat untuk operasi.
Dokter tersebut masih terus berbicara. Gardona tidak menanggapinya, dan hanya terus ketakutan. Hingga dokter tersebut berkata bahwa kedua orang tuanya telah meninggal.
Seketika Gardona shock, alasan dirinya untuk hidup tidak ada lagi. Dia tidak peduli sekarang bagaimana keadaannya, yang dia tau dia ingin sekali menyusul kedua orang tuanya.
Gardona pasrah saat dokter itu ingin membunuhnya. Karena itu yang sekarang jadi tujuan Gardona. Tiba-tiba dokter tersebut tertusuk dari belakang. Dan ternyata pelakunya adalah pria yang berada di lantai 4.
Gardona tidak takut akan dibunuh oleh pria itu, terdengar suara yang mengatakan bahwa Daniel Morero telah melanggar peraturan gedung tersebut.
Daniel juga menjadi tumbal sama seperti Gardona. Gardona masih saja shock mendengar kedua orang tuanya telah tiada.
Binar di mata nya sudah tidak ada, hanya tatapan kosong yang terlihat di matanya. Gardona berkata kepada Daniel agar membunuhnya.
Daniel bingung, dia tidak menghiraukan ucapan Gardona. Dia berkata pada Gardona untuk segera pergi dari sini.
Daniel melepaskan ikatan Gardona menggunakan senjatanya. Gardona bangkit dan berjalan mencari pintu keluar.
Setelah menelusuri lorong, akhirnya pintu lift tersebut ditemukan. Gardona dan Daniel segera melangkahkan kakinya menuju lift tersebut.
Sesampainya di depan Lift tersebut, Gardona tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Gardona berbalik menghadap Daniel yang mengangkat alisnya pertanda bingung.
"Kenapa kau tidak membunuhku?" tanya Gardona dengan suara datar.
Daniel tertawa, "Aku tidak bernafsu membunuh seseorang yang bahkan tidak berekspresi."
"Bunuh aku, aku sudah tidak ada tujuan hidup. Kedua orang tuaku telah dibunuh."
"Tidak, aku sudah bilang. Aku tidak bernafsu membunuh orang yang tidak berekspresi."
Gardona tidak mengatakan apa-apa, hanya saja Gardona terus-menerus menatap Daniel dengan lekat. Tatapan itu mengatakan Gardona sangat ingin di bunuh Daniel.
Daniel risih ditatapi terus-menerus oleh Gardona. Akhirnya, Daniel menyetujui dengan syarat bawa Daniel keluar dari gedung ini. Setelah keluar dari Gedung ini Daniel akan membunuh Gardona.
Gardona mengangguk menyetujui syarat tersebut. Mereka segera menekan tombol yang berada di samping lift untuk menuju ke lantai berikutnya.
Tidak ada perbincangan dalam lift tersebut sampai lift tersebut berhenti di lantai 3.
Mereka segera keluar dari lift, dan segera menelusuri lorong. Di ujung lorong mereka melihat begitu banyak kuburan disana. Gardona juga melihat bahwa ada 2 nisan bertuliskan namanya dan nama Daniel.
Lampu disana tiba-tiba berkedip dan terdengar suara anak kecil yang mengatakan bahwa dia sudah menunggu kedatangan Gardona.
Tiba-tiba dari atas ada yang menyerang mereka. Daniel bergerak cepat melindungi Gardona. Daniel berkata cari lah petunjuk untuk keluar sedangkan Daniel akan melawan anak tersebut.
Gardona segera melangkahkan kakinya memasuki lorong terdalam. Gardona terus menelusuri lorong tersebut, hingga dia menemukan sebuah ruangan. Ruangat tersebut banyak sekali buku-buku seperti perpustakaan.
Gardona melihat struktur lantai tersebut di meja yang berada disana. Gardona segera melihat dan memahami struktur tersebut.
Tapi lagi-lagi lampu itu berkdedip, dan suara itu kembali terdengar.
Gardona tidak menghiraukan suara itu yang terus membujuknya untuk dibunuh oleh nya. Suara itu pun hilang berganti dengan suara gaduh berasal dari tempat dimana Daniel berada.
Gardona segera keluar dari ruangan itu. Sesampainya disana Gardona disambut dengan batu nisan yang berada disana sudah hancur berkeping-keping.
Daniel menyadari kedatangan Gardona, "Bagaimana apakah kau sudah menemukan caranya?"
Gardona mengangguk, "Sudah, tapi aku tidak tau berada di mana tombol tersebut. Lantai ini dikontrol oleh remot. Terlihat dari lampu yang berkedap-kedip serta hembusan angin yang kuat."
"Jadi, kita harus mencari tombol tersebut?"
"Ya, kita akan berpencar. Kau ke arah kiri dan aku ke arah kanan."
Mereka segera berpencar untuk mencari tombol tersebut. Mereka terus mencari sampai dimana terdapat ruangan. Gardona melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu.
Lagi-lagi Gardona mendengar ajakan itu, awalnya Gardona tidak menghiraukan. Tapi lama-kelamaan Gardona terbujuk dengan ajakan tersebut.
Di lain sisi, Daniel sedang berada di ruangan yang letaknya tepat berada di samping ruangan dimana Gardona berada.
Daniel juga mendengar suara itu, tapi tidak ada jawaban dari Gardona. Daniel merasa Gardona telah terbujuk. Daniel langsung memukul mukul tembok yang menjadi pembatas antata dirinya dengan Gardona. Dan memanggil-manggil nama Gardona.
Gardona yang masih terbujuk tidak mendengar apa-apa selain suara itu. Tapi Gardona tersentak saat ada suara memanggil-manggil namanya.
Gardona menoleh dan menghampiri dinding yang dimana suara itu berasal.
"GARDONA DENGARKAN AKU, KAU SUDAH BERJANJI UNTUK MEMBAWAKU KELUAR DARI SINI. DAN AKU JUGA SUDAH BERJANJI UNTUK MEMBUNUHMU SETELAH KELUAR DARI SINI. AKU TIDAK AKAN MENGINGKARI ITU, KARENA AKU BUKAN ORANG YANG PEMBOHONG."
Daniel menempelkan tangannya di tembok itu dan berkata dengan suara lembut, "Gardona, aku bersungguh-sungguh berjanji kepadamu. Aku tidak akan menghianati perjanjian kita, kembalilah kepadaku."
Gardona yang mendengar itu tersentak. Gardona juga menempelkan tangannya di tembok itu, "Apakah kamu janji?"
"Aku janji Gardona, mari kita keluar sama-sama setelah itu baru aku membunuhmu."
Tidak ada sahutan dari Gardona, tetapi Daniel tau bahwa Gardona telah setuju.
"Minggir lah Gardona aku akan meruntuhkan dinding ini."
Gardona segera menyingkir dari sana, setelah itu terdengar bunyi yang kuat bersamaan dengan runtuhnya dinding itu.
Gardona memeluk Daniel, Daniel membalas meneluk Gardona. Cukup lama mereka berpelukan, merekapun melanjutkan perjalanan mereka mencari lift nya.
Akhirnya mereka pun menemukan, lift dan tombol tersebut. Mereka segera memasuki lift tersebut dan menuju lantai berikut nya.
Lift itu berhenti di lantai 2, lantai ini sangat berbeda dengan lantai sebelum-sebelumnya. Lantai ini sangatlah mewah. Mereka segera berjalan menelusuri lantai tersebut.
Di tengah perjalanan mereka, ternyata ada monster yang menyerang mereka. Daniel segera melindungi Gardona, dan menyuruh Gardona untuk bersembunyi.
Gardona menuruti Daniel, Gardona segera mencari tempat persembunyian. Gardona mengamati Daniel yang sedang bertarung dengan monster itu, Gardona tersentak karena disana terlihat Daniel yang terluka dibagian perutnya.
Gardona cemas Daniel akan kalah, tapi kecemasan Gardona tidak terjadi. Karena ternyata Daniel lah yang memenangkan pertarungan itu.
Gardona segera menghampiri Daniel, dia melihat banyak darah keluar dari perut Daniel. Daniel ambruk dalam pelukan Gardona. Gardona segera menyeret Daniel untuk bersandar.
Gardona mencari-cari peralatan pertolongan yang suka dia bawa. Gardona segera membuka perban Daniel dan menjahit lukanya.
Gardona menunggu Daniel sadar, sampai Gardona tertidur menyender pada bahu Daniel. Besoknya, Daniel tersadar hanya saja tubuhnya masih lemah. Jadi Gardona mencari sendiri petunjuk itu.
Gardona tiba-tiba bertemu dengan seorang yang berpakaian layaknya pastur. Tapi orang tersebut tidak menyerang. Malah pastur tersebut membawa Gardona ke sebuah ruangan, sampai disana Gardona dijebak. Asap keluar dan membuat Gardona pingsan.
Gardona terbangun dalam keadaan terikat pada salib berukuran besar. Didepannya terdapat pastur itu. Pastur itu berkata sudah seharusnya Gardona diperlakukan seperti ini setelah apa yang dilakukannya.
Gardona dituduh membunuh seseorang, tapi Gardona terus mengelak. Api muncul dibawahnya, dan pastur terus-menerus melontarkan pertanyaan.
Gardona pasrah karena api semakin membakar kayu, dan dia tidak bisa membela diri karena tidak ada bukti yang kuat.
Gardona memejamkan matanya, saat memejamkan matanya Gardona teringat Daniel. Sekuat tenaga Gardona berontak.
Akhirnya Gardona terlepas dari ikatan itu dan terjatuh ke lantai. Gardona segera keluar untuk menghampiri Daniel.
Tetapi Daniel tidak ada ditempat, Gardona mencari-cari dimana Daniel. Sampai akhirnya dia bertemu Daniel di depan lift yang sejak tadi dia cari-cari.
Gardona segera melangkahkan kakinya menghampiri Daniel. Gardona menekan tombol itu dan mereka berdua memasuki lift tersebut.
Lift tersebut menuju ke lantai paling akhir yaitu lantai 1. Sesampainya mereka disana, mereka disambut dengan suasana seperti rumah orang pada umumnya.
Gardona merasa sangat familiar dengan lantai ini. Daniel melangkahkan kakinya menuju tangga untuk ke lantai atas, tapi Gardona melarang.
Gardona berkata bahwa dia yang akan ke lantai atas, sedangkan Daniel mencari ke lantai bawah. Mereka berpencar, Gardona melangkahkan kakinya kelantai atas.
Dilantai atas terdapat beberapa kamar tidur, dia membuka salah satu kamar tersebut yang membuat dia terkejut.
Dikamar tersebut terdapat orang tuanya dalam keadaan terjahit. Dia seketika ingat bahwa ini merupakan lantainya, tapi dia masih bingung mengapa dia bisa tinggal dilantai ini dan bagaimana kedua orang tuanya terbunuh.
Tiba-tiba dokter yang sama yang berada di lantai 4 muncul. Dia berkata bahwa Gardona lah yang membunuh kedua orang tuanya.
Gardona tidak percaya dengan semua omongan itu, tapi dokter itu memutar video bukti bahwa ternyata benar Gardona yang membunuh kedua orang tuanya.
Satu persatu ingatan yang dimiliki Gardona muncul begitu saja, dia ingat mengapa dia membunuh kedua orang tuanya. Itu karena kedua orang tua nya terus saja bertengkar, Gardona ingin memiliki keluarga yang harmonis. Jadi, Gardona membunuh kedua orang tuanya setelah itu menjahit mereka menjadi satu agar terlihat seperti keluarga yang harmonis.
Di sisi lain, Daniel sedang mencari petunjuk tersebut. Saat melangkahkan kaki, tiba-tiba lantai yang dia pijaki ambruk. Untung saja refleknya sangat bagus, kalau tidak Daniel akan mati tertancap besi yang berada tepat dibawahnya.
Seseorang mengulurkan tangannya kearah Daniel. Ternyata seseorang itu adalah pastur yang tadi. Pastur itu memberitahu petunjuknya.
Daniel sempat bingung tetapi dia menuruti perkataan pastur tersebut untuk memasuki sebuah ruangan. Saat menengok kebelakang, pastur tersebut sudah tidak ada.
Daniel memasuki ruangan, di ruangan tersebut ada tv. Tv itu menayangkan semua percakapan Gardona dengan dokter itu. Daniel segera melangkahkan kakinya keluar dan menuju ke lantai atas dengan terburu-buru.
Daniel membuka pintu dengan sekuat tenaga, Gardona dan dokter itu tersentak. Daniel segera menyerang dokter itu dan membawa Gardona ke lantai 2.
Gardona diam saja, Daniel yang tau Gardona takut tidak percaya dengannya, berkata.
"Aku tidak peduli masa lalumu, aku sudah berjanji untuk membunuh mu jangan khawatir."
Gardona yang mendengar itu sedikit lega. Karena benar dia khawatir bahwa Daniel tidak akan membunuhnya.
Dilantai 2 mereka kembali bertemu pastur. Mereka bertanya kepada pastur dimana pintu keluarnya. Pastur itu berkata hanya ada satu pintu keluar yaitu dinding kaca yang berada di belakang lemari.
Mereka berdua segera pergi dari sana, untuk mencari dinding tersebut. Gardona ingat tempat yang sangat mirip.
Sesampainya di tempat itu, mereka segera bergerak menuju lemari itu. Mereka mendorong lemari itu dan ternyata benar ada dinding kaca dibelakang nya.
Daniel memecahkan dinding kaca itu, dan terlihat ada tangga yang sangat tinggi. Mereka melangkahkan kakinya menaiki tangga itu.
Di tengah mereka menaiki tangga itu, tiba-tiba terdengar bunyi alarm kebakaran. Api pun datang dari arah belakang mereka.
Mereka segera berlari, Gardona yang sudah tidak kuat tersandung dan terjatuh. Akhirnya Daniel menggendong Gardona dan terus berlari. Tapi sayang di ujung tangga terdapan pagar besi yang sangat kuat.
Daniel menurunkan Gardona dan mencoba menghancurkan pagar tersebut dengan senjatanya. Berkali-kali Daniel mencoba, tetapi gerbang itu sama sekali tidak hancur. Api semakin mendekat kearah mereka.
Gardona yang melihat itu menyemangati Daniel dan meyakinkan Daniel bahwa dia bisa. Dengan sekuat tenaga Daniel menghancurkan pagar tersebut. Akhirnya pagar tersebut hancur.
Mereka segera keluar karena api sudah berada tepat di belakangnya. Mereka terus berlari, menuju pintu keluar yang ada di depannya.
Tapi Gardona tiba-tiba tertembak oleh seseorang, dan ternyata dokter itulah yang menembak. Dokter itu ingin mengincar Daniel. Tapi Gardona menghalangi tubuh Daniel dan akhirnya dialah yang tertembak.
Saat dokter itu ingin menembak lagi, anak panah menembus tangan dokter itu sehingga pistolnya terjatuh. Ternyata yang menembak kan anak panah adalah pastur itu.
Pastur itu menyuruh Daniel membawa Gardona keluar dari sini karena masih bisa diselamatkan dan pastur itu akan mengurus dokter tersebut. Daniel segera menggendong Gardona menuju pintu, dan berjalan menelusuri lorong yang gelap.
Dalam hati Daniel berkata agar Gardona bertahan lebih lama. Akhirnya, Daniel keluar dari gedung tersebut. Didepannya sudah terdapat puluhan polisi, Daniel meletakkan Gardona di bawah. Daniel berlutut dan mengangkat tangannya.
Pada hari itu Daniel Morero pembunuh buronan tertangkap dan Gardona Artis terselamatkan dan sekarang masih dalam perawatan.
Gardona menjalani hari harinya dengan psikolog, mereka berpikir bahwa Gardona shock karena telah bertemu pembunuh itu. Karena setiap dilontarkan pertanyaan Gardona hanya diam tidak menjawab.
Malam tiba, Gardona mendengar jendela kacanya pecah. Saat dilihat ternyata itu Daniel sedang berdiri di jendelanya.
"Hai gadis kecil, tidak lupa dengan hutang mu bukan? Aku menjemputmu untuk memenuhi utangmu itu."
Daniel mengulurkan tangannya kepada Gardona, Gardona tersenyum. "Tentu saja, aku tidak akan lupa dengan hutangku."
Gardona menyambut uluran tangan Daniel. Dan akhirnya mereka berdua keluar dari rumah sakit tersebut dengan senyum lebar.