Pada dasarnya rata-rata manusia membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, pembalasan itu tiada artinya. Karena kalau kita membalas dengan perbuatan yang sama, sama saja kita seperti orang tersebut sifatnya.
Jadi, lebih baik membalas nya dengan kebaikan, bukan? Karena sejujurnya ketika kesadaran diri menampar seseorang begitu telak, seseorang yang melakukan kejahatan tersebut akan merasa dirinya sangat rendah.
Seperti yang dilakukan Cia saat ini. Cia hanya diam saat orang-orang membicarakannya terang-terangan. Bahkan, sampai ada yang memanggil nya cupu.
"Eh cupu, sebenernya apa sih kelebihan lu? Gw liat-liat gada yang spesial dari lu tuh."
"Maksud kamu apa?"
"Alah, jangan sok-sok polos gitu deh. Lu pasti guna-guna Leon kan! Sampe-sampe Leon ngelindungin lu segitunya."
"Leon? Maksud kamu Leon Andara? Aku ga apa-apain dia kok. A-aku juga ga dekat sama dia."
"Bohong, lu pasti udah guna-guna Leon kan. Ngaku lu!"
"B-beneran, aku ga pernah bohong. Leon juga sering mengganggu aku."
"Wah, berani-beraninya bilang kayak gitu tentang Leon. Mana gamau ngaku lagi. Enaknya kita apain nih?"
"Sikat aja udah."
Tiba-tiba kedua orang yang tadi terus-terusan bertanya kepadanya, menarik paksa barang bawaannya. Akhirnya terjadi adegan tarik-menarik. Cia yang hanya sendiri sempat kewalahan. Sampai pada akhirnya datang seorang cowok yang membantunya.
"Lepas!" ucapnya dengan dingin dan tajam.
"L-leon," kedua perempuan tersebut shock dengan kedatangan Leon.
"GW BILANG LEPAS, LO BERDUA BUDEK?" teriakan Leon menggelegar di seluruh penjuruh sekolah. Seketika semuanya terdiam. Kedua perempuan tersebut pucat pasi dan langsung melepaskan tarikannya pada tas Cia.
"L-leon k-kita ga bermaksud gitu kok. K-kita cuman pengen bantu Cia aja ya kan Ra?" jawab salah satu perempuan itu dengan gemetar.
"I-iya bener tuh Leon, Kita cuma mau bantu Cia aja bawain barang-barang nya. Cuman Cia gamau jadi kita paksa sedikit."
Diam-diam dalam hati Cia mencibir perkataan kedua perempuan tersebut. Apanya yang mau membantu. Malah mereka ingin membuat Cia menjadi susah.
Suara Leon menyadarkan Cia dari cibirannya, "Lu berdua pikir gw bego? Kayak gitu lu bilang ngebantu? Jelas-jelas lu berdua maksa banget berasa pengen ngerampok. Dan Cia juga nolak, itu yang dibilang ngebantu? Gw ga sebodoh itu untuk dikibulin orang bodoh kayak kalian."
Muka kedua perempuan tersebut semakin pucat. Tiba-tiba mereka langsung menunduk meminta maaf, "M-maafin kita berdua L-leon. Kita janji gabakal ngulangin lagi.", "I-iya L-leon kita janji," ucap mereka berdua dengan gemetar.
Cia shock melihat kejadian tersebut didepan matanya. Jelas-jelas dia yang dibuat susah oleh mereka. Kenapa malah meminta maaf kepada Leon. Sungguh tidak adil.
"Tergantung, Cia maafin kalian atau ga. Kalo Cia ga maafin gw juga ga maafin. Karena Cia yang lu ganggu bukan gw."
Cia shock untuk kedua kalinya. Dia menoleh cepat melihat Leon. Aish orang ini. Bagaimana bisa menyerahkan keputusan begitu saja kepadanya.
"Cia, Cia kita berdua minta maaf ya Cia. Maaf kita janji ga bakal ngulangin kayak tadi lagi."
"Iya Cia, Maafin kita ya Cia."
Mendengar nada memohon seperti itu dari orang lain membuat Cia tak tega untuk tidak memafkannya. Cia pun menghela napas sebelum akhirnya menganggu kan kepalanya.
Melihat Cia mengangguk, raut wajah kedua perempuan itu berubah menjadi binar cerah. Dalam hati Cia berkata sepertinya ini keputusan yang tepat. Biarlah bagaimana kedepannya itu urusan nanti.
"Makasih Cia, makasih banyak." ucap mereka riang sambil menggenggam tangannya
Cia hanya mengangguk-anggukan kepalanya berulang kali. Kegiatan itu di hentikan oleh deheman seseorang yang masih setia berdiri disamping Cia.
"Udah? Kalo gitu pergi."
Kedua perempuan tersebut mengangguk. "Kita pergi dulu ya Cia, dah!"
Setelah kepergian kedua perempuan itu. Hanya tersisa mereka berdua yang masih berada di koridor kelas.
Cia merasa canggung, karena ini pertama kalinya Cia bertemu dengan Leon tanpa gangguan dari Leon. Biasanya setiap kali Cia bertemu dengan Leon. Leon selalu saja menjahili Cia, walaupun tidak sampai kelewat batas.
Hanya kenakalan kecil seperti menjulurkan kakinya ketika Cia ingin berjalan, menaru ember berisi air tepat di atas pintu kelas Cia sehingga saat Cia masuk Cia akan tersiram dan membuat Cia basah, menyembunyikan barang-barang Cia, dan masih banyak lagi kenakalan yang Leon lakukan terhadap Cia. Tapi tetap saja Cia merasa kesal. Karena tidak tahan dengan keheningan yang Cia rasakan, akhirnya Cia memberanikan diri untuk memulai percakapan.
"Makasih," ucap Cia lirih yang tentunya masih bisa terdengar oleh Leon.
Leon menoleh ke arahnya sambil mengangkat alisnya. Pertanda bahwa Leon tidak mengerti apa yang Cia ucapkan.
"Makasih tadi udah nolong aku " ucap Cia tersenyum tulus ke arah Leon.
Leon tertegun melihat senyum manis Cia. Yang sialnya bisa membuat Leon membeku sesaat dan detak jantungnya berdetak lebih cepat. Leon berdehem untuk menormalkan ekspresinya.
"Inget ya, gw bantu lu bukan berarti gw bakal berhenti gangguin lu. Gw cuman gak mau lu digangguin selain sama gw."
Senyum Cia pudar setelah mendengar perkataan Leon tersebut. 'Kalo gitu mending tadi aku gausah ucapin terimakasih deh,' ucap Cia dalam hati. Tanpa sadar Cia menyebikkan bibirnya. Ekspresi Cia itu tak luput dari pandangan Leon.
Diam-diam Leon tersenyum melihat tingkah menggemaskan Cia. Tiba-tiba sebuah ide jahil terlintas di pikirannya. Leon menarik rambut Cia, hingga Cia tersadar dari kegiatannya.
"LEON! SAKIT TAU," Cia berteriak kepada Leon, karena memang benar kepalanya terasa sakit setelah ditarik oleh Leon.
Leon yang mendengar itu hanya tertawa terbahak-bahak sambil terus berlari agar Cia tidak bisa mengejarnya. Padahal Cia sama sekali tidak ada niatan untuk mengejar Leon.
Cia berjalan menuju kelasnya masih dalam keadaan kesal. Kakinya mengentak-hentakan lantai. Bibirnya cemberut. Dan saat membuka pintu kelas seluruh badannya dipenuhi terigu. Cia semakin kesal saat mendengar tawa dari Leon dan kedua temannya.
Entah kenapa hari ini Cia merasa sangat kesal terhadap Leon. Padahal hari-hari sebelumnya Cia pun selalu di kerjai seperti ini. Tapi tak ada rasa kesal sedikitpun dihati Cia. Mungkin karena pengaruh dari hormon nya, karena saat ini Cia sedang datang bulan.
Baru saja Cia hendak mengomel tiba-tiba ada guru bertanya kepadanya, "Ada apa ini? Cia kenapa kamu dipenuhi terigu semua?"
"Apa kalian yang melakukan ini kepada Cia?" semua terdiam, tidak ada yang berani menjawab. Guru itu seakan tau dalang dari semua ini, "Leon kamu pasti yang melakukan ini ke Cia? Kamu jangan begitu Leon, kasian Cia jadi penuh terigu begini. Untung saja bukan air. Kalau air bagaimana? Bajunya bisa basah dan Cia bisa sakit. Kamu jangan mengulangi seperti ini lagi ya Leon."
Leon cemberut mendengar perkataan guru itu yang tepat sasaran. Leon melihat ke arah Cia yang sudah di penuhi terigu. Saat tatapan mereka bertemu Cia tanpa sadar menjulurkan lidahnya ke Leon. Sontak itu membuat Leon membulatkan mata.
"Yasudah Cia, sekarang kamu pergi ke kamar mandi. Bersihkan semua terigu yang ada di seluruh badan kamu ya Cia."
"Baik bu, kalau begitu Cia permisi dulu bu."
Cia pun keluar kelas menuju kamar mandi untuk membersihkan dri. Untungnya hanya terigu jadi dia tidak sulit untuk membersihkannya.
***
Tak terasa waktu berjalan. Saat ini bel istirahat sudah berbunyi. Para siswa maupun siswi berebutan keluar kelas untuk segera mengisi perut mereka yang kosong. Karena tenaga mereka telah terkuras untuk berpikir.
Tapi tidak dengan Leon, tak ada tanda-tanda dirinya untuk beranjak dari tempat duduknya. Dia masih setia memikirkan kejadian saat Cia menjulurkan lidah kepadanya. Menurutnya itu sangat menggemaskan. Terlebih lagi ini pertama kalinya dia mendapat ekspresi seperti itu dari Cia.
Biasanya ketika dia menjahili Cia, Cia hanya akan menghela napas dan beranjak untuk membersihkan diri. Cia begitu dingin terhadapnya. Tapi tidak dengan hari ini. Cia terasa lebih ceria daripada yang sebelum nya. Tanpa sadar Leon tersenyum memikirkan itu. Hingga kedua sahabatnya menatapnya dengan tatapan heran.
"Woi Yon, lu knpa senyum-senyum sendiri kayak orang gila," tanya Rio salah satu sahabatnya.
"Au lu Yon, makan apa lu tadi pagi. Jangan-jangan lu salah makan ye. Makanya jadi gila gini," ucap Satria yang juga sahabat nya.
"Berisik lu berdua, ganggu ketenangan gw aja," ucap Leon ketus.
Satria dan Rio semakin menatap Leon dengan heran. Mereka menggelengkan-gelengkan kepalanya karena sahabat mereka yang satu ini benar-benar sudah tidak waras.
Lihat saja bukannya berhenti tersenyum, Leon malah tersenyum semakin lebar hingga suara kekehan terdengar dari mulutnya.
"Cukup, yo gw gatahan sama ini anak. Gw rasa ini anak kesambet deh. Masa ketawa-ketawa ga jelas begini. Apa kewarasannya udah mulai pudar ya yo?"
"Bener kata lu Sat, ini anak pasti kenapa-kenapa gw jadi khawatir. Gmna ya caranya biar sadar?"
"Btw gush panggil gw Sat juga anjing. Nama gw tuh Satria."
"Emang apa bedanya sih kan Sat itu diambil juga dari nama depan lu Satria. Jadi sama aja, ribet lu kek cewek."
"Bukan masalah itu yo, kalo Sat itu berasa kembaran nya bangsat gw."
"Sifat lu emang kek bangsat jadi jangan protes dah."
"Anjing lu yo."
"Udah ah, urus dulu ni anak satu. Masih cekakak-cekikik aja kayak orang gila. Lama-lama bisa gila beneran kalo kita diemin."
"Bener juga lu yo, gw punya ide yo. Gmna kalo kita guyurin aer aja biar sadar."
"Tumben otak lu pinter yo. Yudh gih beli aer di kantin."
"Ye si anjing! Masa gw juga yang jalan, lu lah gw tunggu disini."
"Santai aje ngapa Sat, ngegas mulu lo. Kelewatan baru tau rasa lo."
Setelah perdebatan yang cukup panjang akhirnya Rio mengalah dan langsung pergi menuju ke kantin.
Sesampainya di kantin Rio segera membeli air mineral dingin dan beberapa makanan karena perutnya terasa lapar. Merasa apa yang dia butuhkan sudah terbeli semua Rio pergi dari kantin untuk kembali ke kelasnya.
Di tengah jalan menuju kelas, tanpa sengaja Rio melihat Cia yang biasa Leon, Dia, dan Satria jahili sedang dituntun oleh seorang cowok.
Segera saja Rio berlari untuk memberitahukan hal ini kepada Leon.
"Lama amat lu Yo beli aer mineral doang."
"Bacot lu, dah ni aer mineralnya. Cepetan siram tuh si Leon. Ada kejadian yang penting yang harus gw ksh tau dia."
"Iye-iye elah sensi amat. Sabar dikit napa."
Satria pun membuka air yang tadi diberikan oleh Rio. Setelah dibuka air tersebut disiramkan ke muka Leon yang masih saja tersenyum setelah hampir setengah jam lamanya.
Byur...
Leon seketika terkejut karena tiba-tiba saja dia disiriam oleh air yang dingin. Saat di lihat ternyata kedua sahabat laknatnya pelakunya.
"Lo berdua gila ya. Nyiram gw pake aer, mana dingin lagi. Shit! Baju gw jadi basah," sentak Leo kesal.
"Lo yang gila, dari tadi senyum-senyum ga jelas. Kita panggil-panggil ga nengok-nengok yaudh kita siram aja lo."
"Tapi baju gw jadi basah bangsat."
"Udah-udah, yon ada hal yang lebih penting yang harus lu tau."
Leon membuka seragamnya dan membiarkan dia dengan memakai baju dalamannya saja. Mendengar itu kening Leon berkerut.
"Emang ada apaan?" tanya Leon penasaran.
"Tadi gw liat Cia lagi digandeng sama cowok lain ke arah taman belakang. Kayaknya sih anak kelasan sebelah."
Sontak Leon langsung berdiri dan berlari menuju tempat Cia dan cowok itu berada. Napas Leon terengah-engah ketika sampai disana. Benar saja dia melihat Cia dan seorang cowok sedang berhadap-hadapan, tampaknya cowok itu sedang menyatakan perasaannya terhadap Cia.
Leon buru-buru mendekati mereka berdua. "Cia lo disini, gw dari tadi nyariin lo kemana-mana ternyata disini. Ngapain berduaan sama cowok lain? Kan gw dah bilang jangan ketemu cowok lain tanpa adanya gw. Gimana sih lu ga ngerti-ngerti."
"Tunggu-tunggu lu emang siapanya Cia, larang-larang Cia?" tanya cowok itu.
"Cia belum kasih tau lo? Kenalin gw Leon Andara. Pacar Cia."
Sontak semua yang ada disitu terkejut terkecuali Leon, "Tunggu apalagi? Mending lu balik deh ke kelas lo."
Cowok itu pun pergi dari sana, "Leon kamu apa-apaan sih? Pacar? Gasalah?" ujar Cia kesal.
"Ga gw serius, Cia sejujurnya gw udh lama suka sama lo. Tapi gw bingung gmna cara deketin lu. Karena lu tertutup banget jadi gw lakuin kejahilan supaya bisa deket sama lu. Jadi lu mau ga jadi pacar gw?" ucap Leon dengan tulus.
Cia yang mendengar itu terkejut, "Iya Leon aku mau, sebenernya semenjak kamu jahilin aku waktu itu aku mulai ada rasa sama kamu, cuman aku takut ungkapinnya karena aku ngerasa ga pantes buat kamu."
Leon tersenyum lebar mendengar itu semua, "Makasih Cia, gw janji bakalan jagain lu. Dan setia sama lo."
End.
***