Entah sudah berapa kali aku menghela napas hari ini. Itu semua karena peristiwa yang saat ini terjadi tepat di hadapanku. Rasanya aku ingin pergi dari sini karena tidak tahan dengan apa yang sedang terjadi di hadapanku. Tapi aku penasaran bagaimana kelanjutannya. Labil? Ya begitulah aku.
"Hah.."
"Ini udh kesekian kali gw denger lu ngehela napas Ta," ujar Aya.
"Lu kenapa si Ta? Dari tadi ngehela napas mulu," ujar Anita.
"Au lu Ta, capek gw dengernya," ujar Eliora.
Aku hanya diam mendengar pertanyaan dan perkataan dari ketiga sahabat ku itu. Ohh, iya aku belum mempernalkan mereka, mereka adalah sahabatku dari semasa SMP.
Kita ber3 memutuskan untuk masuk ke SMA yang sama. Walaupun jurusan kami berbeda, tapi setidaknya kami tetap bisa bersama.
Oke, kembali kemasa sekarang. Aku lebih memilih untuk menatap apa yang sedang terjadi di hadapanku ketimbang menjawab pertanyaan mereka.
"Yeu, si bego ditanya malah diem aja."
"Ga biasanya lu Ta diem gini. Biasanya lu nyerocos aja kayak petasan mercon."
"Jangan-jangan lu kesambet setan gagu ya Ta. Makanya lu tiba-tiba diem gini."
Aku mendengus kesal mendengar perkataan mereka. Mereka memang sangat senang membully ku seperti ini. Rasanya membullyku adalah suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh mereka.
"Diem lo pada, berisik amat. Gabisa apa gusah bully gw mulu. Demen banget lo pada bully gue," sahutku dengan jengkel.
"Akhirnya ngomong juga ni kampret."
"Nah, gtu dong keluar juga kan sifat asli lo."
"Alhamdulillah Ta, ternyata dugaan gw ga bener."
Rasanya aku ingin sekali mencekik mereka bertiga. Untungnya aku sayang mereka. Bagaimanapun juga, mereka sahabat yang selalu berada disisiku. Di saat aku susah maupun senang.
"Lagian lu kenapa sih Ta, ngehela napas mulu. Kita dengernya capek Ta."
"Iya Ta, ada apa sih ga biasanya. Lu ada masalah?"
"Kalo ada masalah cerita aja Ta ke kita, siapa tau kita bisa bantu."
Mendengar nada khawatir dari ketiga sahabatku itu membuat rasa bersalahku muncul.
"Gw gapapa kok, cuman lagi kepikiran sesuatu aja. Kalian ga perlu khawatir," ujarku menenangkan mereka ber tiga.
"Beneran Ta?," ucap Aya mewakili kedua sahabatku.
"Iya beneran," ucapku berusaha meyakinakan.
"Yaudah deh, kalo gitu balik ke kelas yok. Udah mau bel nih," ucap Eliora.
"Ayok!" ucap Anita dan Aya berbarengan.
Aku hanya mengangguk. Dan berdiri mengikuti langkah mereka bertiga.
***
"ASSALAMUALAIKUM. MA, AKU PULANG!" ucapku dengan berteriak.
"Wa'alaikumsalam, gak usah pake teriak kenapa Ta, pengeng mama dengernya," ujar mama sambil berjalan menghampiriku.
Aku cemberut mendengar perkataan mama. Aku pun menyalimi tangan mama. Ini memang sudah menjadi tradisi keluargaku sejak dulu. Kami mengikuti tradisi nenek moyangku yang merupakan orang Asia.
"Ta, nanti malam mama kedatangan tamu. Kamu bantu mama ya Ta nyiapin semuanya."
"Iya, ma."
"Oh iya Ta, kamu jangan lupa pakai gaun yang udh mama siapin di lemari kamu dan jangan lupa dandan yang cantik ya Ta," ucap mama sambil tersenyum.
"Loh, kok aku harus dandan? Emangnya ada urusannya sama aku ma?" tanyaku heran.
"Gak ada Ta, mama cuman mau ngenalin kamu ke temen ama aja."
"Tapi ma, tugasku dari sekolah itu banyak. Lagi pula mama kan tau aku gasuka pake gaun, apalagi dandan," ucapku berusaha menolak permintaan mama.
"Sebentar aja kok Ta, cuman sapa-sapa sama temen mama. Habis itu udah terserah kamu mau ngapain. Mama nyuruh kamu lama gaun dan dandan supaya lebih sopan aja Ta sama tamu mama."
"Iya-iya deh. Cuman sebentar kan? Awas lama," sungutku kesal.
"Iya ta, cuman sebentar. Mama janji," ucap mama riang.
Aku menggerutu dalam hati, padahal niatnya malam ini aku ingin mengerjakan tugas terlebih dahulu. Setelah itu aku akan marathon anime kesukaan ku. Hancur sudah rencana yang telah ku rencanakan dengan matang untuk melupakan kejadian tadi. Memang ya, ketika kita sudah merencanakan sesuatu sesuai keinginan kita pasti ada saja halangannya.
Ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Aku sudah terlanjur mengiyakan permintaan mama. Rasanya tidak enak menolak setelah menerima. Aku harus menahan keinginan ku untuk marathon anime kesukaanku.
***
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam, ayo Ran silahkan masuk. Udah lama ya Ran kita ga ketemu gini, terakhir kapan ya Ran kita kayak gini?"
"Iya juga ya Re, aku juga udah lupa kapan terkahir kali kita kayak gini."
"Aduh..sampe lupa mempersilahkan tamu duduk. Ayo duduk Ran!"
"Haha, iyaa Re gapapa kok. Eh ngomong-ngomong anak kamu yang cantik itu mana Re, kok ga keliatan?"
"Ohh itu ada Ran diatas tadi aku suruh siap-siap, sebentar ya Ran aku panggil dia dulu."
Sedangkan di dalam kamar...
Aku sudah selesai bersiap. Tinggal menunggu mama memanggilku untuk turun kebawah.
Aku memutuskan untuk memainkan hpnya sembari menunggu mama. Tak berapa lama terdengar ketukan dari pintunya. Itu pasti mamanya.
"Ta, kamu udh selesai belum? Temen mama udh dateng. Yuk turun!"
"Iya ma, aku udah selesai kok," ujar Tata seraya bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.
"Ayok ma!"
"Subhanallah, cantik sekali anak mama ini."
"Ah mama bisa aja, udah ah yuk turun takut temen mama nunggunya kelamaan."
"Yaudah yuk!"
Aku dan mama berjalan menuruni tangga, terlihat di ruang tamu wanita yang seumuran dengan mama.
Menyadari ada yang datang, tante itu menoleh ke arahku dan mama. Dan rasa-rasanya saat dilihat dari dekat. Wajah tante itu tidak terlihat asing bagiku.
Ntah lah mungkin hanya perasaanku saja, toh ini pertemuan ku pertama kali dengan teman mama.
"Ran, kenalin ini Tata putriku."
"Selamat malam tante," ucapku sambil menyalami tangan tante itu.
"Cantik banget anak kamu Re, sopan lagi. Pintar banget kamu mendidik anak Re." ucap tante memujiku dan mama.
"Ah kamu Re bisa aja, kamu juga pintar kok mendidik anak kamu."
Aku dan mama pun duduk di depan tante itu. Kami pun mengobrol, lebih tepatnya sih tante Re dan mama yang asik mengobrol. Walaupun sekali-kali tante Re melontarkan pertanyaan kepadaku. Tiba-tiba aku menangkap percakapan yang menarik.
"Eh Ran, katanya kamu bakalan dateng sama putra mu itu. Dia gajadi dateng Ran?"
"Ohhh katanya lagi dalam perjalanan kesini Re. Aku udh kasih alamat rumah kamu ke dia, soalnya tadi katanya dia ada urusan sebentar. Jadinya dia menyusul."
"Ohh gitu ya Ran."
Setelah itu hanya percakapan yang biasa di obrolkan sesama ibu-ibu. Aku jadi penasaran seperti apa putra tante Re.
Tiba-tiba terdengar seseorang memberi salam dari luar. Segera saja mama bangkit dan membuka kan pintu untuk tamu tersebut. Aku menebak kalau tamu tersebut merupakan putra dari tante Re.
Posisiku saat ini sedang menunduk, ketika mama telah datang bersama tamu itu. Aku baru mengangkat wajah ku ketika mama berbicara kepadaku untuk berkenalan dengan putra tante Re.
"Ta, kenalin ini putranya tante Re."
Aku mengangkat wajahku untuk melihat seperti apa putra tante Re. Dan terkejut saat melihat wajah putra tante Re.
"Kamu!" ucapku sangat terkejut. Mama dan tante Re pun sama terkejutnya. Bedanya mereka terkejut dengan reaksi ku. Sedangkan aku terkejut mengetahui siapa yang berada di hadapanku.
"Kamu kenal sama dia Ta?" tanya mama heran.
"Ah..iya ma dia teman Tata disekolah."
"Bener yang dibilang Tata Gil?" tanya tante Re kepada Gilvy. Ya, itu Gilvy teman satu sekolahku dan juga putra dari teman mama.
Gilvy hanya mengangguk dalam diam. Ck..bahkan terhadap mamanya dia seperti itu. Yang aku tau Gilvy merupakan anak yang sangat cuek di sekolah ku. Aku pikir dia hanya cuek terhadap orang yang tidak dekat dengannya. Tapi ternyata dengan mamanya sendiri seperti itu, benar benar kulkas.
"Wah bagus dong kalo kayak gitu, jadi gampang deh menjodohkan kalian."
Cibiran ku terhadap Gilvy seketika terhenti. Aku menoleh horror ke arah mama. Tambah shock ketika mendengar jawaban dari tante Re.
"Bener banget Ran, atau kita langsung adakan pertunangan saja ya untuk mereka?" ucap tante Re antusias.
"Wah boleh juga tuh re, jadi kira-kira kapan ya enaknya?" balas mama dengan sama antusiasnya.
Aku bingung dengan semua ini. Bahkan Gilvy tidak terlihat kaget, dia hanya diam mendengarkan perkataan mamanya dan mamaku. Seketika aku pusing.
"Tunggu-tunggu, sebenarnya apa maksudnya? Aku ga ngerti," ujar ku bingung.
Seketika mama dan tante Re yang asik mengobrol terhenti dan menoleh ke arahku.
"Loh, tante kira kamu udah tau kalau mau dijodohin sama putra tante," ucap tante Re yang membuat rasa terkejut ku berkali-kali lipat. Aku segera menoleh ke mama dengan tatapan bertanya.
"Hehehe, maaf ya Ta. Mama boong sama kamu, habisnya kamu pastinya gabakal mau kalo mama bilang kamu mau dijodohkan dengan putra nya temen mama. Lagi pula ternyata kamu udh kenal sama Gilvy jadi terima aja ya, Ta."
"Jadi maksud mama menyuruh ku berdandan untuk ini?"
"Iya, Ta. Maafin mama ya"
"Tapi.. Gmna sama Gilvy memangnya dia setuju?"
"Dia setuju kok Ta"
"Tapi ma aku gamau ma. Aku gamau sama Gilvy. Aku ga begitu akrab sama dia. Aku sekedar kenal aja sama dia."
"Loh Ta, mama pikir kamu itu pacaran sama Gilvy. Karena sebenernya yang meminta dijodohkan itu Gilvy nya langsung."
"APA?!" sudah habis rasa terkejut ku. Kira-kira apalagi kejutan yang akan ku terima.
***
Saat ini baru saja aku keluar dari toilet setelah menyelesaikan panggilan alam ku. Setelah kejutan bertubi-tubi yang hari ini aku dapatkan, rasanya aku ingin menjernihkan pikiran ku sebentar.
Baru saja ingin melangkah kan kaki menuju keruang tamu, tiba-tiba saja lenganku ditarik oleh seseorang. Dan tubuhku menabrak dada bidang yang saat ini berada tepat dihadapanku.
"Kenapa kamu terkejut? Apakah kau ingin menolak lamaranku?" bisik suara yang sangat aku kenali. Siapa lagi kalau bukan Gilvy.
"Gimana ga terkejut, di sekolah kamu sama cewek lain. Pas dateng kerumahku ternyata mama kamu temen mamaku. Terlebih lagi kamu minta tunangan sama aku. Aku jadi bingung mau mu apa."
Dia terkekeh mendengar ucapan ku, "Jadi, itu alasan kamu pas di sekolah tadi kamu ngeliatin aku sambil menghela napas terus-terusan? Kamu cemburu?" tanya Gilvy sambil mengejekku.
Aku mendengus mendengar dia mengejekku, "Emang nya ga boleh cemburu sama pacar sendiri. Lagi kamu tuh ya ga sadar diri banget, udh punya pacar msh aja deket sama cewek lain," ujar ku ketus.
Tawa nya berderai setelah mendengar perkataanku. Ya, kejadian yang membuat ku terus-terusan menghela napas adalah melihat Gilvy mengobrol sangat akrab dengan cewek lain.
"Dia itu salah satu sepupu jauhku sayang, aku emang belum kenalin dia ke kamu. Tapi dia udah tau kamu kok. Bahkan tadi dia juga tau kalo kamu natapin kita berdua terus. Niatnya dia mau ngasih tau kamu biar ga salah paham. Tapi aku biarin karna aku pengen ngasih kejutan ke kamu."
Aku menganga mendengar perkataannya, ternyata kejutan ku ga sampai tadi saja. Aku benar-benar cemburu buta.
"Kamu jahat banget sih, biarin aku cemburu buta ke kamu. Tapi niat kamu ngasih kejutan ke aku itu bener-bener berhasil. Kamu udah berapa kali bikin aku kaget," ujar ku sambil cemberut ke arahnya.
Tawa nya terdengar lagi kali ini sedikit keras. Aku sampai berpikir apakah suaranya terdengar sampai ruang tamu atau tidak ya? Karena jarak ruang tamu dengan kamar mandi dapur lumayan dekat.
"Maaf sayang, jadi gimana keputusan kamu? Kamu mau kan tunangan sama aku? Setelah lulus kita akan menikah."
"Iya aku mau Gil," ujar ku sambil tersenyum.
"Makasih sayang, aku mencintaimu."
"Aku juga mencintai mu Gil."
End.
***