Chereads / Dream Wedding / Chapter 12 - ⭕ 12. Tak Sekuat Itu

Chapter 12 - ⭕ 12. Tak Sekuat Itu

^Selamat Membaca^

¤ Aku sarankan untuk mendengarkan lagu 'Davichi_-_Forgetting_You' hehehe biar dapat feelnya pas baca ¤

...

Air mata Naya jatuh di setiap langkahnya menjauh dari orang-orang sok suci itu.

Memangnya mereka pikir, mereka telah menjadi istri yang baik, istri yang hebat, atau telah menjadi istri yang sempurna?

Naya akui dirinya bukan istri yang diharapkan banyak orang, tetapi Naya telah berusaha. Tidak bisakah mereka menunggu sebentar saja, agar Naya bisa menunjukkan pada mereka bahwa Naya juga bisa menjadi istriable.

Dulu Naya pikir, seorang istri hanya perlu melakukan perintah suaminya. Namun, sejak menjadi istri Aditya, Naya rasa dirinya perlu sedikit bekerja keras agar diakui oleh keluarga Aditya yang sangat-sangat menjengkelkan menurut Naya.

Terlebih lagi Aditya tidak membela dirinya di hadapan keluarga, yang Aditya lakukan hanya menyalahkan Naya saja. Argh! kenapa Aditya berubah dalam sekejap? Sebenarnya apa yang tidak Naya ketahui tentang suaminya itu?

Sesampainya di dalam kamar, Naya dengan segera mengunci pintu agar tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruangan itu.

Naya jatuh terduduk di lantai yang dingin, bisakah Naya berharap masalah ini cepat berlalu?

Naya menangis sejadi-jadinya, meluapkan semua amarah yang Naya tahan sejak tadi. perkataan - perkataan seluruh keluarga Aditya berputar di otaknya bagai kaset rusak.

"Hiks, aku tak sekuat itu mendengar cercaan mereka, rasanya aku sangat ingin kabur dari rumah ini, tapi ... aku telah berjanji pada diriku dan Aditya, jika aku akan merubah penilaian mereka tentangku" gumam Naya.

Air mata berjatuhan di pipi Naya, dunia seakan mempermainkan Naya yang hanya ingin hidup bahagia seperti impiannya. Namun, harapan itu seketika hancur setelah mengenal keluarga Aditya atau ini arti dari perkataan Ayah Naya mengenai pernikahan?

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Naya. Namun, dirinya berusaha abai dan tetap menelungkup kan kepalanya.

"Naya? Ini ibu ayo buka pintunya" ucap seorang perempuan yang berada di balik pintu.

Naya mengangkat wajahnya mendengar suara Ibu Aditya.

"Naya? Apa kamu di dalam?" tanya Qiana lagi.

Naya mengusap air matanya, dan beranjak untuk membukakan pintu untuk Ibu Aditya.

Cklek

Qiana langsung masuk dan memeluk Naya, tak lupa Qiana mengunci kembali pintu itu.

"I-ibu, ada apa ... kenapa memelukku?" tanya Naya bingung.

"Ibu hanya ingin memelukmu, apa itu salah?" ujar Qiana sambil mengeratkan pelukannya.

Naya berhenti berpura-pura dan langsung membalas pelukan Qiana tak kalah erat, "Tidak Ibu, tetap seperti ini aku ... merindukan pelukan hangat ini"

Sekitar 3 menit mereka berpelukan, Qiana melonggarkan pelukan itu dan menatap manik mata Naya.

"Maafkan Ibu Naya, Ibu tidak bisa menghentikan merek---"

"--- Tidak ibu, jangan mengatakan hal itu, Naya tidak menyukainya" potong Naya.

"Tapi tetap saja Naya, walau Ibu tau yang mereka lakukan adalah salah. Ibu tetap tidak dapat menghentikan mereka, Ibu tidak bisa berbuat apa-apa untukmu, Naya. Maafkan Ibu"

Naya menggeleng dan menatap manik Ibu mertuanya itu, "Tidak Ibu, Naya tidak apa-apa. Naya akan berusaha mengubah penilaian mereka terhadap diriku"

Qiana membawa Naya duduk di atas ranjang, "Apa kamu sungguh-sungguh akan merubah penilaian mereka?!" ujar Qiana antusias. Namun, senyumnya itu hilang mengingat bagaimana sifat keluarganya, "tapi Ibu ragu apakah itu akan berhasil atau tidak"

Naya tetap mempertahankan senyumnya menatap manik mata Qiana, "Ibu tenang saja, Ibu hanya perlu duduk dan menunggu. Naya akan melakukan segala cara untuk merubah segalanya"

Qiana mengelus pelan surai rambut Naya, "Ibu, akan menunggu hal itu terjadi dan soal Aditya, Ibu---"

Naya memegang kedua tangan Qiana, "Masalah itu, Naya mengerti Ibu. Naya akan berusaha memahami jalan pikiran suami Naya" walau Naya sendiri tak tahu harus bagaimana menghadapi suami Naya, lanjut Naya dalam hati.

"Ibu sangat bersyukur memiliki menantu seperti kamu" ucap Qiana sambil membawa kepala Naya kedalam pelukannya.

"Naya juga sangat bersyukur memiliki mertua seperti Ibu" gumam Naya menatap kedepan.

...

Bruk

"Naya!"

Naya yang sedang bersiap untuk tidur, mengalihkan perhatiannya pada seorang laki-laki yang menatap tajam dirinya.

"Ada apa kak, kenapa kakak terlihat sangat marah?" tanya Naya sambil mendekat pada Aditya, Yah laki-laki itu adalah Aditya suami sah Naya.

Aditya maju dan mencekram pipi Naya, Naya yang tak siap hanya bisa merintih menahan sakit akibat cakaran kuku Aditya pada pipi Naya.

"Apa yang telah kamu katakan pada pada Ibu saya?!" tuduh Aditya.

Naya menatap Aditya bingung, "A-apa yang kakak katakan? Naya tidak meng---"

"--- Halah, tidak usah berbohong. Arunika sendiri yang mengatakan pada saya, kalau kamu mengadukan yang tidak-tidak pada Ibu tentang diri saya"

Naya membola menatap tak percaya pada Aditya, dengan segenap kekuatan yang ada Naya berusaha melepaskan cengkeraman Aditya dari pipinya.

"Aku tidak mengatakan apapun pada Ibu, tentang kakak!" ujar Naya.

Aditya menyeringai menatap Naya, "Woah! Kamu sangat hebat dalam berbohong. Lalu jika bukan kamu siapa orang yang telah membuat Ibu dan Papa memarahi saya habis-habisan!" sergah Aditya.

Naya menatap tajam manik mata Aditya, "Itu bukan kesalahanku! Terserah kakak mau melakukan apapun, aku tidak peduli"

Naya berbalik dan melangkah ke ranjang, tidak memperdulikan Aditya yang saat ini menatap dirinya dengan amarah.

Aditya yang telah dikuasai amarah akhirnya mencengkeram tangan Naya dan melemparkannya ke ranjang.

"Argh! apa yang kakak lakukan!" teriak Naya marah.

Aditya tersenyum menakutkan menatap manik mata Naya, "Saya? Kamu bertanya apa yang saya lakukan?!"

Mata Naya melebar melihat Aditya berjalan ke arahnya sambil membuka tali pinggang miliknya.

"Tidak! Apa yang kakak lakukan?!" teriak Naya ketakutan.

"Hahaha, hanya sesuatu yang seharusnya saya lakukan sejak dulu" Aditya melepaskan tali pinggangnya dan beralih membuka kemejanya.

Naya merasa ketakutan dan berusaha menjauh dari Aditya.

"Mau kemana?"

Naya tak memperdulikan ucapan Aditya, Naya mengapai daun pintu dan berusaha membukanya.

"Itu tidak akan berhasil, lihat? Kuncinya ada pada saya!" ucap Aditya sambil memainkan kunci di jarinya.

"Argh! Apa yang sebenarnya kakak lakukan? Kenapa kakak seperti ini!" ujar Naya.

Aditya melempar kunci dan kemejanya entah kemana, lalu dengan gerakan perlahan Aditya melangkah mendekati Naya. Naya yang melihat semuanya hanya bisa memundurkan badannya hingga mentok di dinding.

"Jangan mendekat! Tetap di sana, kumohon" ujar Naya ketakutan.

"Menyuruh diri saya mundur? Apa kamu tidak melihat hasrat seksual saya saat ini?" bisik Aditya di telinga Naya.

Aditya mengurung Naya menggunakan kedua tangannya yang dia letakkan di dinding, "Saya tidak akan mundur sekarang, sebelum memberikan hukuman kepada dirimu karena terlalu banyak mengadu, dasar manja!" ucapnya sambil menatap sinis Aditya.

Naya menatap wajah Aditya takut, "Kak, kumohon jangan seperti ini ... aku takut"

Aditya berdecih, "Kenapa harus takut? Bukankah sudah kewajibanmu melayani saya?!" tutur Aditya.

Naya diam tak bisa mengelak lagi, tapi Naya tidak ingin melakukannya di situasi yang seperti ini.

"Tapi kak, mmpphhh" Ucapan Naya terhenti karena sebuah benda lembut menempel di bibirnya.

Aditya mencium Naya dengan mengebu-ngebu dan tak berperasaan hingga membuat sudut bibir Naya robek. Naya sendiri hanya diam dan menikmati ciuman Aditya karena jujur Naya tak pernah berciuman dan Aditya berhasil mengambil first kiss Naya.

Naya memukul-mukul dada Aditya karena kehabisan napas, Aditya yang mengerti kode Naya segera melepaskan tautan bibir mereka.

"Hah! Hah!"

Naya menghirup udara sebanyak-banyaknya. Setelah pernapasan Naya kembali normal, Naya menatap tajam Aditya.

Plak

Sebuah tamparan mendarat dengan mulus di pipi Aditya.

"KAKAK! APA YANG KAKAK LAKUKAN ITU SALAH!" teriak Naya marah merasa tak terima dirinya diperlakukan sekasar itu oleh Aditya.

Aditya menarik rambut Naya sebagai balasan dari tamparan itu, "Kamu berani menampar saya?! Kalau kamu tidak terima dengan perlakuan saya, kenapa kamu juga menikmatinya, Ha?!"

Naya tak menjawab pertanyaan Aditya, "Lepaskan!"

"Mau saya lepaskan? Baiklah!" Aditya melempar Naya di ranjang dengan kasar hingga membuat Naya mengaduh kesakitan.

"Kenapa kakak melemparku!!!" teriak Naya marah.

Aditya tak menggubris teriakan Naya, dirinya melangkah mendekati Naya dan mengurung Naya dalam kurungannya.

"Lepaskan!" teriak Naya meronta-ronta di bawah Aditya.

Aditya tak menggubris Naya, dirinya segera melakukan saran dari 'orang itu'.

"ARGH!" Naya menjerit histeris ketika Aditya memerawani dirinya.

Hancur sudah ...

Di detik ini, Naya berteriak dan menangis sekeras-kerasnya mengabaikan kenyataan bahwa teriakan Naya dapat di dengar oleh orang rumah.

Naya telah menjadi perempuan seutuhnya dengan cara yang kasar dan situasi yang salah.

Detik ini juga, Naya mengklaim dirinya membenci seorang Aditya Candramawa dan bersumpah akan membalas semua perbuatan Aditya malam ini pada dirinya.

Naya akan membalas semua perlakuan kasar dan tak berperikemanusiaan Aditya.

Tangisan dan teriakan Naya menjadi saksi runtuhnya harapan seorang Nayanika Carissa Salsabilla untuk seorang pria bunglon seperti Aditya Candramawa.

....

To Be Continud

^Selamat berkomentar dan mendukung cerita ini. Oh iya menurut kalian, apa Naya akan memaafkan kesalahan Aditya? atau akan tetap membenci Aditya seumur hidupnya?🌙

Salam hangat^^

Apipaa ❤