^Selamat Membaca^
...
Naya hanya diam, menyandarkan kepalanya pada kaca mobil. Naya tak tahu lagi harus berpikir bagaimana, otaknya seakan menolak untuk berpikir mengenai kejadian belakangan ini. Mungkin, mengikuti alur takdir adalah pilihan yang tepat. Padahal dalam hidup, Naya tak pernah pasrah seperti ini dirinya adalah pribadi keras kepala dan pembangkang.
Naya menghela napas, tak sanggup lagi dengan suasana sunyi di sekitarnya. Mungkin, dengan menyalakan radio bisa mengubah suasana hampa menjadi lebih hidup?
Alunan lagu `Tak Mungkin Bersama` yang di nyanyikan oleh Judika, mengalun memecahkan kesunyian.
Lagu itu mengisahkan tentang seseorang yang sangat merasa kehilangan orang yang disayangi.
🎵 Oh, mengapakah
kau tinggalkan aku seperti ini?🎵
🎵Saat aku masih berharap
Cinta ini masih bertahan untuk kita🎵
"Buat apa bertahan, jika yang di pertahankan lebih memilih melepas semuanya?" gumam Naya tanpa sadar mulai terbawa alunan musik.
🎵Oh, mengapakah🎵
🎵kau membawa semua kenangan indah bersama kita dulu?🎵
🎵Kini berakhir untuk selamanya🎵
Naya mengeluarkan sedikit kepalanya, membiarkan angin malam menerpa wajahnya, "Apa hidupku akan berakhir seperti lagu ini. Apakah ... masih ada harapan untukku?" ucapnya lirih bersamaan hembusan angin malam yang membawa semua kalimatnya pergi.
🎵Kini berakhir, oh, oh🎵
🎵Harus berakhir, oh-uh🎵
Mendalami lirik lagu, Naya merasakan kepedihan yang amat pada hatinya. Seakan hal itu benar-benar akan terjadi dalam waktu dekat.
🎵Kini berakhir untuk selamanya, oh🎵
"Kak, apa suatu saat nanti kita akan berpisah?" ucap Naya bersamaan dengan lirik terakhir lagu Judika.
Aditya yang tidak siap dengan pertanyaan Naya, spontan menghentikan laju mobil hingga mengakibatkan tubuhnya dan juga Naya terlempar ke depan, untung saja keduanya memakai sabuk pengaman.
"Apa yang kamu katakan Naya? Itu sangat konyol" ujar Aditya.
"Aku hanya bertanya Kak, kenapa kakak mesti marah? Ini hanya pemdapatku"
"Tidak ada perceraian!!! Akan saya pastikan itu tidak akan pernah terjadi!" ujar Aditya dengan suara yang meninggi, menahan emosi.
Naya tersenyum lirih, "Kakak pantas mendapatkan Istri yang lebih baik dariku"
Aditya memukul kemudi dengan keras, "Pantas atau tidaknya itu adalah pilihan saya. Kamu tidak berhak menentukannya"
Naya menggeleng pelan, "Tidak Kak, semua ini berawal dariku. Kakak terjebak dalam pernikahan ini juga karena diriku dan sudah seharusnya aku menghentikan semua ini. Tidak ada yang menyukai pernikahan kita, Kak" ujar Naya.
"Aku tidak peduli! pernikahan ini tidak boleh berakhir"
Naya menutup matanya mencoba mencari kekuatan, "Kakak! Dengerin Naya baik-baik. Semua sudah berakhir, tidak ada lagi yang membutuhkan dan menginginkan Naya di keluarga Kakak. Lagipula, bukannya Kakak juga sudah tidak membutuhkan Naya lagi? Buktinya, Kakak mengabaikan Naya belakangan ini"
"Terserah!. Mau bagaimanapun kamu bersikeras, saya tetap tidak akan mengijinkan adanya perceraian di antara kita" ujar Aditya memandang lurus kedepan dengan tangan mengepal kuat.
Naya yang mendengar keputusan sepihak dari Aditya, mengacak rambutnya tak terima, "Naya tidak mau, Kakak egois! Naya pengen cerai! Naya nggak suka pernikahan seperti ini!"
Tak memperdulikan ocehan Naya, Aditya segera melajukan kembali mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Aditya akan menyelesaikan semuanya di rumah nanti dan bukannya di sini.
"KYAAAAAA!!! pelan kan mobilnya, kalau mau mati jangan ngajak-ngajak kak!!"
NAYA menutup mata, takut mobil ini akan terbang di udara, "AYAH KALAU NAYA ADA SALAH, NAYA MIN ---"
"--- Diamlah, kita sudah sampai!" potong Aditya.
Naya membuka matanya, menatap sekeliling dan benar dirinya telah sampai di rumah mereka. Fyuh, Naya berterima kasih kepada Allah yang masih mengijinkan dirinya hidup setelah Aditya menjalankan mobil seperti orang kesetanan.
"Tunggu apa lagi? Ayo turun!" ujar Aditya yang tak sabaran menunggu Naya keluar dari mobil.
"Iya, aku keluar!" judes Naya.
Naya mengulurkan tangan ke depan, "Mana kunci rumah?"
Bukannya memberikan kunci rumah, Aditya malah mengangkat Naya di atad bahu layaknya karung beras.
"KYAAAAAA!!!" histeris Naya.
Aditya mengusap telinganya yang terasa sakit, "Diam atau saya lempar kamu ke jurang?"
Naya mendelik tak suka, "HEI! apa-apan kamu, turunkan saya cepat!"
"Jadilah Istri yang penurut Naya" ujar Aditya sambil membuka knop pintu.
Naya memukul-mukul punggung Aditya dengan kencang, "Tidak mau! asal kakak tau saja aku bukan anak yang penurut, aku anak pemberontak!!"
Aditya terkekeh seraya memukul pantat Naya, "Ya sudah jadilah Istri yang sempurna malam ini, karena saya akan menerkammu. Argwhh" ujar Aditya meniru geraman harimau.
Naya memukul mencubit punggung Aditya tanpa ampun, "KYAAAAAA! rasakan pembalasanku! !"
"Awh, hentikan Naya!" desis Aditya kesakitan.
"Cih! dasar lemah, begitu saja sudah kesakitan!" sinis Naya.
Aditya membanting tubuh Naya di atas ranjang, "SAKIT WOY!" teriak Naya kesal sambil mengusap-ngusap badannya.
Aditya mengunci pintu kamar dan ikut duduk menghadap Naya di ranjang.
"Sekarang apa lagi? tidak ada negosiasi, aku tetap pada keputusanku!" Naya bersedekap dada menatap tajam Aditya.
Aditya memutar bola matanya melihat Naya yang sok kuat, "Baiklah, tapi saya ingin bertanya. Kenapa kamu ingin bercerai, tiba-tiba seperti ini?" tanya Aditya.
Naya melirik sinis Aditya, "Kakak pasti sudah bisa menyimpulkannya setelah melihat kejadian tadi"
"Kejadian apa?" ucap Aditya bingung.
Naya menghela napas, tangannya gatal sekali untuk menampar Aditya, "KEJADIAN DI MANA AKU DI PERMALUKAN DI DEPAN SELURUH KELUARGA!!!" teriak Naya.
Naya menghirup napas dan membuangnya kasar, "Sudah paham?"
"Hanya itu? Naya kejadian seperti itu hanya masalah sepele, tidak usah di besar-besar kan" ucap Aditya menganggap santai perkataan Naya.
Naya tak habis pikir dengan pikiran Aditya. Tanpa basa-basi lagi, tangan Naya melayang di udara dan bersiap menampar Aditya.
Hap
Aditya mencegah tangan Naya menampar dirinya, "Apa yang ingin kamu lakukan? Memangnya apa yang salah dari perkataan saya?"
Amarah Naya seakan mendidih, mendengar perkataan Aditya, "BRENGSEK! lepaskan tanganku, aku tidak sudi di sentuh olehmu!"
Aditya menyeringai, "Rupanya kamu sangat suka berteriak dan memberontak"
Naya berdecih, "Tidak peduli, lepas!" Naya berusaha melepaskan cengkeraman Aditya pada pergelangan tangannya. Namun, nihil cengkeraman itu malah semakin menguat dan membuat Naya meringis kesakitan.
"Sudahlah Naya, simpan tenagamu dan mari berbicara dengan kepala dingin" Aditya melepaskan tangan Naya dan mulai menatap mata Istrinya.
"Apa lagi yang perlu di bicarakan? Sudah jelas Kakak tidak menyukai diriku, buktinya Kakak baru saja melukai diriku tanpa rasa bersalah sama sekali" ucap Naya.
"Jika kamu tetap pada keputusanmu untuk berpisah baiklah" ujar Aditya sambil tersenyum.
"Kakak setuju untuk bercerai?!" tanya Naya antusias.
Aditya menyeringai, "Iya, tapi itu bisa terjadi hanya jika kamu tidak hamil anak saya"
Naya mengerutkan kening tak paham, "M-maksudnya?"
"Iya, kita akan bercerai jika kamu tidak hamil"
Naya mengangguk paham, "Baguslah, lakukan dengan cepat Kak. Saat ini Naya sedang tidak hamil berarti kita bisa bercerai secepatnya"
Aditya menggeleng pelan melihat kelambatan Naya dalam berpikir, "Hahaha kamu pikir, saya akan melepaskanmu semudah itu?"
"M-maksud Kakak? Bukannya, tadi Kakak sudah setuju untuk bercerai?"
"Jika hari ini kamu tidak hamil, maka saya akan membuat kamu hamil!!!" Aditya menarik pinggang Naya mendekat padanya, hingga tidak ada lagi jarak di antara mereka.
"KYAAAAAA!!!!! TIDAK MAU!!!! MENJAUH DARIKU!!! AKU INGIN BERCERAI, hmmppphh" ucapan Naya terhenti ketika sebuah benda lembut menempel di bibirnya.
"Hmmmpphhh" Naya memberontak saat tangan Aditya mulai menjelajahi tubuhnya.
Aditya melepaskan tautan mereka, "Baiklah jika kamu terus memberontak seperti ini dengan terpaksa saya akan mengikatmu di ranjang" ujar Aditya
Belum sempat Naya menolak, Aditya dengan gesit mengikat kedua tangan Naya dengan dasinya.
"LEPASKAN AKU BRENGSEK!!! KAMU MENIPU DIRIKU!!!" Naya menghentak-hentakan kedua kakinya yang terbebas dari ikatan.
"Hmm, apa saya ikat juga kaki nakalmu ini? Baiklah-baiklah demi kelancaran datangnya baby di perutmu. Saya akan mengikat kaki nakal ini!"
"KYAAAAAA!!!! Dasar penipu, brengsek, bajingan, bunglon, kanibal, hmmppphh" Semua umpatan Naya lagi-lagi terhenti karena benda lembut yang sialnya sangat manis.
"Buka mulutmu!" perintah Aditya di sela-sela lumatannya.
Naya yang keras kepala, tetap menutup mulutnya rapat-rapat agar Aditya tidak bisa menjelajahinya.
Tak kehabisan akal Aditya menggigit bibir Naya dan membuat Naya mengaduh kesakitan. Kesempatan itu Aditya gunakan untuk menjelajahi mulut Naya dengan lidahnya.
Dan lagi-lagi untuk ke dua kalinya Naya kalah di bawah kendali seorang Aditya Candramawa. Teriakan, umpatan, dan desahan saling bersahutan di ruangan ini. Tak ada yang bisa menghilangkan rasa panas dari tubuh keduanya, baik pendingin ruangan sekalipun.
"Aku akan membuatmu hamil dalam waktu seminggu!" ucap Aditya sambil memposisikan dirinya.
"ARGHH!!!" Air matanya jatuh tanpa bisa di cegah. Ini adalah kali kedua bagi Naya dan tentu saja rasanya masih sakit dan Naya juga belum terbiasa akan hal ini.
Tak ada yang tau, apa yang akan terjadi setelah ini. Bisa saja baby yang di harapkan Aditya tidak tumbuh di rahim Naya atau bisa saja Naya pergi menghilang tanpa pamit dari hidup Aditya setelah semua ini.
Yang pastinya semua itu akan terjadi sesuai dengan garis takdir. Semua memang akan indah pada waktunya, tapi untuk mencapai tahap itu air mata akan terus saja mengalir menjadi saksi kejamnya skenario yang di buat oleh sang Sutradara, pemilik alam semesta ini.
....
To Be Continud
~ Selamat berkomentar dan mendukung cerita ini ~
Salam cinta♡
Apipaa♡