^Selamat Membaca^
...
Naya melirik sekitar, nampaknya pagar rumah Arunika telah terkunci. Lalu, bagaimana bisa dia mengembalikan mobil ini pada pemiliknya?
Naya mendesah panjang atas kebodohan yang di lakukannya, mau tak mau Naya harus mengendarai mobil ini masuk kedalam bagasi rumah Ibu Aditya.
Setelah mematikan mesin mobil, Naya turun keluar dan menatap ragu kakinya. Apakah dia harus melangkah masuk? Jika dulu semasih menjadi pelajar Naya lebih memilih pergi dari sekolah di bandingkan harus mendengar ocehan guru yang memekakkan di telinga, tapi sekarang walau Naya tau dirinya akan di marahi. Naya harus tetap masuk bukan?
"Assalamualaikum", salam Naya.
"Waalaikumsalam, loh Naya kemana aja. Kok nggak ijin dulu sama Ibu?"
Naya mengaruk tengkuknya yang di gigiti semut, "Maaf Ibu, Naya tadi ke suatu tempat untuk menenangkan diri dan tidak sempat meminta izin sama Ibu"
Qiana mengangguk percaya, "Ya sudah ayo masuk, biar Ibu yang mengurus Nenek"
Naya menghentikan langkahnya, "Nenek kenapa Bu?"
"Ah itu tidak apa-apa, ayo masuk sebelum yang lainnya melihat kedatanganmu" ajak Qiana.
Tak ada yang mesti Naya lakukan selain mengangguk patuh.
"Oh, jadi ini yang namanya 'Jalang', pergi dari rumah seenaknya saja tanpa memberitahukan semua orang"
Naya tersentak dan mengalihkan pandangannya pada Destriani yang berkacak pinggang sambil menatap dirinya.
"Ibu, Naya sudah meminta izin dariku, tapi waktu itu aku terlalu sibuk mengurusi Aditya hingga lupa memberitahukan Ibu" lerai Qiana.
"Benarkah? Lalu, kenapa tadi kamu terlihat cemas?", ujar Destriani ragu, dari gerak-gerik Qiana saja. Destriani langsung bisa tau, jika dia sedang berbohong saat ini.
Qiana mengulir bola matanya ke segala arah, "Itu tadi Qiana ... hanya sedang cemas dengan keadaan Aditya Bu"
Destriani tetap bersikukuh dengan pemikirannya bahwa Naya pergi tanpa memberitahukan siapa pun, Destriani juga yakin Qiana saat ini hanya sedang berusaha menutupi kesalahan Naya.
"Sampai kapan kamu akan berbohong Qiana? Apa kamu lupa, aku adalah seorang ibu. Seorang ibu tau kapan putrinya berkata jujur dan tau kapan putri berkata bohong" ucap Destriani menyakinkan Qiana.
Qiana menggigit bibir, tak bisa membantah lagi. Naya yang melihat situasi memanas karena dirinya, merasa tak enak hati.
"Maafkan Ibu, nek. Di sini Naya yang salah, pergi tanpa pamit terlebih dahulu pada kalian semua" ungkap Naya.
Destriani berdecih dalam hati melihat wajah sok polos Naya, "Istri mana yang pergi selama 5 jam tanpa pamit?"
"Tapi Naya punya alasannya, nek. Naya tidak berkeliaran seperti yang nenek kira, Naya hanya ---"
"--- Saya sudah hidup selama bertahun-tahun dan orang yang berperilaku seperti dirimu tentu banyak yang sudah saya temui. Dari sekian banyak orang, ciri pertama mereka selalu pulang dalam keadaan kacau setelah berjam-jam pergi dari rumah. Lalu, bagaimana kamu bisa membodohi saya mengenai hal seperti ini, hmm?" ungkap Destriani.
Naya tertegun. Naya melakukan kesalahan 'lagi', orang-orang pasti akan berpikiran yang sama dengan nenek. Jika melihat keadaan dirinya yang seperti ini.
"Kenapa diam? Apa karena semua yang saya katakan itu benar? Dasar perempuan tak tahu diri, sudah mendapatkan pria yang baik malah mencari pria di luaran sana yang belum tentu baik", ucap Destriani.
Naya menggeleng menyangkal pemikiran Destriani, "Tidak nek, ini semua salah paham. Naya tidak seperti yang nenek kira, tadi Naya hanya ---"
"--- Alah, tidak ada lagi yang perlu kamu jelaskan. Semua ini sudah jelas, kamu pembawa sial bagi keluargaku dan kamu juga adalah perempuan Jalang yang haus belaian para lelaki"
Sakit. Itu yang saat ini Naya rasakan ketika mendengar hinaan Destriani. Bahkan, Qiana yang notabenenya dekat dengan Naya, hanya bisa diam mengamati semuanya.
"Loh, ada apa nek --- Naya?" ucap Arunika terkejut.
Naya menoleh, "Kak Aru, tolong jelaskan pada Nenek. Ini tidak seperti yang terlihat, Naya tidak melakukan semua itu. Ini semua hanya kesalahpahaman"
Arunika mengerutkan kening bingung, "Ada apa Naya? Apa yang harus aku jelaskan" Arunika melihat kunci mobilnya, "Loh? Itu bukannya kunci mobilku, kenapa ada padamu Naya?"
Naya melebarkan matanya, terkejut dengan perkataan Arunika, "Kenapa kakak berkata seperti itu? Kakak yang memberikannya padaku, kenapa kak ---"
PLAK
Qiana menampar wajah Naya hingga terdorong ke samping.
"I-ibu menampar diriku?" ucap Naya dengan pandangan lurus.
Qiana menatap tangannya yang gemetar. Selama menjadi seorang ibu, Qiana tidak pernah menampar Aditya, tapi apa yang dia lakukan saat ini.
"Naya, Ibu bisa jelaskan. I-ibu tidak sengaja melakukannya" ucap Qiana terbata-bata.
"Kenapa harus minta maaf Qiana? Apa yang kamu lakukan sudah benar. Wanita Jalang sepertinya tidak perlu di beri kasih sayang"
"Siapa yang Jalang, nek?" tanya Arunika bingung.
Destriani menoleh ke samping, "Siapa lagi kalau bukan, perempuan yang ada di depan kita"
Naya menggeleng, "Tidak ini salah paham"
"Apa buktinya jika ini hanya kesalahpahaman semata? Tidak ada bukan, jadi terima saja. Tidak perlu mengelak lagi" ujar Destriani.
Keluarga yang merasa ada yang janggal, berbondong-bondong datang dan menyimak apa yang sedang terjadi.
"Woah, apa kita mempunyai menantu seorang Jalang?" celetuk Lila, tanpa merasa bersalah.
"Benar Lila, kita mempunyai Jalang di rumah ini. Jika besar nanti, kamu tidak perlu melakukan hal serendah ini. Cukup dia saja, kamu jangan" Destriani maju selangkah mendekati Naya yang merasa di permalukan saat ini.
"Kakak ipar di bayar berapa sejam?"
"Hahahaha, pertanyaan yang bagus"
"Ah tidak, apa jangan - jangan kakak ipar mau melakukannya tanpa di bayar?"
"Woah, itu kesempatan yang bagus, kapan-kapan aku boking ya kakak ipar!"
"Sebaiknya kalian tidak memperlakukan dia dengan lembut, tapi dengan kasar"
"Jangan panggil dia kakak ipar, kita tidak mungkin memiliki kakak ipar yang seperti itu"
"Apa kita anggap saja dia sebagai pemuas nafsu kita?"
"Pendapat yang bagus"
Sepupu Aditya saling tertawa satu sama lain, karena telah berhasil membuat Naya malu di depan para orang tua.
"Lihat? Mereka saja setuju dengan saya, lalu bagaimana kamu akan mengelak lagi, Jalang?" ucap Destriani.
Naya mundur selangkah ketika melihat Destriani semakin melangkah mendekatinya, "Tidak ini salah paham!"
"Apa yang salah paham Naya? Ini sudah terlihat jelas, Ibu kecewa sama kamu" ucap Qiana yang sudah terpengaruh oleh ucapan dan hasutan dari keluarga Aditya.
Naya menggeleng tidak menyangka, "Ibu, percaya sama Naya. sekali saja ...."
Naya berhenti mundur ketika dirinya merasakan badannya terhalang oleh sesuatu.
"Aditya?" gumam Destriani
"Sudah selesai? Permintaan nenek telah kupenuhi, Seminggu telah berlalu dan sudah saatnya kami pulang ke rumah kami yang sebenarnya"
Naya mendongak menatap manik mata Aditya, "Apa ini sungguh dirimu?"
Aditya tak menjawab perkataan Naya, dirinya segera memegang pergelangan tangan Naya dan membawanya pergi dari neraka itu. Tanpa pamit kepada semua orang. Cukup sudah, Aditya tidak sanggup lagi melihat penderitaan yang di alami oleh istrinya.
Naya melirik pergelangan tangannya, apa aku sedang bermimpi? batin Naya yang merasa terkejut dengan semua ini.
...
To Be Continud
~ Selamat berkomentar dan mendukung cerita ini ~
Salam hangat^^
Apipaa^^