Chereads / Pacarku Terlalu Malas / Chapter 22 - BAB 21 - Mata-Mata

Chapter 22 - BAB 21 - Mata-Mata

Rifan terus menghela nafaasnya melihat tulisan tangan Diah yang sangat jelek, dia benar-benar tidak menyukai tulisan tangannya sendiri oleh karena itu dia jarang menulis. Dia sangat ingin merampok buku catatan Diah untuk dia koleksi dan dipajang agar bisa dia tatap sebelum tidur.

Setidaknya itu akan membantu tidurnya menjadi lebih baik karena selama beberapa hari ini, tiap malam perentas itu selalu mengajaknya bertarung.

Dan dia terus kalah!

Sangat menjengkelkan!

Drrrrrtttttt~~~

Ada getaran dalam laci dan Rifan mengeluarkan ponselnya, dia mengerutkan dahinya saat melihat siapa yang memanggilnya. Wajahnya berubah menjadi dingin dan ada kilatan tajam pada matanya, dia segera bangkit untuk keluar dari kelas.

"Aku akan pergi dulu," katanya sambil memasukan ponsel ke dalam saku celana.

Diah mendongakkan kepalanya menatap Rifan. "Mau kemana?"

Rifan menarik sudut bibirnya karena tanpa sadar Diah memperhatikannya. "Aku akan segera kembali." Dia meraih tangan cantiknya dan mendaratkan kecupan kecil.

Telinga Diah berubah merah karena perbuatan Rifan dan tangannya terasa panas, dia tidak yakin apakah bisa melanjutkan mengerjakan tugas Rifan karena tangannya berubah kaku dan dia kesulitan menulis.

Rifan terkekeh dalam hati saat melihat respon Diah, ia semakin ingin mengurungnya dan menjadikannya sebagai miliknya sendiri dan tidak akan membiarkan orang lain melihat kelinci kecil yang dia besarkan.

Dia menanti hari dimana saat kelinci kecil itu berubah gemuk dan bisa dia makan.

"Tunggu aku!" dengan genit Rifan mengedipkan sebelah matanya.

Wajah Diah semakin memanas dan dia memalingkan wajah agar tidak melihat wajah Rifan. Sepertinya hal yang dikatakan dalam buku itu benar, bahwa rubah adalah ahli menggoda!

oOo

Rifan berjalan dengan tenang dan mengamati sekitar untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya. Ia berbelok ke kanan dan memasuki gedung tua terbengkalai di belakang sekolahnya yang jarang di kunjungi. Ia membuka pintu besi berkarat hingga terdengar suara nyaring yang memekakkan telinga tetapi itu tidak membuat Rifan terganggu.

Di bawah bayangan tangga dia belihat sesosok manusia berpakaian serba hitam dan dia tidak bisa melihat wajah aslinya, tetapi Rifan tidak takut akan hal tersebut dan mendekati sosok itu.

"Tuan," sapa orang tersebut dengan hormat.

Wajah Rifan masih terlihat datar namun aura dingin yang terpancar dari matanya bisa terlihat jelas, siapapun yang melihat sisi ini pasti akan bergidik ngeri.

"Ini yang anda inginkan." Orang itu menyerahkan sebuah flashdisk pada Rifan.

Rifan memutar flasdisk di tangannya dan memberikan tatapan tajam pada orang itu. "Tidak ada yang mengikutimu?"

Orang itu menggelengkan kepalanya kemudian sedikit menunduk. "Anda tenang saja, saya sangat berhati-hati melakukannya."

Orang itu sudah melakukannya berkali-kali dan selalu waspada agar tidak ada yang mengikutinya, sebab kontaknya dengan Rifan tidak boleh diketahui.

"Semua informasi yang telah saya dapatkan ada di dalam flashdisk itu," lanjutnya.

Rifan mengangguk mengerti kemudian memberikan perintah tambahan. "Laporkan kepada 'mereka' seperti biasa."

Orang yang ditemui Rifan adalah mata-mata yang dia tanam untuk menyesatkan 'mereka', dia tahu bahwa 'mereka' tidak akan tinggal setelah dia keluar dari sana. 'Mereka' pasti akan mengirim orang untuk mengawasi gerak-geriknya untuk melihat apakah dia sudah sembuh dari trauma. Jika 'mereka' tahu kemampuan aslinya maka 'mereka' tidak akan segan-segan untuk menyingkirkannya.

Sayang sekali Rifan tidak akan membiarkan rencana 'mereka' berjalan lancar, dia telah mengganti mata-mata asli dengan bawahannya tanpa 'mereka' sadari sama sekali. Sebelum pergi dia telah mendatangi dunia gelap untuk merekrut orang, bukan hal sulit untuk merekrut orang dari sana karena mereka hanya butuh uang.

Dan Rifan memiliki hal tersebut.

"Tuan ada yang ingin saya katakan." Orang tersebut sedikit ragu untuk mengatakannya.

Rifan menghentikan langkahnya saat ingin berbalik "Katakan saja!" ujarnya tegas.

Orang tersebut menarik nafas kemudian mengatakan hal yang dia pendam. "Saya ingin mengatakan bahwa keberadaannya akan membuat Tuan dalam bahaya karena itu akan menjadi kelemahan anda."

Rifan mengepalkan tangannya dan memberinya tatapan tajam, dia mengerti siapa yang ia maksud. "Itu bukan urusanmu!" katanya penuh penekanan.

Tubuh orang tersebut gemetar saat mendengar ucapannya. "Sa- saya hanya ingin mengingatkan anda bahwa keberadaannya akan membuat usaha yang telah anda persiapkan akan hancur."

"Saya minta maaf jika itu menyinggung, tapi itu semua demi kebaikan anda."

Rifan melangkahkan kakinya dan mendekati orang tersebut. "Aku tahu apa yang harus aku lakukan," bisiknya tepat di telinganya.

"Dan tugasmu hanyalah menjadi agen penghubung, jangan pernah melakukan hal yang melewati batasmu!" kata Rifan memperingatinya dan memberikan tatapan tajam.

"Sa- saya mengerti tuan." Orang tersebut berkeringat dingin dan hanya bisa patuh dihadapan Rifan.

Rifan berbalik dan meninggalkan orang tersebut, tangannya dengan kuat mencengkeram flasdisk di tangannya dan tatapan dingin di matanya tidak berubah. Dia benar-benar benci jika ada orang yang ikut campur urusannya tanpa seizinnya.

oOo

Bel telah berbunyi tetapi Rifan belum juga kembali, Diah masih duduk di bangkunya dan tidak ikut temannya untuk bergabung ke kantin. Sarapan yang dibawa Rifan masih tersisa banyak dan dia ingin memakannya, dia telah menunggunya agar mereka bisa makan bersama karena Diah tidak bisa memakan semua makanan di dua kotak bekal sendiri.

Diah menghembuskan nafas yang kesekian kalinya dan melihat jam dinding di atas papan tulis, jam sudah menunjukan waktu hampir selesai intirahat tetapi Rifan tak kunjung kembali. Apakah dia sedang tidur di UKS?

Jika seperti itu lalu mengapa dia mengatakannya agar menunggunya, dan Diah malah dengan bodohnya menaati perkataannya. Perutnya sudah berbunyi sejak tadi tapi dia belum memasukan makanan sama sekali ke dalam perut. Dia masih menunggu Rifan.

Diah menelungkupkan kepalanya pada lengan dan berbaring di atas meja, lebih baik dia istirahat sejenak daripada menunggu Rifan tanpa kabar.

Ngomong-ngomong dia belum punya nomor ponselnya.

Ada suara langkah kaki di dalam kelas namun Diah mengabaikannya, bukan hanya dia saja yang masih ada di kelas, ada beberapa orang yang membawa bekal sendiri dan memakannya di kelas. Sebagian besar orang seperti itu adalah yang rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah, walaupun sekolah ini berada di pinggir kota tetapi cukup banyak rumah-rumah penduduk di sekitar sini.

"Kenapa tidak makan?" Rifan mengerutkan dahinya saat melihat sisa sarapan tadi belum tersentuh oleh Diah.

"Apakah kamu menungguku?" Rifan meniup telinga Diah dan memberinya gigitan kecil, jika mereka tidak berada di kelas Rifan benar-benar ingin melakukan sesuatu padanya.

Seperti mengelus bulu lembutnya.

"Jangan gigit telingaku!" Diah mengangkat tangannya untuk menyingkirkan wajah Rifan kemudian melindungi telinganya.

Rifan hanya terkekeh saat melihat telinganya berubah menjadi merah, itu semakin mirip dengan telinga kelinci yang sangat menggemaskan.

"Ayo makan!" Rifan membuka kotak makanan dan mendorongnya ke Diah.

"Kamu tidak perlu menungguku jika ingin makan," katanya penuh godaan.

"Siapa juga yang menunggumu." Diah tidak berani menatap Rifan dan fokus dengan makanannya.

Rifan menarik sudut bibirnya dan mengangkat tangan untuk menepuk kepalanya. "Jangan terburu-buru lagipula tidak ada yang berani merebutnya." Bukannya makan Rifan malah memasukkan makanan ke kotak Diah.

"Jangan menambahkannya lagi," ujar Diah penuh keluhan dan mengembalikannya ke kotak Rifan. "Aku tidak ingin menjadi gemuk."

Diah khawatir jika terus makan seperti ini maka berat badannya akan naik.

"Aku lebih suka yang gemuk." Perkataan Rifan seperti predator yang tengah menggemukkan mangsanya sebelum dimakan.

"Sangat nyaman disentuh." Rifan mendekati Diah dan berbisik kecil di telinganya.

Wajah Diah benar-benar sudah menjadi kepiting rebus karena perilaku Rifan, ia mendorong tubuhnya agar menjauh dan menggosok telinganya dengan kasar.

Ini sangat memalukan!

"Ja-jangan mendekat!" Diah mendorongnya dengan panik.

"Cepat makan makananmu!" dengan kasar dia memasukan makan ke mulut Rifan agar dia tidak mengganggunya.

Rifan sedikit kesulitan menelannya karena Diah memasukan banyak makanan ke mulutnya dan dia hampir tersedak. "Hmppphh- ter- teralu banyak!" ia mencoba menghentikan Diah.

Diah hanya mendengus kesal dan merapatkan dirinya ke tembok sambil memeberi Rifan tatapan tajam agar tidak mengganggunya.

Tanpa mereka sadari bel sekolah telah berbunyi dan para murid mulai kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Saat murid kellas 11 IPA 2 kembali ke kelas mereka melihat pemandangan langka yang membuat mata mereka sakit. Di bangku pojok paling belakang, mereka melihat sepasang burung cinta yang tengah memadu kasih dengan saling mendorong makanan tanpa memperdulikan orang sekitar.

Seperti dunia hanya milik mereka berdua!

Sebagian besar adalah jomblo yang tidak memiliki pasangan, tetapi mereka malah disuguhi pemandangan seperti ini dan mereka yakin ini akan terus terjadi selama beberapa hari kedepan. Ingin sekali meminta agar mereka pergi ke tempat lain untuk melakukan kemesraan.

Tetapi tidak ada yang berani menegur mereka.

-TBC-

~Forum Sekolah~

Sub Forum : RIFAN GET OUT!!!

Pengirim : @pejalankaki

Topik : Keluhan jomblo

Gue rasa lama-lama mata gue jadi buta karena setiap hari disuguhi adegan romantis dari mereka. Apa mereka gak tahu banyak jomblo di kelas yang sakit hati!!! Dimana jiwa kemanusiaannya?!?!!?

Komentar :

@mianmian tahan bro tahan, namanya juga pasangan baru

@toohandsome cih pasangan baru apa, Rifan aja belum pernah nembak Diah.

@Bukanmawar walaupun mereka belum resmi jadi pasangan tetapi perilaku mereka seperti pasangan asli.

@vicenzo iri bilang bos, makannya cari pacar sono!

@superman sialan gue iri sama Rifan, kapan gue punya pacar?

@lovemelove kapan gue punya pacar ? +2

@pejalankaki kapan gue punya pacar? +3

@terbangkelangit kapan gue punya pacar? +99

@toohandsome *jual buku cara punya pacar*