Chereads / Pacarku Terlalu Malas / Chapter 25 - BAB 24 - Makan Malam

Chapter 25 - BAB 24 - Makan Malam

Diah menyeka keringat dari dahinya dan tersenyum senang karena masakannya telah selesai, dia menuangkannya ke dalam piring kemudian meletakan wajan yang kotor ke wastafel, dia akan membersihkannya nanti setelah makan malam.

Dia membawa dua piring di tangannya dan berjalan keluar dari dapur, di meja makan dia melihat Rifan tengah duduk dengan patuh seolah-olah menunggu makanan darinya.

Diah merasa sudut matanya berkedut melihat betapa patuhnya Rifan.

"Tunggu sebentar masih ada makanan lagi." Diah meletakan makanan di meja kemudian kembali lagi ke dapur.

Rifan mengangguk dan menahan diri agar tidak meneteskan air liur, ini adalah makanan yang dibuat oleh orang yang dia suka dan Rifan sangat rakus ingin menghabisinya. Dia tidak peduli apakah makanan itu enak atau tidak.

Selama Diah yang memasak maka dia akan makan segalanya!

Untung saja Diah tidak mengetahui pikiran Rifan, karena jika tidak dia akan memukul kepalanya dengan keras. Diah sering memasak bersama ibunya dan terkadang meminta kakak keduanya untuk mengajarinya karena dia adalah koki terbaik di rumah.

Diah kembali lagi dan meletakan piring terakhir, dia merapikan rambutnya kembali kemudian mengambil piring dan menyendokkan nasi. Untung saja nasi yang dibuat Rifan masih bisa dimakan sehingga dia tidak perlu membuatnya ulang.

"Kenapa pakaianmu kotor?" Rifan mengerutkan dahinya tidak senang karena pakaian favorite 'dia' kotor.

Diah menundukkan kepalanya dan meringis merasa bersalah. "Aku minta maaf karena tidak sengaja kena kecap, besok aku akan mencucinya hingga bersih," katanya menyesal.

"Apakah tidak ada celemek di dapur?" tanpa disadari Rifan aura dingin dari tubuhnya keluar dan membuat Diah merasa tidak nyaman.

Diah tergagap dan menundukan kepalanya karena tidak berani menatap Rifan. "A- a- aku tidak menemukannya," ucapnya dengan suara kecil.

Rifan menarik nafas dan menghembuskannya dengan pelan, sepertinya dia telah menakuti kelinci kecil ini. "Besok aku akan membelikanmu celemek agar tidak mengotori pakaian lagi." Kemungkinan besar mbok Nah telah mencuci celemek tersebut hingga Diah tidak bisa menemukannya.

Rifan akan membeli yang baru karena ia tidak akan membiarkan Diah mengenakan celemek yang terlihat kusam.

Diah masih menundukkan kepalanya hingga membuat Rifan tidak berdaya, apakah dia terlalu menakutinya?

"Kamu bisa memiliki pakaian itu." Diah terlihat menyukai pakaian itu sehingga Rifan dengan berat hati memberikannya.

Diah merasa tidak enak karena harus menerima pemberian dari Rifan, lagipula dia tidak tahu siapa pemilik asli dari pakaian ini. Apakah milik adiknya atau malah kekasih masa kecilnya?

Entah mengapa Diah merasa tidak senang.

"Itu adalah milik ibuku," kata Rifan dengan suara pelan.

"Ah ibumu?" Diah terkejut dan mendongakkan kepalanya. "Kalau begitu aku akan mengembalikannya setelah selesai dicuci."

Ini adalah pakaian ibunya dan Diah semakin tidak enak jika menerimanya.

"Tidak perlu lagipula dia tidak akan mengenakannya lagi," ujar Rifan dan menyembunyikan gejolak emosi dimatanya.

Diah merasa canggung setelah mendengar perkataan Rifan, apakah ibu Rifan telah bercerai dengan ayahnya sehingga dia pergi dan tidak akan mengenakan pakaian ini kembali?

Diah ingin menanyakannya tetapi dia pendam karena melihat ekspresi Rifan yang datar. Ini adalah hal sensitif bagi Rifan dan dia tidak bisa mengorek luka lamanya.

"Ayo makanlah!" Diah mencoba memecah suasana yang canggung.

Rifan memasukan banyak makanan ke piringnya dan tersenyum senang, saat dia memasukan sesendok makanan di mulut, ia rasa masakan Diah sangat lezat dan dia hampir menggigit lidahnya sendiri karena sangking enaknya,

Diah tersenyum kecil saat melihat Rifan dengan lahapnya memakan masakannya, dia seperti anak kecil yang belum makan berhari-hari dan rasa canggung di antara mereka seketika hilang.

"Kamu juga harus makan!" Rifan mengerutkan dahinya karena Diah belum memasukan makanan ke dalam mulutnya dan menawarkan makanannya sendiri di depan mulut Diah.

Diah menggelengkan kepala menolak hal itu, dia sangat malu jika harus disuapi oleh Rifan karena dia bukan anak kecil yang butuh bantuan orang lain untuk makan.

Rifan tidak kecewa karena Diah menolaknya, dia malah tersenyum senang karena dia akhirnya makan.

"Makanlah yang banyak!" Melihat tubuh kecil Diah membuat Rifan sangat ingin menggemukannya.

Diah menghalangi tangan Rifan yang hendak memasukan makanan ke dalam piringnya. "Ini sudah malam dan aku tidak suka makan terlalu banyak." Malam hari hanya dia gunakan untuk tidur sehingga Diah tidak memerlukan banyak makanan.

"Tapi tubuhmu sangat kecil."

Diah. "…"

"Lihat tinggimu hanya sebatas dadaku."

Diah. "…"

"Aku bisa meremasmu dengan mudah."

Diah. "…"

Dengan kesal Diah memasukan makanan ke mulut Rifan untuk menghentikan mulutnya yang mengoceh.

oOo

Setelah makan Diah segera pergi ke dapur untuk mencuci peralatan dapur, awalnya Rifan ingin membantunya tetapi Diah segera mengusirnya dan menyuruhnya menonton tv saja. Dia tidak ingin Rifan memecahkan piring lagi!

Rifan menghela nafas yang kesekian kalinya karena tidak ada yang menarik dalam acara tv, sesekali dia akan melihat ke arah dapur dan melihat Diah masih sibuk dengan pekerjaannnya. Entah mengapa dia merasa seperti sepasang suami-istri yang telah hidup bertahun-tahun.

Rifan baru pulang kerja sedangkan Diah memasak makan malam, setelah itu mereka akan pergi ke kamar dan melakukan kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh sepasang suami-istri.

Wajah Rifan berubah panas dan dia segera menggelengkan kepalanya, dia harus segera menyingkirkan pikiran kotor itu.

Jalannya membawa Diah ke altar pernikahan masih jauh dan dia tidak bisa terburu-buru.

Dia harus memastikan 'mereka' hancur!

Rifan menyalakan ponselnya untuk melihat berita terkini tetapi kegiatannya langsung terhenti karena ada pop up pesan yang tiba-tiba muncul pada layar, seketikan wajahnya berubah dingin.

"Why you don't play with me?"

Rifan tahu siapa pengirim itu, tentu saja itu adalah perentas yang selalu mengganggunya tiap malam.

"I won't play with you!" Rifan segera membalas pesan tersebut kemudian mematikan ponselnya.

Diah keluar dari dapur sambil menyeka tangannya dengan tisu agar kering, dia melihat Rifan melemparkan ponselnya ke sofa dan dia mengerutkan keningnya.

"Ada apa?"

Rifan menolehkan kepalanya dan melihat Diah. "Baterai ponselku habis," katanya berbohong.

Diah memberikan tatapan curiga kepada Rifan karena mengatakan hal itu, apakah ia akan mengikari perkataannya sendiri agar Diah tidak bisa menggunakan ponselnya untuk menelpon nomor darurat saat ia melakukan hal buruk kepadanya.

Rifan hanya mengangkat tangannya tidak berdaya. "Aku juga baru tahu bahwa ponselku baterainya habis."

Diah hanya mendengus tidak percaya dan melihat jam dinding, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. "Aku harus tidur."

"Hmmm… selamat malam." Rifan bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamarnya.

Diah menunggu hingga Rifan masuk ke kamarnya baru kemudian pergi ke kamar dekat tangga, dia harus mengunci kamar agar Rifan tidak datang mengganggunya!

oOo

Diah menguap dengan lebar dan naik ke ranjang, dia meraih selimut dan mematikan lampu tidur di samping ranjang. Dia lebih suka tidur di kamar gelap karena saat lampu menyala membuatnya kesulitan tidur. Kemudian dia segera memejamkan matanya dan memasuki alam mimpi.

Tak lama setelah Diah tidur, ada bayangan yang memasuki kamarnya dan dengan mudah membuka pintu yang terkunci. Bayang tersebut berjalan pelan menuju ranjang dan tersenyum saat melihat wajah Diah yang samar-samar terlihat berkat cahaya bulan yang menyeruak dari jendela.

Dia dengan hati-hati mengangkat selimut dan berbaring di samping Diah, ia membawanya ke dalam pelukan kemudian mencoba memejamkan mata. Tapi dia malah mengerutkan dahinya tidak senang karena merasakan betapa kecilnya tubuh Diah dalam pelukannya.

Dia harus menggemukannya!

-TBC-

Pacarmu gak suka kamu kurus, apa yang akan kamu lakukan?

A. Banyak makan hingga tubuh montok!

B. Minum obat penambah berat badan.

C. Aku suka kurus!!!!

D. Isi sendiri....